Assalamu alaikum warahmatulLahi wabarokatuh,
 
Sanak Arnoldison dan dun sanak sepelanta yang dimuliakan,
 
Isi khutbah yang menyegarkan. Khatib menyentuh peripentingnya husnudzan kepada 
Khaliq yang Maha Adil. Sikap dan thobi'at jujur prasangka baik kepada Allah 
Azza wa Jalla adalah inti kepada landasan pencapaian keilmuan sejati dan 
berguna dalam kehidupan, kesofanan dan berperadaban. 
 
Semasa bulan puasa lah benih dan penyemaian husnudzan secara tersusun 
baik/sistematis ini bermula dalam melatih diri mengabdikan diri kepada Allah 
Subhana wa Ta'ala. Allah meminta kejujuran dan pengorbanan menjalani ibadat 
puasa ini. Ganjarannya hak Allah menentukan. Latihan ini sesungguhnya intensif 
sekali. Latihan dimulai dengan membetulkan ni'at di hati dan di sambut 
dengan amalan ibadah. Tujuannya mencapai ketaqwaan peribadi. Sebulan suntuk 
meletakkan perspektif Allah dalam kegiatan seharian kita. Sebulan suntuk 
penglihatan Allah adalah penglihatan kita. Riadah riadah dzahiriyyah dan 
bathiniyyah di jalani semata mata mengharap keredhaan Nya. Perspektif Ilahi ini 
di hayati dengan penuh keyakinan. 
 
Berinteraksi, brainstorming dan ber-intellectualizing dengan Al-Qur'an sebulan 
suntuk dengan bersungguh sungguh dan penuh khusuq dan tawadhu' kepada Allah 
Azza wa Jalla, insya' Allah ianya mengukuh keilmiyyahan kita. 
 
Mencepatkan berbuka puasa, bersunnah berbuka puasa dengan tamar atau manis 
buahan, dengan melambatkan bersyahur, berterawih dan bersedekah adalah diantara 
program latihan yang meningkatkan kemanusian kita. 
 
Jujur/husnudzan kepada Nya membuka pintu peningkatan mertabat keinsanan yang 
akan membantu pengislahan, pembinaan dan perubahan kepada diri dahulu agar 
melimpah ruah dan berproaktif kedalam skala kemasyarakatan. Latihan sebulan 
suntuk ini meminta pelanjutan dalam sebelas bulan mendatang nanti untuk 
membantu pengislahan, pembinaan dan perubahan dalam masyarakat pula. 
Insya'Allah.
 
Sekali lagi, khutbah yang sederhana tetapi mengesankan. Terima kasih daun 
keladi.  
 
       

Arnoldison <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
From: Arnoldison <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: [EMAIL PROTECTED] Khutbah Idul Fitri: Ramadhan, untuk Esok yang Lebih 
Cerah
To: RantauNet@googlegroups.com
Date: Friday, September 26, 2008, 4:44 AM

Khutbah Idul Fitri: Ramadhan, untuk Esok yang Lebih Cerah
Posted By Asfuri Bahri, Lc On 26 September 2008 @ 06:39 In Kajian

dakwatuna.com - "Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar,
tiada  tuhan selain Allah yang Maha Besar. Allah Maha Besar dan segala
puji hanya milik Allah. Allah Maha Besar sebesar-besarnya, segela puji
bagi-Nya  sebanyak-banyaknya,  Maha Suci Allah dari pagi hingga petang
hari.  Tiada  tuhan  selain Allah, sendiri. Yang benar janji-Nya, yang
memberi  kemenangan  kepada  hamba-Nya,  yang  memuliakan prajurit-Nya
sendirian.  Tiada tuhan selain Allah, dan kita tidak beribadah kecuali
hanya  kepada  Allah,  mengikhlaskan  agama hanya kepada-Nya, walaupun
orang-orang  kafir  membenci.  Tiada  tuhan  selain  Allah. Allah Maha
Besar, bagi Allah-lah segala puji." Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu
Akbar 

Pada   pagi   hari   ini   kita   menyaksikan   ratusan  juta  manusia
mengumandangkan  takbir,  tahlil,  tasbih,  dan tahmid. Semilyar mulut
menggumamkan  kebesaran, kesucian, dan pujian untuk Allah Subahanhu wa
Ta'ala,  sekian banyak pasang mata tertunduk di hadapan kemaha-besaran
Allah  Azza wa Jalla, sekian banyak hati diharu-biru oleh kecamuk rasa
bangga,  haru,  bahagia  dalam  merayakan  hari  kemenangan besar ini.
Sebuah  kemenangan  dalam  pertempuran  panjang  dan melelahkan, bukan
melawan  musuh  di medan laga, bukan melawan pasukan dalam pertempuran
bersenjata.  Namun,  pertempuran melawan musuh-musuh yang ada di dalam
diri  kita,  nafsu  dan  syahwat  serta  syetan  yang  cenderung ingin
menjerumuskan  kita. Ibnu Sirin berkata tentang sulitnya mengendalikan
jiwa,  "Aku  tidak  pernah mempunyai urusan yang lebih pelik ketimbang
urusan  jiwa."  Hasan  Bashari  berkata,  "Binatang  binal tidak
lebih
membutuhkan tali kekang ketimbang jiwamu."

Kemenangan  melawan  hawa  nafsu  ini  adalah  inti kemenangan, inilah
kemenangan   terbesar,   kemenangan   utama   yang   akan   melahirkan
kemenangan-kemenangan  lain  dalam  semua  kancah kehidupan dunia yang
kita arungi. Kita membutuhkan kemenangan seperti ini untuk memenangkan
semua  pertarungan  yang  kita  hadapi  dalam hidup ini. Betapa banyak
perangkat-perangkat   meteri   kemenangan   dikuasai  oleh  seseorang,
kelompok,  dan  bangsa.  Namun ternyata mereka harus menelan kekalahan
dengan   sederet  perangkat  materi  itu.  Mereka  memiliki  ilmu  dan
teknologi,  senjata, perlengkapan, dan sarana lainnya, namun itu semua
tidak  berdaya  di  hadapan  seseorang,  kelompok,  atau  bangsa  yang
memiliki ketangguhan jiwa, kekuatan mental, dan kematangan pribadi.

"Berapa   banyak  terjadi  golongan  yang  sedikit  dapat  mengalahkan
golongan  yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang
yang sabar." (Al-Baqarah: 249).

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, walillahil-hamdu 
Selama  sebulan  penuh  kita  berada  dalam  bulan  suci,  bulan penuh
keberkahan  dan  nilai.  Bulan  yang  mengantarkan kita kepada suasana
batin   yang   sangat  indah.  Bulan  yang  sarat  dengan  nilai-nilai
pendidikan  bagi kita kaum Muslimin. Bulan Ramadhan melatih kita untuk
memberi perhatian kepada waktu, di mana banyak manusia yang tidak bisa
menghargai  dan  memanfaatkan  waktunya.  Ramadhan  melatih kita untuk
selalu  rindu  kepada  waktu-waktu  shalat,  yang  barangkali  di luar
Ramadhan   kita   sering   mengabaikan   waktu-waktu   shalat.   Adzan
berkumandang  di  samping  kanan  kiri  telinga kita, namun kita tetap
dengan   segala   kesibukan   kita,  tak  tergerak  bibir  kita  untuk
menjawabnya apa lagi untuk memenuhi panggilan itu 

Dan  kita  membiarkan  suara  Muadzin itu memantul di tembok rumah dan
kantor kita, lalu pergi bersama angin lalu.

Sedangkan  pada  bulan  Ramadhan ini kita selalu menunggu suara adzan,
minimal  adzan  Maghrib,  kita  tempel di rumah kita bahkan kita hapal
jadwal Imsakiyyah 

Mudah-mudahan  selepas  Ramadhan  ini  rasa  rindu kepada waktu shalat
selalu    kita   pelihara.   Waktu   adalah   kehidupan.   Barangsiapa
menyia-nyiakan waktunya berarti ia menyiakan-nyiakan hidupnya.

