Assalamualaikum w.w. pak Chaidir

Satuju panuah. Di palanta ko kan paangekkan saluang,
untuak 'sounding' pandapek kito nan iduik di Rantau.

Dari wacana salamo ko alah jaleh bana nampak bahaso
ado duo aliran gadang nan alun bisa dipatamukan
tentang ABS SBK. Itu makonyo ambo sarankan supayo
diparambunkan sajo dalu. Rasonyo memang barek untuak
manyalasaikan masalah warisan sejarah 170 tahun ko
dalam wakatu singkek.

Wassalam,
Saafroedin Bahar



--- chaidir latief <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> pak Saf dan dunsanak sapalanta
> 
> Adanyo perubahan berperannya BAPAK dalam struktur
> kehidupan urang rasonyo alah lamo merupakan
> KENYATAAN  
> Masalahnya tiang dari adat bugaya Minangkabau APAKAH
> HANYA itu 
> Kalau kiya kembali pada rumus ada YANG BERUBAH dan
> ADA YANG TETAP maka yang tetap iyu apa  Apa CIRI
> urang Minang ayau JAI DIRI urang Minang  Apakah
> urang Minang kini ridak lagi membutuhkan JATI DIRI 
> SIA sabananyo  nan MAMIKIAKAN MASA DEPAN ADAT BUDAYA
> MINANGKABAU ko Kok di Sunda alah ado sekelompok
> tokoh dan pakar Ambo indak tau etnis lain Yang jakeh
> ambo indak tau SIA NAN PEDULI 
> Kembali ka konnsep pak Saf apakh ABSSBK apakah
> matrilinial  plus dll manuruik ambo itu karajo para
> peneliti Indak akan ada artinya dibicarokan di melis
> ko   Kalau itu memang serius akan digarap kita
> matangkanlah para apa yang sejak lama kita
> persiapkan yang akan meneliti mengkaji masalah ko 
> Iko pun masih panjang karano harus dibahas lagi
> apakah Kongres Adat dll 
> Karano itu ambo lebih cendrung di melis ko kita
> mencari jalan terbaik membangun RASA KEBERSAMAAN
> dulu 
> Ch N Latief
> 
> 
> ----- Original Message ----
> From: Saafroedin BAHAR <[EMAIL PROTECTED]>
> To: RantauNet@googlegroups.com
> Sent: Sunday, March 25, 2007 6:43:27 AM
> Subject: [EMAIL PROTECTED] Re: "Visi Minangkabau 2020",
> khusus untuk ABS SBK
> 
> 
> Waalaikumsalam w.w. Dunsanak Erwin sarato dunsanak
> sapalanta,
> 
> Pertama, data tentang prevalensi keluarga batih yang
> saya kutip berasal dari penelitian Universitas
> Andalas
> tahun 1978, yang menyatakan bahwa 96.5 % responden
> [di
> Ranah] sudah hidup dalam keluarga batih yang
> dipimpin
> ayah dan bukan lagi dipimpin oleh mamak [lihat Masri
> Usman "Kedudukan dan Peranan Bapak dalam Keluarga
> Minang Dewasa Ini" dalam Anonim, 1982, Diskusi
> Manajemen Rumah Tangga dan Adat Minangkabau dalam
> rangka ulang tahun sewindu Bundo Kanduang Tingkat I
> Sumatera Barat di Aula Universitas Andalas, Padang,
> h.
> 125-162]. Saya percaya bahwa kalau yang di Rantau
> sudah 100% hidup dalam keluarga batih.
> 
> Kedua, saya sependapat dengan Dunsanak bahwa masalah
> hukum kekerabatan dan hukum kewarisan dalam ABS SBK
> ini sengaja 'dipabiakan sajo', yang menurut dugaan
> saya disebabkan karena adanya semacam 'vested
> interest' untuk kepentingan pribadi dari para
> fungsionaris sistem kekerabatan yang ada selama ini,
> khususnya dalam penguasaan serta pengelolaan harta
> pusaka. Dalam hubungan ini saya menunjuk kenyataan
> bahwa usaha Dunsanak Drs Firdaus Oemar Dt Maradjo
> dari
> Solok untuk memperkenalkan Manajemen Suku yang lebih
> rapi disambut dingin-dingin saja di Sumatera Barat,
> mungkin sekali karena hal itu akan berimplikasi
> keharusan adanya akuntabilitas dari para manajer
> harta
> pusaka ini. 
> 
> Dalam hubungan ini, menurut pendapat saya, akan
> sangat
> menarik, jika diadakan suatu survai atau angket
> kepada
> para 'stakeholders' sistem kekerabatan sekarang --
> khususnya kepada kaum perempuan dan para anak
> kemenakan, di Ranah dan di Rantau  -- untuk
> menanyakan
> apakah menurut mereka harta pusaka itu sudah
> dikelola
> dengan baik atau tidak baik oleh para manajernya,
> dan
> jika tidak baik, apa sanksi yang akan -- atau harus
> --
> dijatuhkan kepada mereka yang mengabaikan tugasnya
> itu. 
> 
> Saya setuju untuk mempertahankan hal-hal yang baik
> dari sistem yang ada, sambil mengurangi atau
> meniadakan sisi-sisi negatifnya. Tahun 2004 dahulu
> saya menawarkan nama 'sistem parental plus' untuk
> sistem kekerabatan yang sudah diperbaiki ini, tetapi
> nama ini ternyata banyak disalah mengerti, terutama
> oleh para fungsionaris adat di Ranah. Tahun 2006
> yang
> lalu, tanpa merubah esensi konsepnya, Buya Masoed
> Abidin dalam pertemuan di TMII -- yang juga dihadiri
> oleh Bp Amir MS --  menawarkan nama yang mungkin
> lebih
> dapat diterima, yaitu 'sistem matrilineal plus',
> yang
> langsung saya setujui.
> 
> Visi saya tentang 'sistem matrilineal plus' ini
> adalah
> sebagai berikut: buah paruik, kaum, dan suku yang
> sudah ada selama ini tetap diakui apa adanya sesuai
> dengan ketentuan adat Minangkabau, dibawah
> kepemimpinan para ninik mamak, hanya dengan
> pengkhususan tugas dalam bidan sosial ekonomi
> semata,
> yaitu untuk pengelolaan dan pemeliharaan harta
> pusaka,
> kalau bisa untuk mengembangkannya. Agar
> pertanggungjawabannya lebih mantap, buah paruik,
> kaum,
> atau suku ini diberi bentuk badan hukum, misalnya
> sebagai yayasan. Bersamaan dengan itu, sesuai dengan
> ajaran Islam tentang nasab,  kedudukan ayah diakui
> secara formal sebagai pemimpin keluarga, yang
> bertanggungjawab penuh dalam mencari nafkah,
> membimbing keluarga, serta pendidikan pribadi
> anak-anaknya. 
> 
> Menurut pandangan saya, sistem matrilineal plus ini
> akan mampu baik untuk memelihara sisi-sisi yang
> terbaik dari warisan budaya Minang yang lama maupun
> untuk menyesuaikannya dengan ajaran Islam dan Hukum
> negara tentang keluarga batih, yang terdiri dari
> ayak,
> ibu dan anak-anaknya. Lebih dari itu akan
> menciptakan
> suasana keluarga yang wajar bagi pertumbuhan pribadi
> seorang anak di bawah pimpinan ayah dan ibunya
> sendiri.
> 
> Oleh karena sesungguhnya seluruh orang Minang --
> baik
> di Ranah maupun di Rantau -- sudah hidup dalam
> keluarga
> batih menurut ajaran islam dan hukum negara ini,
> maka
> masalahnya adalah hanya untuk mengakomodasi secara
> formal kenyataan tersebut ke dalam tataran noma adat
> dan budaya Minangkabau. Tidak lebih dan tidak
> kurang.
> 
> Menurut penglihatan saya, prakarsa ke arah
> penyesuaian
> secara formal dari sistem kekerabatan tradisional
> Minangkabau -- yang tidak atau belum mengakomodasi
> peran keluarga batih menurut ajaran Islam dan hukum
> negara ini -- mustahil akan dilakukan oleh para
> fungsionaris adat yang sekarang, karena 'vested
> interest' mereka yang saya tengarai di atas.
> Prakarsa
> ke arah itu harus diambil oleh para 'stakeholders',
> yaitu kaum perempuan serta anak cucu, didukung oleh
> kaum terpelajar Minang. Jangan lupa mengajak Bp Drs
> Firdaus Oemar Dr Maradjo dari Solok Saiyo Sakato,
> yang
> sudah dua tahun ini menawarkan konsep Manajemen
> Suku,
> yang disambut dingin-dingin saja oleh rekan-rekan
> beliau sesama penghulu.
> 
> Sampai disini dahulu.
> 
> Wassalam,
> Saafroedin Bahar
> 
> --- Erwin <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> 
> > 
> > Assalamu'alaikum WW Pak Saf dan sidang sapalanta,
> > 
> > Dalam pemahaman Win, visi itu adalah sesuatu yang
> > satu, tidak terpecah-pecah. 
> > 
> > Dua alternatif yang Pak Saaf sampaikan, "ABS SBK
> > minus Hukum
> > Kekerabatan jo Hukum Waris" atau "ABS SBK sacaro
> > panuah",  bisa dipandang 
> > berbeda secara prinsipil (masalah waris diatur
> > secara jelas oleh Allah SWT 
> > hingga jumlahnya secara menditail).
> > 
> > Win melihat kecenderungan perkembangannya, masalah
> > ABS SBK ini dipabiakan 
> > indak ado kepastian.
> > 
> > Data dan analisa yang pak Saaf sampaikan
> sebelumnya,
> > bahwa sekitar 90 persen 
> > warga minang di rantau telah meninggalkan sistem
> > kekerabatan dan waris sesuai 
> > adat (mohon dikoreksi jika salah) menunjukkan
> 
=== message truncated ===



 
____________________________________________________________________________________
The fish are biting. 
Get more visitors on your site using Yahoo! Search Marketing.
http://searchmarketing.yahoo.com/arp/sponsoredsearch_v2.php

--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
Berhenti (unsubscribe), kirim email ke: [EMAIL PROTECTED]

Konfigurasi dan Webmail Mailing List: http://groups.google.com/group/RantauNet
Daftar dulu di: https://www.google.com/accounts/NewAccount
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke