*From: * supriadi legino <cypress63...@yahoo.com> *Sender: * it...@yahoogroups.com *Date: *Wed, 2 Jan 2013 07:55:13 -0800 (PST) *To: *groups itb74<it...@yahoogroups.com> *ReplyTo: * it...@yahoogroups.com *Subject: *[ITB74] From Lubuk Sao to Saint Louis (bersambung)
*From * *L**ubuk **S**ao** to **S**aint **L**ouis* ** ** Jam 8 pagi itu kami harus bergegas meninggalkan Bukittinggi walaupun banyak kawan-kawan yang ingin tinggal lebih lama lagi di kota yang sejuk dan bersih itu. Kami hanya sempat selintas mampir di tempat yang wajib dikunjungi dengan waktu luang seperti pasar atas dan belum sempat mencicipi berbagai kuliner khas Bukittingi seperti bubur kampiun, lamang tapai, gajebo dan ayam pop family, termasuk jagung dan kacang abuy yang manis di warung jenjang 40 depan masjid raya. Namun permainan Kim di malam terakhir yang dipandu oleh Uni Susi nan santiang telah meninggalkan kenangan yang menyisakan keinginan untuk kembali ke kota yang pernah menjadi ibu kota Negara Indonesia ini. Setelah sedikit tersendat di pasar Padang Luar, bus yang kami tumpangi melaju cepat menuju Danau Maninjau karena sudah ditunggu oleh masyarakat dan wali Nagari di sana. Pemandangan khas berupa kampung dengan mesjidnya di tengah sawah di lembah-lembah yang tampak dari tepi jalan berhasil menjauhkan kemi dari rasa mual dan mabuk yang sering dialami akibat jalan meliuk-liuk dari Pakan Sinayan sampai ke Sungai Landir, tempat kami berhenti sebentar untuk beli oleh-oleh makanan khas Matur. Tak lama kemudian, kami mulai memasuki kelok 44 dan berhenti sebentar di kelok 37 untuk menikmati dan mengabadikan keindahan danau kawah purbakala Maninjau yang bernuansa mistis tapi memukau itu. Akhirnya kami tiba di kelok 1 setelah melewati kerumunan kera-kera Maninjau yang menanti lemparan kacang dari setiap kendaraan yang datang dan pergi. Kami disambut oleh masyarakat Maninjau dikordinir oleh wali nagari lengkap dengan para pejabat muspika dan para angku ninik mamak bundo kanduang nan gadang baso batuah. Sambutan mereka yang polos lengkap dengan tari pasambahan diiringi talempong membuat rombongan aki-aki dan nini-nini ITB 74 terharu. Setelah itu kami berkunjung ke tempat pendidikan anak asuhan Hj. Rasuna Said yang konon katanya merupakan tempat pendidikan anak tertua di Indonesia yang pamornya masih tetap diakui sampai sekarang. Walaupun sudah dekat, sayang kami tidak sempat mampir ke Sei Batang, kampungnya almarhum Buya Hamka, karena rombongan harus segera berangkat ke Lubuk Basung karena sudah ditunggu oleh Bupati Agam yang alumni itb juga. Tanpa halangan, kita menyusuri jalan di tepi danau Maninjau yang sudah dicemari oleh ratusan kilometer jaring terapung milik para cukong di kota besar sehingga hotel-hotel di sekitar danau gulung tikar karena para tamu tidak bisa lagi bermain air danau yang telah tercampur racun kotoran dan pakan ikan. Keprihatinan itu membuka kisah lama yang tersimpan dalam memori yaitu ketika 20 tahun yang lalu saya dan seluruh pegawai PLN Sektor Bukittinggi bergotong royong dengan penduduk membersihkan puluhan hektar eceng gondok demi menjaga kelestarian danau purbakala tersebut. Pembersihan gulma tersebut dilanjutkan oleh karang taruna dan penduduk sekeliling danau Maninjau dengan bantuan nasi bungkus dari PLN. Akhirnya gulma tersebut hilang dari permukaan danau bukan dengan mesin keruk yang mahal tapi dengan cara gotong royong atau dalam bahasa manajemen itu yang disebut team work atau sinergi. Hotel dan Restoran Maninjau Indah milik Idham Rajo Bintang yang dulu terkenal dan acap kita gunakan untuk menghibur para tamu dengan permainan KIM dan sajian palai rinuak yang gurih itu, saat ini bagai kerakap tumbuh di batu, hidup segan mati tak mau, hanya sanggup menyajikan makanan dan kopi instant. Saya geli sendiri teringat waktu kami di proyek dulu sering cabut dengan alasan pergi ke lapangan padahal ke Maninjau Indah untuk curi-curi pandang artis manis Ria Irawan waktu dia shooting film “Titian serambut dibelah tujuh” yang mengambil setting di sebuah jorong di lereng bukit sekitar pasar Rabaa. Alphard kami terus melaju melewati rumah makan Alai yang dulu terkenal dengan ikan bada Maninjau (sejenis wader) yang rasa gurihnya khas, sampai-sampai waktu acara peresmian PLTA Maninjau tahun 83 dulu, ibu Tien Soeharto ketagihan dan pesan 20 kg untuk dibawa ke Jakarta. Saat ini ikan Bada sudah menjadi barang langka karena tergusur oleh ikan-ikan keramba yang menjadi simbul pengabaian lingkungan demi setumpuk rupiah. Sebelum memasuki jorong Muko-Muko yang dulunya adalah kompleks Proyek PLTA Maninjau, saya sempat menengok ke kedai Mak Uniang, yang dulunya ramai disinggahi para pegawai proyek, ternyata saat ini sudah tutup. Saya melewati bekas base camp di lereng danau tempat kami tinggal di sana dan hal itu membuka kembali memori saya yang menyimpan berbagai suka duka kehidupan di proyek 30 tahun yang lalu. Kilas balik yang muncul seketika adalah kisah sahabat saya kang Esel seorang lulusan elektro itb yang bekerja di proyek tersebut selama 3,5 tahun, mulai dari awal konstruksi sampai PLTA tersebut diresmikan oleh Presiden Soeharto akhir Desember 1983…………………… *Pengen Naik kapal terbang* Mata kang Esel masih sulit terbuka ketika dia bersama kawan-kawan seperjuangannya beringsut untuk berdiri dan saling bersalam karena hari itu meru pakan hari terakhir dari “aksi duduk” anak-anak itb. Aksi tersebut dilakukan sebagai ungkapan protes atas kebijakan mentri P&K Daud Jusuf yang memberlakukan normalisasi kehidupan kampus (NKK) berupa statuta yang menghapus keberadaan Dewan Mahasiswa dan pada intinya menggiring mahasiswa untuk lebih fokus dalam menyelesaikan studi akademisnya. Dengan lunglai ,kang esel yang sudah 3 hari tidak pulang ke rumah, berjalan menuju Vespa kesayangannya yang diparkir di depan HME sambil mengemas berbagai kenangan perjuangan mahasiswa yang belum berhasil melahirkan suksesi pimpinan negara yang mulai diwarnai perilaku korup oleh para kerabat dan kroni presiden kala itu. Lembar demi lembar peristiwa mulai dari pernyataan sikap, aksi demo, protes dengan tulisan cat, poster, sampai aksi mogok yang berakhir dengan penyerbuan kampus oleh satu SSK tentara, disimpan dalam memori kang esel, karena dia harus memikirkan juga keinginan orang tuanya yang sudah pensiun, walaupun tidak pernah terungkap tapi tentunya berharap agar anaknya bisa lulus dari ITB. Hal itu terpancar dari muka ibundanya, ketika kang esel menyampaikan niatnya untuk kembali meneruskan tugas akhirnya yang tertunda lebih dari satu semester karena kang esel ikut dalam aksi perjuangan. Kang esel menghitung hari dan ternyata masih punya sisa waktu 4 bulan untuk menuntaskan tugas akhir jika tidak ingin mengulang UKT (ujian komprehensif tertulis), soalnya kang esel nggak yakin lolos kalau harus ujian lagi. Hari-hari kang esel berikutnya dihabiskan di laboraturium tegangan tinggi untuk mencatat dan memotret oscilloscope yang menampilkan gambar hasil pengetesan karyanya