Ada  survei  tahun 1980 bahwa Jepang adalah negara pertama yang paling
produktif  dan  evektif  dalam  menggunakan waktu, disusul Amerika dan
Israel.  Subhanallah, ternyata negara-negara itu kini menguasai dunia.
Sebagai  seorang  muslim,  mestinya  kita  menjadi  orang  yang paling
disiplin dengan waktu kita. Al-Qur'an yang kita baca di bulan Ramadhan
mengisyaratkan  pentingnya  waktu  bagi  kehidupan. Bahkan pada banyak
ayat Allah bersumpah dengan waktu.

Maka  jika kita ingin menjadi manusia yang terhormat di antara manusia
lain  dan  bermartabat  di  sisi  Allah, hendaknya kita isi waktu kita
dengan  hal-hal  yang  produktif,  baik  untuk  kepentingan dunia atau
akhirat kita.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, walillahil-hamdu 

Ramadhan  juga  melatih  kita  untuk memakmurkan tempat-tempat ibadah;
masjid, mushalla, dan surau. Gegap gempita kita mendatangi rumah-rumah
Allah  ini, kita kerahkan anak istri kita untuk meramaikan tempat suci
ini.  Hingga ketika menyaksikan pemandangan indah ini seseorang sempat
berkhayal,  "Andai  Ramadhan  datang  dua  belas kali setahun."
Begitu
indah  pemandangan  ini,  suara  pujian  dan doa bersahut-sahutan dari
pengeras  suara  di  antara  masjid-masjid.  Alam  serasa hanyut dalam
tasbih dan istighfar.

Suasana  ini  perlu  kita pertahankan selepas Ramadhan ini, kita perlu
mengerahkan  keluarga  kita  untuk  memakmurkan  masjid-masjid  Allah.
Sehingga kita layak mendapatkan janji Allah, bahwa,

"Ada  tujuh  golongan manusia yang dinaungi Allah dalam naungan-Nya di
hari dimana tidak ada naungan selian naungan Allah .dan seseorang yang
hatinya terikat dengan masjid."

Ramadhan  juga  melatih  kita untuk lebih mementingkan ketaatan kepada
Allah  dengan mengorbankan tenaga dan kepentingan kita, saat-saat kita
masih  lelah  bekerja  seharian, setelah sepanjang siang kita bertahan
dengan  rasa  lapar  dan  dahaga, saat kita mestinya beristirahat dari
kepenatan,  namun,  justru  kita  ruku' dan sujud dalam shalat tarawih
atau   qiyamu   Ramadhan   dengan  satu  harapan,  mudah-mudahan  kita
mendapatkan  keridhaan Allah, itulah satu-satunya yang paling berharga
dalam hidup kita selaku Muslim.

Semangat  ini  juga  mestinya  kita  jaga setelah Ramadhan, kita perlu
mempersembahkan apa yang kita miliki ini untuk meraih keridhaan Allah.
Sejatinya,  apa  yang  kita  miliki  saat  ini hanya amanah dari Allah
Ta'ala,   apakah   kita  dapat  menunaikannya  atau  tidak.  Hendaknya
keridhaan  Allah itu menjadi tujuan kita, tidak ada desah nafas, mulut
bergerak,  tangan  berayun,  dan  kaki  melangkah  kecuali  kita harus
mengirinya  dengan  satu  pertanyaan,  "Apakah  dengan  apa  yang saya
ucapkan  dan  saya  lakukan  ini  saya  akan mendapatkan ridha Allah."
Hingga dengan demikian serasilah apa yang sering kita ikrarkan,

"Sesungguhnya  shalatku,  ibadahku, hidup dan matiku hanya untuk Allah
Tuhan semesta alam."

Ramadhan  juga  melatih  kita  untuk mempunyai rasa solidaritas sesama
manusia,  dengan  rasa  lapar  dan  dahaga  kita  teringat  akan nasib
sebagian  dari  saudara-saudara  kita  yang  kurang beruntung di dalam
hidup  ini,  mereka  setiap  harinya dirongrong rasa lapar dan dahaga.
Apalagi,  rasa  kemanusiaan semacam ini nyaris mulai sirna dewasa ini.
Saat  budaya hedonisme mulai menjangkiti manusia modern, dimana mereka
hanya  disibukkan  oleh urusan pribadi, nafsi-nafsi, urusanku urusanku
sendiri,  silahkan  urus  urusanmu sendiri. Hal ini diakibatkan karena
orientasi  hidup  manusia  modern  yang hanya memandang materi sebagai
satu-satunya   tujuan.   Bahkan,   terkadang   untuk  memenuhi  ambisi
kebendaannya seseorang rela menghalalkan segala cara.

Solidaritas semacam ini perlu kita pelihara dan kita aplikasikan dalam
hubungan  dengan sesama manusia dengan melakukan shiyam-shiyam sunnah,
di  mana  Islam telah mensyariatkannya. Manusia modern perlu melakukan
puasa  untuk  melatih kepekaan sosialnya, para pejabat perlu melakukan
puasa sunnah untuk merasakan derita yang dialami sebagian besar bangsa
ini.  Sehingga,  muncullah  kebijakan-kebijakan  yang  berpihak kepada
masyarakat  miskin.  Atau,  minimal  dapat menurunkan gaya hidup kelas
tinggi mereka di tengah bangsa yang menangis ini.

Kita  menyambut  adanya  itikad  baik  dari  pemimpin negeri ini untuk
membudayakan  hidup  sederhana.  Alangkah  indahnya  jika ajakan hidup
sederhana  ini  diterapkan  oleh  semua  pihak, terutama para pejabat,
menteri,  anggota  dewan,  dirjen-dirjen dan lain sebagainya. Ini akan
menggurangi  anggaran negara dan dapat dialokasikan untuk hal-hal yang
lebih bermanfaat.

Bangsa  ini masih terpuruk, rakyat masih menderita. Kemiskinan menjadi
pemandangan  utama  di  setiap  sudut  kota dan pelosok desa. Tidaklah
pantas  memamerkan  kemewahan  di  hadapan mereka. Apalagi menggunakan
fasilitas negara.

Zuhud,  adalah sikap yang diajarkan Islam kepada kita dalam hidup ini.
Az-Zuhri ditanya tentang makna zuhud dan dia menjawab, "Zuhud bukanlah
pakaian yang kumal dan badan yang dekil. Zuhud adalah memalingkan diri
dari  syahwat  dunia." Orang mukmin boleh kaya dan berjaya, namun yang
ada  di hatinya hanyalah Allah semata. "Letakkan harta di tanganmu dan
jangan letakkan di hatimu." Demikian nasihat ulama.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, walillahil-hamdu 
Sungguh  banyak  pelatihan  yang diberikan oleh Diklat Ramadhan kepada
kita, itulah barangkali di antara hikmah disyariatkannya shiyam selama
sebulan  agar  sebelas  bulan  sisanya  kita  lalu  dengan  menerapkan
nilai-nilai  Ramadhan.  Agar  suasana  spiritual  yang  dilatih selama
sebulan  ini  menjadi  energi  kita  dalam  mengarungi  sebelas  bulan
berikutnya.  Agar  predikat  takwa  itu benar-benar terjaga dalam diri
kita.  Sebab  ketakwaan  itulah  bekal  hidup  dan  modal  kita  untuk
menghadapi pengadilan Allah Azza wa Jalla.

"Dan  berbekallah kalian, karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah
takwa. Dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal."

"Sesungguhnya  sebaik-baik  kalian  di  sisi  Allah adalah yang paling
bertakwa."
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, walillahil-hamdu 

Demikianlah  Ramadhan  telah  memberikan  banyak  perubahan dalam diri
kita.  Mulai dari sikap, perilaku, dan paradigma dalam memandang hidup
dan  kehidupan  ini.  Mestinya  ini  semua  menjadi  bekal  kita untuk
melakukan   perubahan-perubahan   di   masa   depan,   perubahan  yang
mengantarkan  hidup  kita  ke  arah  yang  lebih baik. Sebagai pribadi
maupun bangsa.

