Al-Nakbah 
Oleh Ahmad Syafii Maarif

Al-Nakbah  istilah bahasa Arab, dibaca annakbah dan bermakna malapetaka, 
bencana,  dan yang sejenis itu. Dalam Bahasa Inggris, perkataan holocaust 
semakna  dengan perkataan Arab itu. Bencana yang dialami orang Yahudi di bawah  
Nazi Hitler selalu saja diulang-ulang oleh Israel untuk menunjukkan  bahwa enam 
juta (banyak yang mempertanyakan angka ini) orang Yahudi di  Eropa, telah 
dibinasakan sebagai perwujudan politik anti-Semitisme  Hitler. 


Ajaibnya, al-Nakbah adalah malapetaka yang ditimpakan  oleh Israel atas rakyat 
Palestina pada 1948 dan seterusnya. Mereka  dihalau dari tempat tinggalnya, 
dibunuh, hartanya dirampas, dan  berlakulah apa yang disebut "pembersihan 
etnis". Istilah al-Nakbah  mungkin pertama kali diciptakan oleh Prof Constantin 
Zureig dari  Universitas Amerika Beirut dalam karyanya Ma'na al-Nakbah (Makna  
Malapetaka). 


Dengan kata lain, kekejaman Hitler justru  dibalaskan kepada rakyat Palestina 
yang tidak ada kaitannya dengan  tragedi Yahudi di Eropa itu. Proklamasi 
berdirinya negara Israel pada 15  Mei 1948 adalah hari bencana dan berkabung 
bagi Palestina yang pada  bulan ini mereka peringati di berbagai bagian dunia. 
Pada 1948 itu  sekitar 750 ribu rakyat Palestina telah dihalau. Mereka kemudian 
 
mengungsi ke negara-negara tetangga akibat brutalitas tentara Israel.  Tahun 
2010, menurut data UNRWA (the United Nations Relief and Works  Agency), jumlah 
pengungsi Palestina sudah membengkak menjadi lima juta  manusia, tidak saja di 
negeri-negeri Arab, bahkan yang tersebar sampai  ke Cile sejumlah 500 ribu.

Di Indonesia, malah ada segelintir  orang yang buta peta kemanusiaan dengan 
bahagia memperingati ulang tahun  Israel pada 15 Mei yang lalu. Sebagai bagian 
dari hak kebebasan  berekspresi bisa saja itu terjadi, tetapi tuan harap ingat 
bahwa negara  Israel didirikan atas tengkorak dan darah rakyat Palestina. 
Berekspresi  gembira untuk 15 Mei ini sama dengan menyetujui politik 
pembersihan  
etnis Palestina oleh Israel yang masih saja berlangsung sampai hari ini.  Jika 
demikian, di mana kemanusiaan kita, di mana hati nurani kita?

Saya  yang sejak dua tahun terakhir mengikuti konflik Palestina-Israel ini  
sudah sampai kepada aksioma bahwa Israel dengan ideologi rasis  Zionismenya, 
tidak akan pernah dapat dipercaya. Beberapa hari yang lalu,  Benjamin Netanyahu 
sangat cemas dengan adanya deklarasi perdamaian  Fatah dengan Hamas. Bagi kaum 
Zionis, yang selalu diupayakan adalah agar  kedua faksi Palestina itu saling 
menghancurkan satu sama lain sehingga  Palestina lenyap dari peta bumi. Golda 
Meir tahun 1969 dengan pongah  mengatakan bahwa Palestina itu tidak ada. 
Jenderal Moshe Dyan mengakui  terus terang bahwa berdirinya Israel memang 
melalui pengusiran rakyat  Palestina.

Tetapi, satu hal yang perlu dicamkan adalah rakyat  Palestina dengan segala 
penderitaan yang ditanggungnya tidak mungkin  menyerah. Matthias Chang menulis 
di Global Research (19 Januari 2010)  setelah berkunjung ke Jalur Gaza pada 
Januari 2010. Dia memberikan  testimoni berikut ini. "Kaum Zionis di Israel dan 
di berbagai bagian  dunia punya kecemasan dahsyat--cemas akan semangat pantang 
menyerah,  sebuah senjata lebih dahsyat daripada bom nuklir. Palestina dan 
rakyat  Palestina tidak mungkin ditaklukkan dan dikuasai." 


Mengapa  Israel cemas? Chang dengan mudah menjelaskan:  Israel tidak mungkin  
bertahan di atas kekuatannya sendiri. Pemimpin-pemimpin Israel, sejak  dari 
David Ben-Gurion sampai kepada Ariel Sharon dan sekarang Benjamin  Netanyahu 
dan 
Ehud Barak, sadar benar bahwa tanpa dukungan gabungan  kekuatan militer dan 
keuangan tanpa batas dari Amerika Serikat, Inggris,  dan Uni Eropa, Israel 
tidak 
pernah mampu melakukan ofensif militer  manapun terhadap Palestina. Israel 
dapat 
melancarkan kejahatan perang  dan berlepas diri darinya karena Amerika Serikat 
akan melakukan veto  atas Resolusi Dewan Keamanan PBB, yang mengkritik dan/atau 
mengutuk  tindakan-tindakan Israel.

Kita tidak tahu untuk berapa lama lagi  negara Zionis ini bisa menanggung 
kecemasan, ketakutan, dan kekhawatiran  dalam mempertahankan proyek 
antikemanusiaan dan antiperdamaiannya,  sebab kedustaan dan kebusukan pasti 
akan 
terbongkar, cepat atau lambat.  Rakyat Palestina tidak takut dengan 200 hulu 
nuklir Israel. 


Dengan  segala kelemahan dan kemiskinannya, semangat juang rakyat Palestina  
tidak mungkin ditindas dan dipadamkan. Al-Nakbah yang dipaksakan atas  dirinya 
hanyalah akan menjadikan bangsa ini semakin tahan bantingan  sejarah. Sekali 
Amerika dan negara Barat lainnya berlepas tangan atas  nasib Israel, negara 
Zionis itu akan tumbang. Sebuah negara dengan  fondasi rasisme dan diskriminasi 
di atas tanah rampokan tak akan tahan  lama! 

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/

Kirim email ke