Surau, Dangau, Lapau dan Rantau 

 

Kamis, 18 September 2008 

OLeh : Marthias Pandoe, Wartawan Senior
Surau, dangau, lapau, dan rantau, melekat dalam aspek kehidupan (way of
life) orang Minangkabau sejak dulu. Ada surau yang dibangun  suatu
kaum-suku (clan). ini dinamakan surau kaum. Ada pula yang dibangun
masyarakat umum. Surau kaum untuk mengaji anggota kaum itu dan untuk
shalat berjamaah. Berarti tiap suku punya guru mengaji yang piawai,
sekalian jadi imam shalat. Beliau sewaktu-waktu  memberi ceramah rohani.
Di samping itu, dipergunakan untuk berkumpul-kumpul kaum yang
bersangkutan dalam rangka memelihara silaturahmi keluarga besar. Ketika
itu ada saja topik pembicaraan masalah intern atau ekstern. Bila
membicarakan soal jodoh perkawinan, biasanya dilangsungkan di rumah
keluarga yang akan punya hajat. 

Surau yang dibangun masyarakat, fungsinya sama dengan mushala,
dipergunakan untuk shalat berjamaah dan wirid pengajian mingguan.
Dihadiri  bukan oleh satu kaum saja, tapi siapa pun dalam satu kampung,
tidak pilih suku. Ada pula fungsi surau untuk "pelarian" bila seorang
laki-laki banganyi atau mangucie (pisah ranjang) akibat bersengketa
dengan isteri tersebab masalah yang tidak bisa diatasi. Namun belum
menjatuhkan talak-cerai, yakni tindakan halal tapi dimurkai Allah.
Berpikir 1.000 kali lebih dulu sebelum menjatuhkan talak. 

Bisa saja pisah ranjang itu seminggu atau dua minggu, malah mungkin
sebulan atau berbulan-bulan. Untuk makan suami yang pisah ranjang tadi,
pergi ke rumah orangtuanya, atau makan di warung. Bahkan ada juga yang
memasak sendiri pada satu pojok surau yang tidak mengganggu orang
shalat. Kaum laki-laki di Minang umumnya pandai memasak nasi sekalian
dengan lauk-pauk. Pada suatu waktu, pihak keluarga isteri membujuk agar
mau rujuk. Kalau dia mengangguk, berarti mau seranjang kembali dengan
suaminya. Lantas diutus seseorang kepada sang suami untuk rukun lagi.
Bila okey, maka pelaksanaannya diselenggarakan doa selamat secara
sederhana bersama keluarga kedua pihak. 

Kedua macam surau tadi biasanya punya medan untuk belajar pencak silat.
Belajar seni bela diri ini diberikan seorang pendekar dan dilakukan usai
Shalat Isya, sekitar pukul 20.00 WIB malam selama kurang lebih dua jam.
Yang sudah berkeluarga pulang ke rumah mereka masing-masing, sedang yang
bujangan tidur di surau.  Lazim, bila seorang anak laki-laki sudah
berusia 10 tahun, tidur di surau. bersama kawan-kawannya. Janggal jika
mereka masih tidur di rumah orangtua. Dia akan diejek teman sebaya
sebagai masih menyusu pada ibunya. Apalagi bila di rumah orang tuanya
terdapat suami-isteri kakaknya. 

Dangau 

Dangau semacam bangunan darurat di tengah-tengah ladang. Biasanya
berdinding tadie (gedek) dengan atap rumbia.Semula berfungsi hanya untuk
tempat menginap sambil menjaga ladang. Tapi kemudian beberapa bujangan
nimprung di sini. Dangau dijadikan ajang bergurau, mengota-ota
(ngobarol). Saling bertukar informasi mengenai pertanian. Atau
memperkatakan orang (bergunjing) mengenai apa saja. Namun ada juga
ilustrasi  kesenian puput saluang. 

Dengan seorang penyanyi yang menampilkan pantun beriba-iba, menangisi
nasib kok tidak juga dilamar orang. Dangau pun sepertinya tempat transit
dari bujangan ke rumahtangga.(kawin). Di tengah-tengah sawah terdapat
juga dangau tapi dalam ukuran kecil, tempat berteduh bila tidak tahan
panas waktu menggarap sawah, ataupun untuk berteduh bila turun hujan.
Tempat makan waktu istirahat. Di saat padi sudah berbuah, dangau
dijadikan pos untuk menghalau burung. 

Lapau 

Hampir tiap kampung punya banyak lapau (warung). Lebih-lebih di kawasan
kelompok rumah yang ramai penghuni. Lapau bagi mereka sekaligus ajang
tempat bergurau. Tidak hanya menjual makan ringan dan kebutuhan
sehari-hari, tapi juga tersedia kopi, ketan, pisang goreng, lontong, dan
sebagainya. Tiap lapau punya meja yang sekaligus digunakan untuk main
domino. Tersedia pula palanta, yakni bangku panjang yang bisa diduduki
4-5 orang bagi mereka yang menonton main domino. 

Pengunjung datang pagi, kendati di rumah sang istri bisa menyediakan
kopi tanpa merogoh dompet. Apakah gerangan yang menyebabkan mereka suka
minum kopi di lapau? Pagi itu mereka berada di lapau paling-paling satu
jam. Kemudian pergi ke sawah-ladangnya. Jam menunjukkan pukul 08.00 WIB
pagi. Kalau dia petani, baru mengayunkan cangkul pukul 08.30 WIB. Kalau
dia tukang, baru mempergunakan kapak katam atau gergajinya juga pukul
08.30 WIB. 

Sebelumnya diasah dulu agar tajam.  Sekitar pukul 10.00 WIB mereka sudah
minta kopi lagi bersama makanan ringan lainnya. Berarti istirahat selama
setengah jam. Pukul 12.00 WIB mereka makan siang sembari menunaikan
Shalat Zuhur. Makan, istirahat dan shalat tersebut, bahkan sampai pukul
13.30 WIB. Terpakai waktu tidak kerja selama satu setengah jam. Pukul
16.30 WIB sore mereka sudah bersiap-siap untuk pulang. 

 Jadi waktu yang efektif kerja seorang petani desa atau tukang umumnya
cuma sekitar empat jam sehari .Usai mandi dan Ahalat Ashar, mereka
mengantar pulang ke rumah alat-alat yang mereka gunakan bekerja. Lalu
mandi dan menukar pakaian. Sesaat kemudian mereka pergi  ke lapau
Lagi-lagi untuk minum kopi.  Nah, di sini fungsi lapau menjadi
information centre. Mereka sesamanya mengobrol soal macam-macam. Dari
kehidupan sosial sampai berbicara "politik tinggi", dalam dan luar
negeri. Mempergunjingkan para pejabat, soal sepak bola, cerita dalam
sinetron yang mereka tonton dilayar televisi. 

Jika dia petani sawah atau ladang memperkatakan pengalaman hasil
produksi panennya. Mengkaji bila menggunakan pupuk organik dibanding
pupuk buatan. Mereka menganalisa turun naiknya harga. Orang awak memang
terkenal dengan "budaya tutur" bisa maota (ngobrol) berjam-jam sampai
larut malam. Tentu ini tidak seluruh petani bekerja empat jam. Sebagian
ada yang bekerja delapan jam sehari, tapi agak selektif. 

Rantau 

Merantau meninggalksn kampung halaman sudah lama membudaya. Ada yang
dinamakan "rantau burung pipit", yakni terbang membawa sarang. Bagi yang
mampu berinvestasi, mereka bangun  restorannya dengan arsitektur Minang,
bagonjong. Mereka pakai sound system dengan lagu-lagu Minang baik yang
tradisional, maupun irama modern. Restoran Padang menyebar seantero
nusantara, bahkan di mancanegara. 

Ada rantau hanyut. Mereka tidak pulang-pulang kampung lagi setelah
beranak-pinak. Ini dinamakan rantau cino. Mereka tidak mengetahui siapa
kerabatnya di kampung, tidak tahu  apa suku dan siapa ninikmamaknya.
Bahkan tidak tahu dengan sudut-sudut kampungnya.Tidak mau tahu dengan
hak tanah ulayat yang seharusnya diwarisi sebagai harta pusaka. Tidak
menghargai nilainya dibanding kekayaan yang diperoleh di rantau. Mereka
yang melarat, malu pulang kampung., takut diejek, dicemoohkan. Mereka
tidak peduli lagi dengan pepatah: Hujan emas di negeri orang, hujan batu
di negeri awak, namun tetap cinta dengan negeri leluhur. 

Nun di pelosok terpencil di Kalimantan, ada keluarga yang sudah punya
sawah ladang.di sana. Entah apa sebabnya mereka lebih kerasan, pada hal
di kampung banyak lahan warisannya terlantar. Ada pula yang sering
pulang, setidaknya pada hari raya Idul Fitri, melagakkan kesuksesan di
rantau, sehingga teman-temannya terbius untuk meninggalkan kampung, ikut
merantau. 

Yang dulu jadi pedagang kaki lima, lama-kelamaan  punya toko atau jadi
pengusaha besar. Success story!
Banyak di antara mereka, begitu tamat SMA misalnya, sudah enggan
memegang pacul bertani. Biar jadi pedagang kaki lima di rantau,
berhujan-berpanas di pinggir jalan. Keluarga Minang yang berada di
rantau diperkirakan lebih banyak dibanding yang menghuni kampung
halaman. *** 

http://www.padangekspres.co.id/content/view/18578/55/

 


The above message is for the intended recipient only and may contain 
confidential information and/or may be subject to legal privilege. If you are 
not the intended recipient, you are hereby notified that any dissemination, 
distribution, or copying of this message, or any attachment, is strictly 
prohibited. If it has reached you in error please inform us immediately by 
reply e-mail or telephone, reversing the charge if necessary. Please delete the 
message and the reply (if it contains the original message) thereafter. Thank 
you.


--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
=============================================================== 
UNTUK DIPERHATIKAN:
- Wajib mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, mohon dibaca & dipahami! Lihat di 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi anda pada setiap posting
- Dilarang mengirim email attachment! Tawarkan kepada yg berminat & kirim 
melalui jalur pribadi
- Dilarang posting email besar dari >200KB. Jika melanggar akan dimoderasi atau 
dibanned
- Hapus footer & bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Jangan menggunakan reply utk topik/subjek baru
=============================================================== 
Berhenti, kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED] 
Daftarkan email anda yg terdaftar pada Google Account di: 
https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id
Untuk dpt melakukan konfigurasi keanggotaan di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke