*From: * supriadi legino <cypress63...@yahoo.com>
*Sender: * it...@yahoogroups.com
*Date: *Wed, 2 Jan 2013 07:55:13 -0800 (PST)
*To: *groups itb74<it...@yahoogroups.com>
*ReplyTo: * it...@yahoogroups.com
*Subject: *[ITB74] From Lubuk Sao to Saint Louis (bersambung)




*From *

*L**ubuk **S**ao**  to **S**aint **L**ouis*

** **

Jam 8 pagi itu kami harus bergegas meninggalkan Bukittinggi walaupun banyak
kawan-kawan yang ingin tinggal lebih lama lagi di kota yang sejuk dan
bersih itu. Kami hanya sempat selintas mampir di tempat yang wajib
dikunjungi dengan waktu luang seperti pasar atas dan belum sempat mencicipi
berbagai kuliner khas Bukittingi seperti bubur kampiun, lamang tapai,
gajebo dan ayam pop family, termasuk jagung dan kacang abuy yang manis di
warung jenjang 40 depan masjid raya. Namun permainan Kim di malam terakhir
yang dipandu oleh Uni Susi nan santiang telah meninggalkan kenangan yang
menyisakan keinginan untuk kembali ke kota yang pernah menjadi ibu kota
Negara Indonesia ini. Setelah sedikit tersendat di pasar Padang Luar, bus
yang kami tumpangi melaju cepat menuju Danau Maninjau karena sudah ditunggu
oleh masyarakat dan wali Nagari di sana. Pemandangan khas berupa kampung
dengan mesjidnya di tengah sawah di lembah-lembah yang tampak dari tepi
jalan berhasil menjauhkan kemi dari rasa mual dan mabuk yang sering dialami
akibat jalan meliuk-liuk dari Pakan Sinayan sampai ke Sungai Landir, tempat
kami berhenti sebentar untuk beli oleh-oleh makanan khas Matur.

Tak lama kemudian, kami mulai memasuki kelok  44 dan berhenti sebentar di
kelok 37 untuk menikmati dan mengabadikan keindahan danau kawah purbakala
Maninjau yang bernuansa mistis tapi memukau itu. Akhirnya kami tiba di
kelok 1 setelah melewati kerumunan kera-kera Maninjau  yang menanti
lemparan kacang dari setiap kendaraan yang datang dan pergi. Kami disambut
oleh masyarakat Maninjau dikordinir oleh wali nagari lengkap dengan para
pejabat muspika dan para angku ninik mamak bundo kanduang nan gadang baso
batuah. Sambutan mereka yang polos lengkap dengan  tari pasambahan diiringi
talempong membuat rombongan aki-aki dan nini-nini ITB 74 terharu. Setelah
itu kami berkunjung ke tempat pendidikan anak asuhan Hj. Rasuna Said yang
konon katanya merupakan tempat pendidikan anak tertua di Indonesia yang
pamornya masih tetap diakui sampai sekarang. Walaupun sudah dekat, sayang
kami tidak sempat mampir ke Sei Batang, kampungnya almarhum Buya Hamka,
karena rombongan harus segera berangkat ke Lubuk Basung karena sudah
ditunggu oleh Bupati Agam yang alumni itb juga.
Tanpa halangan, kita menyusuri jalan di tepi danau Maninjau yang sudah
dicemari oleh ratusan kilometer jaring terapung milik para cukong di kota
besar sehingga hotel-hotel di sekitar danau gulung tikar karena para tamu
tidak bisa lagi bermain air danau yang telah tercampur racun kotoran dan
pakan ikan. Keprihatinan itu membuka kisah lama yang tersimpan dalam memori
 yaitu ketika 20 tahun yang lalu saya dan seluruh pegawai PLN Sektor
Bukittinggi bergotong royong dengan penduduk membersihkan puluhan hektar
eceng gondok demi menjaga kelestarian danau purbakala tersebut.  Pembersihan
gulma tersebut dilanjutkan oleh karang taruna dan penduduk sekeliling danau
Maninjau dengan bantuan nasi bungkus dari PLN. Akhirnya gulma tersebut
hilang dari permukaan danau bukan dengan mesin keruk yang mahal tapi dengan
cara gotong royong atau dalam bahasa manajemen itu yang disebut team work
atau sinergi. Hotel dan Restoran Maninjau Indah milik Idham Rajo Bintang
yang dulu terkenal dan acap kita gunakan untuk menghibur para tamu dengan
permainan KIM dan sajian palai rinuak yang gurih itu, saat ini bagai
kerakap tumbuh di batu, hidup segan mati tak mau, hanya sanggup menyajikan
makanan dan kopi instant. Saya geli sendiri teringat waktu kami di proyek
dulu sering cabut dengan alasan pergi ke lapangan padahal ke Maninjau Indah
 untuk curi-curi pandang artis manis Ria Irawan waktu dia shooting film
“Titian serambut dibelah tujuh” yang mengambil setting di sebuah jorong di
lereng bukit sekitar pasar Rabaa.

Alphard kami terus melaju melewati rumah makan Alai yang dulu terkenal
dengan ikan bada Maninjau (sejenis wader) yang rasa gurihnya khas,
sampai-sampai waktu acara peresmian PLTA Maninjau tahun 83 dulu, ibu Tien
Soeharto ketagihan dan pesan 20 kg untuk dibawa ke Jakarta. Saat ini ikan
Bada sudah menjadi barang langka karena tergusur oleh ikan-ikan keramba
yang menjadi simbul pengabaian lingkungan demi setumpuk rupiah. Sebelum
memasuki jorong Muko-Muko yang dulunya adalah kompleks Proyek PLTA
Maninjau, saya sempat menengok ke kedai Mak Uniang, yang dulunya ramai
disinggahi para pegawai proyek, ternyata saat ini sudah tutup. Saya
melewati bekas base camp  di lereng danau tempat kami  tinggal  di sana dan
hal itu membuka kembali memori saya yang menyimpan berbagai suka duka
kehidupan di proyek 30 tahun yang lalu. Kilas balik yang muncul seketika
adalah kisah sahabat saya kang Esel seorang lulusan elektro itb yang
bekerja di proyek tersebut selama 3,5 tahun, mulai dari awal konstruksi
sampai PLTA tersebut diresmikan oleh Presiden Soeharto akhir Desember
1983……………………

*Pengen Naik kapal terbang*

Mata kang Esel masih sulit terbuka ketika dia bersama kawan-kawan
seperjuangannya beringsut untuk berdiri dan saling bersalam karena hari itu
meru pakan hari terakhir dari “aksi duduk” anak-anak itb. Aksi tersebut
dilakukan sebagai ungkapan protes atas kebijakan mentri P&K  Daud Jusuf
yang memberlakukan normalisasi kehidupan kampus  (NKK) berupa statuta yang
menghapus keberadaan Dewan Mahasiswa dan pada intinya menggiring mahasiswa
untuk lebih fokus dalam menyelesaikan studi akademisnya. Dengan lunglai  ,kang
esel yang sudah 3 hari tidak pulang ke rumah, berjalan menuju Vespa
kesayangannya yang diparkir di depan HME sambil mengemas berbagai kenangan
perjuangan mahasiswa yang belum  berhasil melahirkan suksesi pimpinan
negara yang mulai diwarnai perilaku korup oleh para kerabat dan kroni
presiden kala itu. Lembar demi lembar peristiwa mulai dari pernyataan
sikap, aksi demo, protes dengan tulisan cat, poster, sampai aksi mogok yang
berakhir dengan penyerbuan kampus oleh satu SSK tentara, disimpan dalam
memori kang esel, karena dia  harus memikirkan juga keinginan orang tuanya
yang sudah pensiun, walaupun tidak pernah terungkap tapi tentunya berharap
agar anaknya bisa lulus dari ITB. Hal itu terpancar dari muka ibundanya,
ketika kang esel menyampaikan niatnya untuk kembali meneruskan  tugas
akhirnya yang tertunda lebih dari satu semester karena kang esel ikut dalam
aksi perjuangan.

Kang esel menghitung hari dan ternyata masih punya sisa waktu 4 bulan untuk
menuntaskan tugas akhir jika tidak ingin mengulang UKT (ujian komprehensif
tertulis), soalnya kang esel nggak yakin lolos kalau harus ujian lagi.
Hari-hari kang esel berikutnya dihabiskan di laboraturium tegangan tinggi
untuk mencatat dan memotret oscilloscope yang menampilkan gambar hasil
pengetesan karyanya yaitu “tubular shunt” untuk mengukur arus surja yang
frekuensinya sangat tinggi. Ringkas cerita, jerih payah itu akhirnya
disetujui untuk diuji dalam sidang tapi 3 hari menjelang sidang kang esel
terserang demam tinggi akibat gejala typhus. Kendati demikian, pada hari H,
kang esel tetap nekat mengendarai Vespa kesayangannya walaupun di balik
kemeja dasi dan jasnya harus dilapis dengan 3 lapis kaus tebal. Walaupun
dinyatakan lulus dengan perbaikan, tapi kang esel kecewa karena para
penguji tetap bersikeras dengan teori umum tentang skin effect bahwa
semakin tinggi frekuensi akan semakin besar resistansi dari konduktor.
Padahal kang esel menemukan suatu anomaly dari teori tersebut yaitu pada
suatu frekuensi tertentu yang sangat tinggi, justru skin effectnya
negative. Karena kondisi badan yang tidak fit, kang esel akhirnya mengalah
ketika pak Tunggul Sirait Kari Marajo sebagai pembimbing utama memutuskan
bahwa dia akan membantu memperbaiki tugas akhir kang esel. Setelah kang
esel memberikan penjelasan lengkap dengan dokumen pendukungnya, akhirnya
pak Sirait mengakui anomaly teori tersebut dan memberikan petunjuk dan
diagram untuk menjelaskannya……..

Kalaulah bukan si Ujang sohib kang esel yang menyampaikan berita gembira
kelulusannya, ibu dan bapaknya kang esel mungkin tidak tahu bahwa anak yang
hari harinya menjadi aktifis perjuangan tersebut akhirnya dapat
menyelesaikan studinya di itb…..haru dan sinar kebahagiaan orang tua kang
esel tak bisa ditutupi ketika kang esel mentraktir keluarga termasuk sobat
dekatnya di warung Ponyo seusai menerima uang ikatan dinas dari PLN
Cikapundung sebesar tiga puluh ribu rupiah….

Tanggal 1 Januari 1980, tibalah saat kang esel untuk berpamitan karena
harus berangkat ke proyek PLTA Maninjau di Bukittinggi, tempat yang
dipilihnya sendiri. Waktu ditawari oleh pak Suko sebagai kepala dinas
kepegawaian apakah akan memilih Bandung atau Bukittinggi, kang esel
bertanya apakah ongkos pesawat ke Bukittinggi dibayarin PLN? Begitu pak
Suko menjawab “pasti” kontan kang esel memilih Bukittinggi karena dia ingin
mencari pengalaman di tempat baru, masa sejak lahir sampai lulus itb di
Bandung, setelah bekerja mau di Bandung lagi?............

……Kepada bapak Insinyur Esel ditunggu oleh bapak Isral dari PLN Pikitring
Bukittinggi di meja informasi!! Kang esel yang baru saja turun dengan
bangga dari pesawat Garuda yang baru pertama kali dia naiki bergegas menuju
bagian informasi bandara Tabing di Padang memenuhi panggilan tersebut

……Kepada bapak Insinyur kang esel dipersilakan menuju bagian informasi
telah ditunggu oleh bapak Isral dari PLN Pikitring Bukittinggi!!! Panggilan
tersebut diulang sampai tiga kali, padahal kang esel sudah pasang senyum
dan mengangguk angguk di depan pak isral yang mungkin setengah percaya
apakah pemuda gondrong dengan ransel dan gitar di bahu ini benar benar
seorang insinyur yang ditunggu tunggu oleh bossnya? Perlakuan pak Isral dan
supirnya langsung berubah dan dengan santun  dipersilakan naik ke atas
mobil Toyota Hardtop setelah kang esel menunjukkan surat tugas dari PLN
pusat. Hidung kang esel serasa mekar, maklum dia merasa jadi orang penting
karena duduk di mobil hardtop yang pada masa itu merupakan salah satu
simbol kejayaan , apalagi pak Isral bilang, bapak sudah ditunggu oleh pak
YM, pemimpin proyek induk, di Bukittinggi. Naluri pecinta alam kang esel
langsung tergugah ketika melewati lembah Anai lengkap dengan air terjun dan
jalan kereta api bergigi di pinggir jalan yang selama ini hanya dia kenal
dari pelajaran ilmu bumi, ternyata begitu indah dan masih hijau perawan.