yaitu “tubular shunt” untuk mengukur arus surja yang frekuensinya sangat tinggi. Ringkas cerita, jerih payah itu akhirnya disetujui untuk diuji dalam sidang tapi 3 hari menjelang sidang kang esel terserang demam tinggi akibat gejala typhus. Kendati demikian, pada hari H, kang esel tetap nekat mengendarai Vespa kesayangannya walaupun di balik kemeja dasi dan jasnya harus dilapis dengan 3 lapis kaus tebal. Walaupun dinyatakan lulus dengan perbaikan, tapi kang esel kecewa karena para penguji tetap bersikeras dengan teori umum tentang skin effect bahwa semakin tinggi frekuensi akan semakin besar resistansi dari konduktor. Padahal kang esel menemukan suatu anomaly dari teori tersebut yaitu pada suatu frekuensi tertentu yang sangat tinggi, justru skin effectnya negative. Karena kondisi badan yang tidak fit, kang esel akhirnya mengalah ketika pak Tunggul Sirait Kari Marajo sebagai pembimbing utama memutuskan bahwa dia akan membantu memperbaiki tugas akhir kang esel. Setelah kang esel memberikan penjelasan lengkap dengan dokumen pendukungnya, akhirnya pak Sirait mengakui anomaly teori tersebut dan memberikan petunjuk dan diagram untuk menjelaskannya…….. Kalaulah bukan si Ujang sohib kang esel yang menyampaikan berita gembira kelulusannya, ibu dan bapaknya kang esel mungkin tidak tahu bahwa anak yang hari harinya menjadi aktifis perjuangan tersebut akhirnya dapat menyelesaikan studinya di itb…..haru dan sinar kebahagiaan orang tua kang esel tak bisa ditutupi ketika kang esel mentraktir keluarga termasuk sobat dekatnya di warung Ponyo seusai menerima uang ikatan dinas dari PLN Cikapundung sebesar tiga puluh ribu rupiah…. Tanggal 1 Januari 1980, tibalah saat kang esel untuk berpamitan karena harus berangkat ke proyek PLTA Maninjau di Bukittinggi, tempat yang dipilihnya sendiri. Waktu ditawari oleh pak Suko sebagai kepala dinas kepegawaian apakah akan memilih Bandung atau Bukittinggi, kang esel bertanya apakah ongkos pesawat ke Bukittinggi dibayarin PLN? Begitu pak Suko menjawab “pasti” kontan kang esel memilih Bukittinggi karena dia ingin mencari pengalaman di tempat baru, masa sejak lahir sampai lulus itb di Bandung, setelah bekerja mau di Bandung lagi?............ ……Kepada bapak Insinyur Esel ditunggu oleh bapak Isral dari PLN Pikitring Bukittinggi di meja informasi!! Kang esel yang baru saja turun dengan bangga dari pesawat Garuda yang baru pertama kali dia naiki bergegas menuju bagian informasi bandara Tabing di Padang memenuhi panggilan tersebut ……Kepada bapak Insinyur kang esel dipersilakan menuju bagian informasi telah ditunggu oleh bapak Isral dari PLN Pikitring Bukittinggi!!! Panggilan tersebut diulang sampai tiga kali, padahal kang esel sudah pasang senyum dan mengangguk angguk di depan pak isral yang mungkin setengah percaya apakah pemuda gondrong dengan ransel dan gitar di bahu ini benar benar seorang insinyur yang ditunggu tunggu oleh bossnya? Perlakuan pak Isral dan supirnya langsung berubah dan dengan santun dipersilakan naik ke atas mobil Toyota Hardtop setelah kang esel menunjukkan surat tugas dari PLN pusat. Hidung kang esel serasa mekar, maklum dia merasa jadi orang penting karena duduk di mobil hardtop yang pada masa itu merupakan salah satu simbol kejayaan , apalagi pak Isral bilang, bapak sudah ditunggu oleh pak YM, pemimpin proyek induk, di Bukittinggi. Naluri pecinta alam kang esel langsung tergugah ketika melewati lembah Anai lengkap dengan air terjun dan jalan kereta api bergigi di pinggir jalan yang selama ini hanya dia kenal dari pelajaran ilmu bumi, ternyata begitu indah dan masih hijau perawan. ….Gentlemen!!, I introduce Mr. Esel, he is electrical engineer from the best technical school in this country that will join us in Maninjau Hydroelectric Power Project, demikian celoteh pak YM di muka para konsultan dari Nippon Koei dan Electrowatt yang sedang rapat di ruangan pak YM. Setelah itu kang esel langsung diantar ke site proyek di desa Muko-Muko. Karena jalannya sempit dan berkelok-kelok, dibutuhkan waktu sekitar satu setengah jam perjalanan walaupun jaraknya hanya 40 km dari Bukittinggi. Kang esel merasa tidak salah pilih ditempatkan di PLTA Maninjau ketika alam pedesaan hamparan sawah dengan rumah bagonjong di lembah yang dibatasi oleh hutan perawan menghijau pekat membuai perasaannya di sepanjang jalan sebelum akhirnya memasuki kelok 44 melalui gerbang embun pagi dengan kemilau perak danau Maninjau sekitar 500 meter di bawahnya. Sang pengemudi bercerita bahwa kelok 44 yang sempit dan berbahaya itu telah menelan banyak korban umumnya penumpang bis dan yang terkenal adalah tikungan ganda di kelok 4 yang dinamai kelok jaksa karena merenggut nyawa seorang jaksa yang mobilnya terjerumus langsung ke kelok 1…. …..Hari pertama bekerja dimulai dengan mikir baju dan tas apa yang mau dipakai; pastinya kang esel nggak punya baju safari seperti yang dipakai pak Mahdar insinyur sipil pindahan Palembang dan akhirnya kang esel cukup percaya diri untuk pakai baju tangan panjang mengikuti rekan sebayanya, Ricardo insinyur sipil turunan Ambon Belanda asal universitas Brawijaya. Kang esel juga memakai jaket itb, bukannya narsis tapi untuk menutupi kusut karena belum sempat disetrika. Kang esel berjalan ke kantor proyek, 100 m dari Wisma Antokan tempat mereka menginap dan diperkenalkan kepada pak Khairul, kepala bagian sipil, pak Jufri kepala bagian logistic, dan pak Umar kepala bagian listrik. Kang esel juga bertemu dengan Mr. Inoue dari Nippon Koei, Mr. Maurel dan Mr. Bucher dari Electrowatt yang merasa senang dengan adanya electrical engineer counterpart di lapangan proyek. Setelah itu kecanggungan mulai mengganggu Kang esel karena belum tahu apa yang akan dilakukan sementara Ricardo dan pak Mahdar langsung sibuk dengan tumpukan dokumen dan gambar kerja sambil berdiskusi dengan orang-orang Jepang yang rupanya sedang menyiapkan bahan untuk menghadapi kontraktor dalam rapat mingguan. Naluri isengnya membawa kang esel membuka lemari dokumen dan akhirnya dia mengambil studi kelayakan PLTA Maninjau yang perlu dia baca agar punya wawasan dan bisa ikut nimbrung dalam obrolan proyek. Hari itu juga kang esel mulai larut dengan sketsa dan rencana konstruksi PLTA Maninjau yang terdiri dari terowongan sepanjang 5 km yang intakenya persis di tepi danau di depan kompleks dan berakhir di gedung sentral di Lubuk Sao, tempat empat unit turbin air dan generator yang akan menghasilkan listrik sebesar 68 MW . Energi tersebut akan disalurkan melalui jaringan transmisi 90 km ke kota Padang dan sekitarnya. Menjelang tengah hari Kang esel dipanggil pak Saleh, kepala proyek yang baru tiba dari Bukittinggi, yang ternyata orangnya baik dan begitu bersemangat menceritakan pengalaman dia waktu membangun PLTA Batang Agam. PLTA Batang Agam merupakan proyek kebanggaan orang Minang, bukan saja karena proyek itu dikerjakan sendiri oleh putra daerah, tapi yang lebih fenomenal adalah ketika pada saat peresmiaannya, mentri pekerjaan umum dan tenaga listrik, Ir. Sutami, memenuhi janjinya untuk menggendong pak Yanuar Muin, pemimpin proyek yang berhasil menyelesaikan proyek tersebut tepat waktu. Banyak kisah heroism dibalik kesuksesan PLTA Batang Agam berkat kepemimpinan pak Yan, panggilan akrab Yanuar Muin, yang nekad tetapi didukung oleh kecerdikannya yang khas orang Minang, berhasi melewati tahap-tahap kritis pembangunan proyek legendaries tersebut. Pada awalnya, banyak orang-orang di Jakarta menertawakan niat pak Yan untuk membangun PLTA Batang Agam tersebut, karena disamping dananya belum ada, mereka juga meragukan kemampuan orang Padang untuk membangun sebuah PLTA. Memang pada masa itu membangun PLTA yang megah merupakan hal yang dianggap sulit seperti halnya PLTA Jatiluhur dan Karang Kates di Jawa. Mission impossible itulah yang membuat pak Sutami berani berjanji akan menggendong pak Yan. Menjawab tantangan tersebut, pak Yan langsung mencanangkan dimulainya proyek tanpa menunggu lampu hijau dari PLN Pusat dengan memotivasi aparat daerah termasuk penyediaan dinamit oleh TNI untuk keperluan pembuatan terowongan. Sementara menunggu anggaran dari pusat, para pegawai diminta berjualan minyak kelapa dan berbagai sandang pangan lainnya untuk menggaji pegawai harian proyek. Melihat semangat mereka akhirnya dikirimlah bantuan tenaga dan peralatan terowongan ex Karang Kates, dan singkat cerita pendanaan dari Pusat dan Bank Pembangunan Asia juga segera disetujui…PLTA Batang Agam itu akhirnya menjadi andalan untuk menerangi kota Bukittinggi dan sekitarnya. .. Berbeda dengan pak YM ang energik, berapi-api dan suka membangun optimism angin surga, pak Saleh orangnya agak tertutup, suka buku, dan lebih sering mengobrol dalam lingkungan terbatas. Padahal, pak Saleh adalah orang Painan yang disebut orang besisir (pesisir pantai) biasanya memiliki sifat orang pantai yang terbuka dan dinamis. Justru atasan dia, pak YM orang Batusangkar, yang disebut orang darek (darat ) yang biasanya bersifat agraris yang statis malah terkesan lebih terbuka. Pak Saleh tidak memberikan pengarahan khusus mengenai peran kang esel tapi memberikan harapan bahwa nanti semua insinyur muda akan memiliki tanggung jawab yang langsung bertanggung jawab kepada kepala proyek. Dia menyarankan kang esel agar rajin membaca buku dan dokumen kontrak terkait PLTA Maninjau serta mengajak kang esel untuk ikut dalam setiap rapat progress bersama konsultan dan kontraktor. Secara lisan pak Saleh menyampaikan bahwa Insinyur Esel akan ditugaskan memimpin pembangunan transmisi dan gardu induk sehingga perhatian Esel lebih focus mempelajari dokumen-dokumen yang terkait dengan transmisi tersebut sementara pekerjaan fisiknya menunggu pembebasan tanah. Kian hari kang Esel kian menikmati tempatnya bekerja setelah menemukan ritme pekerjaan yang sesuai dengan karakternya yang banyak ingin tahu hal-hal yang baru...sampai suatu hari ada kejadian yang membuat kang Esel dengan sangat emosional melawan pak YM: ….Saya rela, kalau saya ditegur bahkan ditampar sekalipun oleh pak Saleh yang ada di lapangan dan tahu persis apa yang saya kerjakan!!!, tapi kalau tiba tiba bapak yang tinggal di kota memarahi saya bahkan menyinggung almamater saya tanpa tahu kejadian yang sebenarnya, .....saya tidak terima dalam 2 kali 24 jam nama Ir. Esel tidak lagi ada di ranah Minang ini…… *Apakah kang Esel akhirnya benar benar hengkang dari Sumatra Barat? Nantikan babak selanjutnya dari kisah nyata bersambung ini* *Selamat tahun baru 2013* *YSL* -- --~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~ - Informasi lengkap tentang seluruh kegiatan IMSA kunjungi http://imsa.us/ - Anda memerlukan bantuan silahkan kirimkan ke http://helpdesk.imsa.us - Belajar tentang Islam atau Tahsinul Qur'an mingguan hubungi: tarbi...@imsa.us - Acara di Radio IMSA : http://www.radioimsa.org/daily/ - Fundraising untuk IMSA : http://www.goodsearch.com/?charityid=860734 -~----------~----~----~----~------~----~------~--~--- -- Dutamardin Umar/Virginia-USA ----------------------------------------------------- __._,_.___ Reply via web post<http://groups.yahoo.com/group/MinangUSA/post;_ylc=X3oDMTJwZm1tbnFhBF9TAzk3MzU5NzE0BGdycElkAzI4MTA4OTgEZ3Jwc3BJZAMxNzA1MDQzNjk1BG1zZ0lkAzMwODcEc2VjA2Z0cgRzbGsDcnBseQRzdGltZQMxMzU4NjEzNTUw?act=reply&messageNum=3087> Reply to sender <dutamar...@gmail.com?subject=Re%3A%20Fwd%3A%20%5BImsa-us%5D%20From%20Lubuk%20Sao%20to%20Saint%20Louis%20%28bersambung%29> Reply to group <minang...@yahoogroups.com?subject=Re%3A%20Fwd%3A%20%5BImsa-us%5D%20From%20Lubuk%20Sao%20to%20Saint%20Louis%20%28bersambung%29> Start a New Topic<http://groups.yahoo.com/group/MinangUSA/post;_ylc=X3oDMTJlYWs4cGkxBF9TAzk3MzU5NzE0BGdycElkAzI4MTA4OTgEZ3Jwc3BJZAMxNzA1MDQzNjk1BHNlYwNmdHIEc2xrA250cGMEc3RpbWUDMTM1ODYxMzU1MA--> Messages in this topic<http://groups.yahoo.com/group/MinangUSA/message/3087;_ylc=X3oDMTM0am5oN2oxBF9TAzk3MzU5NzE0BGdycElkAzI4MTA4OTgEZ3Jwc3BJZAMxNzA1MDQzNjk1BG1zZ0lkAzMwODcEc2VjA2Z0cgRzbGsDdnRwYwRzdGltZQMxMzU4NjEzNTUwBHRwY0lkAzMwODc->(1) Recent Activity: Visit Your Group<http://groups.yahoo.com/group/MinangUSA;_ylc=X3oDMTJlc3JiNWN1BF9TAzk3MzU5NzE0BGdycElkAzI4MTA4OTgEZ3Jwc3BJZAMxNzA1MDQzNjk1BHNlYwN2dGwEc2xrA3ZnaHAEc3RpbWUDMTM1ODYxMzU1MA--> Motto: CINTA PERTIWI PEDULI NAGARI Mission: To express our unending love to home-country, Indonesia, by involvement in the West Sumatra’s human development program in a quest of achieving basic, well deserved human prosperity under the blessing of God, the Almighty. Programs: 1. Endowment in Education 2. Arts and Cultural Promotion 3. Inter Local-government Cooperation. Check our web-page http://groups.yahoo.com/group/MinangUSA http://groups.google.com/group/pulangbasamo/web [image: Yahoo! Groups]<http://groups.yahoo.com/;_ylc=X3oDMTJkZmQyY2E1BF9TAzk3NDc2NTkwBGdycElkAzI4MTA4OTgEZ3Jwc3BJZAMxNzA1MDQzNjk1BHNlYwNmdHIEc2xrA2dmcARzdGltZQMxMzU4NjEzNTUw> Switch to: Text-Only<minangusa-traditio...@yahoogroups.com?subject=Change+Delivery+Format:+Traditional>, Daily Digest<minangusa-dig...@yahoogroups.com?subject=Email+Delivery:+Digest>• Unsubscribe <minangusa-unsubscr...@yahoogroups.com?subject=Unsubscribe> • Terms of Use <http://docs.yahoo.com/info/terms/> • Send us Feedback <ygroupsnotificati...@yahoogroups.com?subject=Feedback+on+the+redesigned+individual+mail+v1> . __,_._,___ -- Wassalaamu'alaikum Dutamardin Umar (aka. Ajo Duta), suku Mandahiliang, lahir 17 Agustus 1947. nagari Gasan Gadang, Kab. Pariaman. rantau Deli, Jakarta, kini Sterling, Virginia-USA ------------------------------------------------------------ -- -- . * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: - DILARANG: 1. E-mail besar dari 200KB; 2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 3. One Liner. - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1 - Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti subjeknya. =========================================================== Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/