Sungguh  kehidupan  yang kita lalui masih sulit, beban yang kita pikul
semakin berat. Baik sebagai pribadi atau sebagai bangsa, kita sekarang
belum  juga  bisa berkelit dari krisis multi dimensi yang cukup pelik.
Pekerjaan  kian  sulit  dicari,  harga-harga  masih membumbung tinggi,
angka  pengangguran masih tinggi, bencana alam, kejahatan meraja-lela.
Demi  sesuap  nasi,  nilai-nilai  yang semestinya dijunjung dan dijaga
tidak  diindahkan  lagi.  Bahkan, nyawa yang begitu mahal dan berharga
oleh semua agama dan ideologi, kini menjadi taruhan yang sangat murah.
Dari  layar  TV  dan  media  cetak  kita  sering menyaksikan peristiwa
pembunuhan  yang  sungguh  mendirikan  bulu  kuduk  kita; seorang anak
membantai  ayahnya,  suami  mencincang  istrinya,  tetangga menghabisi
tetangganya,  saudara  menggorok  saudaranya,  yang rata-rata motifnya
sama, ekonomi.

Tidak  ada  bekal  terbaik  untuk  menghadapi kondisi sulit ini selain
ketakwaan.  Barangkali  semua  orang  sepakat  bahwa  kita semua harus
bangkit  untuk  mengatasi semua kesulitan yang melanda kita dan bangsa
kita  dewasa  ini.  Untuk  itu  di hari yang fitri ini, di tengah kita
merayakan  kemenangan  besar  ini.  Di  mana  kita  baru  saja selesai
melakukan  pelatihan  selama  sebulan  penuh,  di mana nuansa kesucian
tengah  kita  rasakan  saat ini, sehingga pikiran dan hati kita tengah
mengalami   pencerahan  karena  nilai-nilai  ketakwaan.  Marilah  kita
menatap  hari esok dengan semangat berubah ke arah yang lebih baik dan
penuh  optimisme,  dan memang seorang Mukmin, seorang Muttaqi, seorang
yang  bertakwa  pantang kehilangan asa dalam kondisi apapun. Optimisme
adalah harga mati jika kita ingin bangkit mengatasi berbagai kesulitan
ini.


Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, walillahil-hamdu 
Ada beberapa variabel untuk membangun optimisme dalam diri kita.

Pertama, Husnudzan kepada Allah.
Husnudzan  atau berprasangka baik kepada Allah ini harus kita kokohkan
dalam  diri  kita.  Kita  sepakat  bahwa tidak ada satu peristiwa yang
terjadi  selain  dengan  izin  dan  kehendak Allah, termasuk ujian dan
kesulitan   yang   tengah  kita  hadapi.  Dan  seorang  Mukmin  selalu
menghadapi  semua  ketentuan  Allah  itu  dengan  prasangka  baik.  Ia
mempunyai  prinsip  bahwa  apa  yang  menimpanya,  itulah yang terbaik
baginya  menurut  Allah.  Oleh  karena  itu ia tidak menggerutu kepada
Penciptanya,  ia  tidak  memberontak karena keputusan Tuhannya, dan ia
selalu   menatap   semua  ujian  itu  dengan  senyum.  Ia  yakin  akan
mendapatkan dua keuntungan dari ujian itu:

1. Diangkat dan dihapuskannya kesalahan dan dosa-dosanya
2. Dan tinggikan derajatnya di sisi Allah Azza wa Jalla

"Sesungguhnya  jika  Allah  mencintai  suatu kaum, Dia menguji mereka.
Barangsiapa   bersabar   ia   mendapat   (pahala)   kesabarannya,  dan
barangsiapa gundah gulana, ia (tersiksa) karena kegundahannya."