….Gentlemen!!, I introduce Mr. Esel, he is electrical engineer from the
best technical school in this country that will join us in Maninjau
Hydroelectric Power Project, demikian celoteh pak YM di muka para konsultan
dari Nippon Koei dan Electrowatt yang sedang rapat di ruangan pak YM.
Setelah itu kang esel langsung diantar ke site proyek di desa Muko-Muko.
Karena jalannya sempit dan berkelok-kelok, dibutuhkan waktu sekitar satu
setengah jam perjalanan walaupun jaraknya hanya 40 km dari Bukittinggi.
Kang esel merasa tidak salah pilih ditempatkan di PLTA Maninjau ketika alam
pedesaan hamparan sawah dengan rumah bagonjong di lembah yang dibatasi oleh
hutan perawan menghijau pekat membuai perasaannya di sepanjang jalan
sebelum akhirnya memasuki kelok 44 melalui gerbang embun pagi dengan
kemilau perak danau Maninjau sekitar 500 meter di bawahnya. Sang pengemudi
bercerita bahwa kelok 44 yang sempit dan berbahaya itu telah menelan banyak
korban umumnya penumpang bis dan yang terkenal adalah tikungan ganda di
kelok 4 yang dinamai kelok jaksa karena merenggut nyawa seorang jaksa yang
mobilnya terjerumus langsung ke kelok 1….

…..Hari pertama bekerja dimulai dengan mikir baju dan tas apa yang mau
dipakai; pastinya kang esel nggak punya baju safari seperti yang dipakai
pak Mahdar insinyur sipil pindahan Palembang dan akhirnya kang esel cukup
percaya diri untuk pakai baju tangan panjang mengikuti rekan sebayanya,
Ricardo insinyur sipil turunan Ambon Belanda asal universitas Brawijaya.
Kang esel juga memakai jaket itb, bukannya narsis tapi untuk menutupi kusut
karena belum sempat disetrika. Kang esel berjalan ke kantor proyek, 100 m
dari Wisma Antokan tempat mereka menginap dan diperkenalkan kepada pak
Khairul, kepala bagian sipil, pak Jufri kepala bagian logistic, dan pak
Umar kepala bagian listrik. Kang esel juga bertemu dengan Mr. Inoue dari
Nippon Koei, Mr. Maurel dan Mr. Bucher dari Electrowatt yang merasa senang
dengan adanya electrical engineer counterpart di lapangan proyek.  Setelah
itu kecanggungan mulai mengganggu Kang esel karena belum tahu apa yang akan
dilakukan sementara Ricardo dan pak Mahdar langsung sibuk dengan tumpukan
dokumen dan gambar kerja sambil berdiskusi dengan orang-orang Jepang yang
rupanya sedang menyiapkan bahan untuk menghadapi kontraktor dalam rapat
mingguan. Naluri isengnya membawa kang esel membuka lemari dokumen  dan
akhirnya dia mengambil studi kelayakan PLTA Maninjau yang perlu dia baca
agar punya wawasan dan bisa ikut nimbrung dalam obrolan proyek. Hari itu
juga kang esel mulai larut dengan sketsa dan  rencana konstruksi PLTA
Maninjau yang terdiri dari terowongan sepanjang 5 km yang intakenya persis
di tepi danau di depan kompleks dan berakhir di gedung sentral di Lubuk
Sao, tempat empat unit turbin air dan generator yang akan menghasilkan
listrik sebesar 68 MW . Energi tersebut akan disalurkan melalui jaringan
transmisi 90 km ke kota Padang dan sekitarnya.  Menjelang tengah hari Kang
esel dipanggil pak Saleh, kepala proyek yang baru tiba dari Bukittinggi,
yang ternyata orangnya baik dan begitu bersemangat menceritakan pengalaman
dia waktu membangun PLTA Batang Agam.

PLTA Batang Agam merupakan proyek kebanggaan orang Minang, bukan saja
karena proyek itu dikerjakan sendiri oleh putra daerah, tapi yang lebih
fenomenal adalah ketika pada saat peresmiaannya, mentri pekerjaan umum dan
tenaga listrik, Ir. Sutami, memenuhi janjinya untuk menggendong pak Yanuar
Muin, pemimpin proyek yang berhasil menyelesaikan proyek tersebut tepat
waktu. Banyak  kisah heroism dibalik kesuksesan PLTA Batang Agam berkat
kepemimpinan pak Yan, panggilan akrab Yanuar Muin, yang nekad tetapi
didukung oleh kecerdikannya yang   khas orang Minang, berhasi melewati
tahap-tahap kritis pembangunan proyek legendaries tersebut.  Pada awalnya,
banyak orang-orang di Jakarta menertawakan niat pak Yan untuk membangun
PLTA Batang Agam tersebut, karena disamping dananya belum ada, mereka juga
meragukan kemampuan orang Padang untuk membangun sebuah PLTA. Memang pada
masa itu membangun PLTA yang megah merupakan hal yang dianggap sulit
seperti halnya PLTA Jatiluhur dan Karang Kates di Jawa. Mission impossible
itulah yang membuat pak Sutami berani berjanji akan menggendong pak Yan.
Menjawab tantangan tersebut, pak Yan langsung mencanangkan dimulainya
proyek tanpa menunggu lampu hijau dari PLN Pusat  dengan  memotivasi aparat
daerah termasuk penyediaan dinamit oleh TNI untuk keperluan pembuatan
terowongan. Sementara menunggu anggaran dari pusat, para pegawai diminta
berjualan minyak kelapa dan berbagai sandang pangan  lainnya untuk menggaji
pegawai harian proyek. Melihat semangat mereka akhirnya dikirimlah bantuan
tenaga dan peralatan terowongan ex Karang Kates, dan singkat cerita
pendanaan dari Pusat dan Bank Pembangunan Asia juga segera disetujui…PLTA
Batang Agam itu akhirnya menjadi andalan untuk menerangi kota Bukittinggi
dan sekitarnya. ..

Berbeda dengan pak YM ang energik, berapi-api dan suka membangun optimism
angin surga,  pak Saleh orangnya agak tertutup, suka buku,  dan lebih
sering mengobrol dalam lingkungan terbatas. Padahal, pak Saleh adalah orang
Painan yang disebut orang besisir (pesisir pantai) biasanya memiliki sifat
orang pantai yang terbuka dan dinamis. Justru atasan dia, pak YM orang
Batusangkar, yang disebut   orang darek (darat ) yang biasanya bersifat
agraris yang statis malah terkesan lebih terbuka. Pak Saleh tidak
memberikan pengarahan khusus mengenai peran kang esel tapi memberikan
harapan bahwa nanti semua insinyur muda akan memiliki tanggung jawab yang
langsung bertanggung jawab kepada kepala proyek.  Dia menyarankan kang esel
agar rajin membaca buku dan dokumen kontrak terkait PLTA Maninjau serta
mengajak kang esel untuk ikut dalam setiap rapat progress bersama konsultan
dan kontraktor. Secara lisan pak Saleh menyampaikan bahwa Insinyur Esel
akan ditugaskan memimpin pembangunan transmisi dan gardu induk sehingga
perhatian Esel lebih focus mempelajari dokumen-dokumen yang terkait dengan
transmisi tersebut sementara pekerjaan fisiknya menunggu pembebasan tanah.
Kian hari kang Esel kian menikmati tempatnya bekerja setelah menemukan
ritme pekerjaan yang sesuai dengan karakternya yang banyak ingin tahu
hal-hal yang baru...sampai suatu hari ada kejadian yang membuat kang Esel
dengan sangat emosional melawan pak YM: ….Saya rela, kalau saya ditegur
bahkan ditampar sekalipun oleh pak Saleh yang ada di lapangan dan tahu
persis apa yang saya kerjakan!!!, tapi kalau tiba tiba bapak yang tinggal
di kota memarahi saya bahkan menyinggung almamater saya tanpa tahu kejadian
yang sebenarnya, .....saya tidak terima dalam 2 kali 24 jam nama Ir. Esel
tidak lagi ada di ranah Minang ini……
*Apakah kang Esel akhirnya benar benar hengkang dari Sumatra Barat?
Nantikan babak selanjutnya dari kisah nyata bersambung ini*
*Selamat tahun baru 2013*
*YSL*



  --
--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
- Informasi lengkap tentang seluruh kegiatan IMSA kunjungi http://imsa.us/
- Anda memerlukan bantuan silahkan kirimkan ke http://helpdesk.imsa.us
- Belajar tentang Islam atau Tahsinul Qur'an mingguan hubungi:
tarbi...@imsa.us
- Acara di Radio IMSA : http://www.radioimsa.org/daily/
- Fundraising untuk IMSA : http://www.goodsearch.com/?charityid=860734
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---



-- 
Dutamardin Umar/Virginia-USA
-----------------------------------------------------


 __._,_.___
  Reply via web
post<http://groups.yahoo.com/group/MinangUSA/post;_ylc=X3oDMTJwZm1tbnFhBF9TAzk3MzU5NzE0BGdycElkAzI4MTA4OTgEZ3Jwc3BJZAMxNzA1MDQzNjk1BG1zZ0lkAzMwODcEc2VjA2Z0cgRzbGsDcnBseQRzdGltZQMxMzU4NjEzNTUw?act=reply&messageNum=3087>
 Reply
to sender
<dutamar...@gmail.com?subject=Re%3A%20Fwd%3A%20%5BImsa-us%5D%20From%20Lubuk%20Sao%20to%20Saint%20Louis%20%28bersambung%29>
 Reply
to group
<minang...@yahoogroups.com?subject=Re%3A%20Fwd%3A%20%5BImsa-us%5D%20From%20Lubuk%20Sao%20to%20Saint%20Louis%20%28bersambung%29>
 Start
a New 
Topic<http://groups.yahoo.com/group/MinangUSA/post;_ylc=X3oDMTJlYWs4cGkxBF9TAzk3MzU5NzE0BGdycElkAzI4MTA4OTgEZ3Jwc3BJZAMxNzA1MDQzNjk1BHNlYwNmdHIEc2xrA250cGMEc3RpbWUDMTM1ODYxMzU1MA-->
 Messages
in this 
topic<http://groups.yahoo.com/group/MinangUSA/message/3087;_ylc=X3oDMTM0am5oN2oxBF9TAzk3MzU5NzE0BGdycElkAzI4MTA4OTgEZ3Jwc3BJZAMxNzA1MDQzNjk1BG1zZ0lkAzMwODcEc2VjA2Z0cgRzbGsDdnRwYwRzdGltZQMxMzU4NjEzNTUwBHRwY0lkAzMwODc->(1)
Recent Activity:


 Visit Your 
Group<http://groups.yahoo.com/group/MinangUSA;_ylc=X3oDMTJlc3JiNWN1BF9TAzk3MzU5NzE0BGdycElkAzI4MTA4OTgEZ3Jwc3BJZAMxNzA1MDQzNjk1BHNlYwN2dGwEc2xrA3ZnaHAEc3RpbWUDMTM1ODYxMzU1MA-->
 Motto: CINTA PERTIWI PEDULI NAGARI

Mission: To express our unending love to home-country, Indonesia, by
involvement in the West Sumatra’s human development program in a quest of
achieving basic, well deserved human prosperity under the blessing of God,
the Almighty.

Programs: 1. Endowment in Education 2. Arts and Cultural Promotion
3. Inter Local-government Cooperation.

Check our web-page
http://groups.yahoo.com/group/MinangUSA
http://groups.google.com/group/pulangbasamo/web
 [image: Yahoo!
Groups]<http://groups.yahoo.com/;_ylc=X3oDMTJkZmQyY2E1BF9TAzk3NDc2NTkwBGdycElkAzI4MTA4OTgEZ3Jwc3BJZAMxNzA1MDQzNjk1BHNlYwNmdHIEc2xrA2dmcARzdGltZQMxMzU4NjEzNTUw>
Switch to: 
Text-Only<minangusa-traditio...@yahoogroups.com?subject=Change+Delivery+Format:+Traditional>,
Daily Digest<minangusa-dig...@yahoogroups.com?subject=Email+Delivery:+Digest>•
Unsubscribe <minangusa-unsubscr...@yahoogroups.com?subject=Unsubscribe> • Terms
of Use <http://docs.yahoo.com/info/terms/> • Send us Feedback
<ygroupsnotificati...@yahoogroups.com?subject=Feedback+on+the+redesigned+individual+mail+v1>
   .

__,_._,___



-- 
Wassalaamu'alaikum
Dutamardin Umar (aka. Ajo Duta),
suku Mandahiliang,
lahir 17 Agustus 1947.
nagari Gasan Gadang, Kab. Pariaman.
rantau Deli, Jakarta, kini Sterling, Virginia-USA
------------------------------------------------------------

-- 
-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/



Kirim email ke