"Sungguh mengherankan urusan seorang Mukmin, semua urusannya berakibat
baik  baginya, dan itu tidak terjadi kepada selain orang-orang Mukmin,
jika  mendapatkan kebaikan ia bersyukur dan itu baik baginya. Dan jika
mendapat bencana ia bersabar dan itu baik pula baginya." (Muslim)

Husnudzan harus kita pelihara dalam diri kita. Allah tidak menghendaki
dari  hamba-Nya  selain  kebaikan,  kalau  tidak di dunia, di akhirat.
Jangan  sampai  kita  celaka  di dunia dan di akhirat akibat prasangka
buruk kita kepada Allah. Na'udzu billah, tsumma na'udzu billah.

Kedua, Tidak putus berdoa.

Doa  merupakan  senjata  orang  beriman,  berdoa  merupakan ibadah dan
enggan berdoa merupakan kesombongan kepada Allah Azza wa Jalla.

Sebagai  bangsa,  kita  ini mestinya sudah hancur berantakan, mestinya
negara  yang  bernama  Indonesia ini gulung tikar. Krisis ekonami yang
berkepanjangan,  krisis  kepercayaan, moral, bom meledak di mana-mana,
pemerintahan yang lemah, tekanan bahkan konspirasi untuk menghancurkan
bangsa  kita begitu kuat. Pertikaian dan peemusuhan antar suku, entis,
dan antar agama, pertumbuhan ekonomi yang kian memburuk, hutang negara
yang  kian  membumbung tinggi. Mestinya, semua itu cukup membuat kita,
sebagai bangsa ambruk terkapar  akan tetapi kenyataannya tidak, apapun
keadaannya, kita masih bisa berdiri tegak. Barangkali pihak-pihak yang
menginginkan  kehancuran  negeri  ini  tak habis pikir, mengapa hingga
saat  ini kita masih bisa bertahan. Kita yakin seyakin-yakinya, itulah
berkat  doa  yang  dipanjatkan  setiap muslim di negeri ini, bahkan di
seluruh dunia, itu semua berkat ratusan juta pasang tangan yang selalu
ditengadahkan  ke  langit,  memohon  kepada  yang  Maha  Kuat dan Maha
Perkasa, agar negeri ini dijauhkan dari kehancuran 

Ketiga, meneladani para nabi dan rasul.
Mereka  adalah kekasih-kekasih Allah dan itu kita sepakat. Namun ujian
Allah timpakan kepada mereka begitu dahsyat dan tak terperikan. Bahkan
di   antara  mereka  ada  yang  mendapatkan  gelar  Uluz  Azmi  karena
keberhasilan  mereka  dalam  mengarungi  ujian berat. Dan mereka tidak
pernah berputus asa kepada Allah Ta'ala.

Adalah nabiyullah Zakaria yang selalu merindukan anak, namun hingga di
usianya yang mulai senja, si buah hati yang diidamkannya belum kunjung
datang.  Akan  tetapi  hal  itu  tidak  membuatnya  berputus  asa  dan
kehilangan optimisme. Dengarkanlah Al-Quran menuturkan,

(Yang  dibacakan  ini  adalah)  penjelasan  tentang  rahmat Tuhan kamu
kepada  hamba-Nya,  Zakariya, yaitu tatkala ia berdo`a kepada Tuhannya
dengan  suara  yang  lembut.  Ia  berkata:  "Ya  Tuhanku, sesungguhnya
tulangku  telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum
pernah   kecewa   dalam   berdo`a   kepada  Engkau,  ya  Tuhanku.  Dan
sesungguhnya  aku  khawatir  terhadap  mawaliku  sepeninggalku, sedang
isteriku  adalah  seorang yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisi
Engkau  seorang putera, yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebahagian
keluarga   Ya`qub;   dan  jadikanlah  ia,  ya  Tuhanku,  seorang  yang
diridhai".(Maryam: 2-6)

Orang   yang   sudah  tua  renta,  istrinya  mandul lalu  mengharapkan
mempunyai  anak? Rasanya mustahil itu terjadi, rasanya harapannya akan
tinggal   harapan.   Akan  tetapi  kekasih  Allah  tidak  menyandarkan
harapannya   kepada  sebab-sebab  manusiawi,  karena  sebab-sebab  itu
merupakan  kehendak  Allah,  Allah  mampu  menciptakan dari yang tiada
menjadi  ada.  Apalagi dari yang sudah ada, walau usia renta dan istri
mandul. Akhirnya Allah mendengar doanya dan melihat ketegarannya.


"Hai  Zakariya,  sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu akan
(beroleh)  seorang anak yang namanya Yahya, yang sebelumnya Kami belum
pernah menciptakan orang yang serupa dengan dia." (Maryam: 7).

Itu pula yang dialami Ibrahim, Khalilullah.

Tidak ada yang mustahil bagi Allah, jika kita tetap berusaha dan berdoa.

Pada  perang  Khandaq,  saat  sepuluh ribu pasukan sekutu yang terdiri
dari  suku Quraisy dan kabilah-kabilah Arab lainnya mengepung Madinah.
Sementara Rasulullah hanya didukung dua ribu pasukan dengan parit yang
mengelilingi  sebagian  sisi  kota.  Sementara  itu orang-orang Yahudi
Quraidzah   yang   terikat   perjanjian  dengan  kaum  Muslimin  untuk
melindungi   wilayah   perbatasan   kota   Madinah,   ternyata  mereka
membatalkan  perjanjian  dan  bergabung  dengan  pasukan  sekutu.  Dan
dengarlah sikap Rasulullah menghadapi kondisi genting ini,


"Allahu  Akbar,  bergembiralah  wahai  sekalian  kaum  Muslimin dengan
kemenangan dari Allah dan pertolongan-Nya."

Dan ternyata Allah memperhatikan optimisme hamba terbaik-Nya, dua ribu
pasukan  Muslim  dapat  mengalahkan  sepuluh  ribu pasukan sekutu plus
orang-orang Yahudi Bani Quraidzah.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, walillahil-hamdu 
Keempat, beramal dan bertawakkal.

Sebab  Allah  tidak  menurunkan  emas  dari langit. Singsingkan lengan
baju. Kita gunakan seluruh potensi yang Allah karuniakan kepada kita

"Dan  katakanlah:  "Bekerjalah  kalian, maka Allah dan Rasul-Nya
serta
orang-orang  mu'min  akan  melihat  pekerjaanmu  itu,  dan kalian akan
dikembalikan  kepada  (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang
nyata,   lalu  diberitakan-Nya  kepada  kalian  apa  yang  telah  kamu
kerjakan". (At-Taubah:105).

Sebab tidak ada yang mengubah kita selain kita sendiri 

"Bagi   manusia   ada   malaikat-malaikat   yang  selalu  mengikutinya
bergiliran,  di  muka  dan  di  belakangnya,  mereka  menjaganya  atas
perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum
sehingga  mereka  mengubah  keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.
Dan  apabila  Allah  menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka
tak  ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi
mereka selain Dia." (Ar-Radu: 11)

Akhirnya,  dengan  jiwa  yang  suci  bersih bak seorang bayi yang baru
lahir.  Marilah  kita  tundukkan  hati  kita  kepada  kebesaran Allah,
menengadah, mengharap akan karunia dan rahmat-Nya, untuk kita keluarga
kita, kaum Muslimin, dan bangsa kita.


http://www.dakwatuna.com/2008/khutbah-idul-fitri-ramadhan-untuk-esok-








      
--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
=============================================================== 
UNTUK DIPERHATIKAN:
- Wajib mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, mohon dibaca & dipahami! Lihat di 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi anda pada setiap posting
- Dilarang mengirim email attachment! Tawarkan kepada yg berminat & kirim 
melalui jalur pribadi
- Dilarang posting email besar dari >200KB. Jika melanggar akan dimoderasi atau 
dibanned
- Hapus footer & bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Jangan menggunakan reply utk topik/subjek baru
=============================================================== 
Berhenti, kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED] 
Daftarkan email anda yg terdaftar pada Google Account di: 
https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id
Untuk dpt melakukan konfigurasi keanggotaan di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke