*H MARJOHAN *(Pemerhati Sosial-Budaya)


*Dalam *ikhtiar me­magar dan mengawal Adat Basandi Sya­rak-Syarak Basandi
Kitabullah (ABS-SBK), seba­gai *self identity* (jati diri)
Minangkabau—paling tidak terbentang empat komponen yang saling
berjalin-kelin­dan.Yaitu penghulu (*pangulu*), manti, malin dan dubalang.
Secara metafora dan simbiotik mereka disebut bumi, air dan api. Penghulu
dilambangkan sebagai bumi, yakni tempat tumbuh dan tegak-berdirinya segala
kebutuhan anak-manu­sia. Skop orietasinya? Men­jamah kebutuhan primer dan
sekunder. Dan, yang disebut penggal awal (primer), meli­puti kebutuhan:
makan, mi­num, sandang, pangan, serta kebutuhan perumahan dan lainnya.

Sedang yang dibilang peng­habisan, menjamah kebu­tuhan: sosial, aktualisasi
diri (*self actualization*) serta kebu­tuhan penghargaan dan lain
sebagainya. Penghulu dalam kerangka ini, memfasilitasi anak-kemenakan dalam
men­yahuti keperluan kehidupan mereka tersebut. Tegasnya, penghulu
berkewajiban meng­akomodir sepercik kenginan yang ber­gayut pada diri
anak-keme­nakan. Skop orien­ta­sinya? Berkategori konkret (*tangible*) dan
abstrak (*in­tangible*)—seperti tersebut di muka.

Sedang manti diibaratkan sebagai angin yang me­nyam­paikan khabar gembira (*
tab­syir*) plus khabar pertakut (*tanzhir*) kepada anak-keme­nakan.
Makanya, yang mengge­nggam posisi manti ini seja­tinya terdiri dari
orang-orang pilihan—yang punya seabrek kompetensi. Sebut saja kom­pe­tensi
moral, intelektual, spiritual, trans-sendental dan kompetensi kultural.

Lalu, bagaimana dengan malin? Karena secara bahasa malin berasal dari
kalimat *mu’allim* yang bermakna orang ‘alim (menguasai hukum syarak/*syari’at
Islam*), ia bagaikan air. Selain mampu menghanyutkan semua yang kotor,
berdaki dan busuk—juga pelepas dahaga ketika haus menjalar di
kerong­kongan. Dengan kata lain, gawe yang tersandang di pundak malin lebih
ber­orientasi pada kehausan spiritual, dan atau dimensi agama (baca: Islam).

Dan, dalam konteks ini, beliau tidak lain adalah: *ka pa-i tampek batanyo,
ka pulang tampek babarito. Katonyo, kato hakikaik-kalau lah syarak nan
mangato, utang dek adat malakukan *(sumber ilmu dan sumber kebenaran).
Sementara dubalang laksana api, yang membakar (menanggulagi) semua bentuk
kejahatan, kezaliman plus kesewenang-wenangan yang berkecambah di nagari.
Dalam menerabas dekadensi moral yang me­landa komunitas nagari, si
dubalang, bertindak relatif tegas, lugas dan sarkastik terhadap siapa
pun. *Tibo
di paruik indak bakampihan, tibo di mato indak bapici­angan* (tanpa pandang
bulu/diskriminatif).

Pokoknya, masing-masing berperan menurut bidangnya—seperti dikatakan:
penghulu *taguah* (teguh) menggumuli adat-istiadat; manti *taguah* di
pelataran cerdik-cendikinya; dan malin berkonsentrasi mengeluti dimensi
agama. Sedang dubalang asik-maksuk mengaplikasikan tupoksi (tugas pokok dan
fungsi) sebagai tiang-penyangga kea­manan dan ketertiban anak-nagari—selain
tugas tam­bahan yang dititahkan/dide­legasikan oleh penghulu. Sebut saja
sebagai mediator plus katalisator. Adagiumnya berbunyi: *titian aia
polongan asok* (penyampai pesan).

Namun, yang membuat dahi berkerut-marut—tang­gung-jawab moral aktor adat
yang terpahat penuh *jumawa* di tonggak-tonggak kultural ini, belumlah
ditunaikan secara ideal-konsepsional. Sejumlah indikasi dapat
disirih-caranokan. *Pertama*, andai menggelembung pel­bagai tindak
kriminalitas di* grass root level*, selalu saja diselesaikan oleh pihak
ber­wajib. Misalnya polisi, Satpol PP alias Polisi Pamong Praja dan lainnya.

*Kedua,* bila mencuat *gesek-gesek daun pimpiang* (konflik horizontal)
mamak versus kemenakan—semisal pere­butan kepemilikan lahan, seperti yang
jadi fenomena menggalaukan dewasa ini, nyaris semua bermuara pada meja
hijau, dan atau hukum pidana. Padahal, idealnya hal-ihwal keperdataan dapat
dipertautkan oleh pemuka adat di kutub kultural tadi. Filosofinya? *
Kusuik-kusuik* (kusut) bulu ayam, *paruah* (paruh) *manyalasaian*
 (menye­lesaikan). *Kusuik-kusuik ba­nang, dicari ujuang jo pangka*(kusut
sedikit ditelisik ujung serta pangkal).

Bersangkut-paut dengan itu, ke depan bahkan sekarang juga, si penyandang
prediket penghulu, manti, malin dan dubalang sejatinyalah lebih
mendaya-ungkit eksistensi diri—demi mengantarkan anak-kemenakan ke pintu
gerbang aktualisasi ABS-SBK alias Adat Basandi Syarak-Syarak Basandi
Kitabulah dalam makna sesungguhnya. Obsesi ini terasa kian menyen­tak,
nyaris hinggap di ubun-ubun ketika implementasi hukum pidana di negeri ini,
gampang dibeli oleh segelintir orang yang berkantong tebal. Termasuk para
juragan (orang kaya) di komunitas tersuruk/terpencil sekalipun. Soalnya,
kalau memang seperti itu yang berkelabat—itu nama­nya *jalan lah dialiah
dek urang lalu, cupak lah dituka dek urang pangaleh* (terjadi peru­bahan
mendasar karena peru­bahan zaman). Semoga!***

* *

*Harian Haluan | Rabu, 06 Maret 2013*

http://harianhaluan.com/index.php?option=com_content&view=article&id=21693:menelisik-tanggungjawab-kultural-pemuka-adat&catid=11:opini&Itemid=187

-- 
*
*
*Wassalam

*
*Nofend St. Mudo
36Th/Cikarang | Asa Nagari Pauah Duo Nan Batigo - Solok Selatan
Tweet: @nofend <http://twitter.com/#!/@nofend> | YM: rankmarola
*

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://rantaunet.wordpress.com/2011/01/01/tata-tertib-adat-salingka-palanta-rntaunet/
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Grup 
Google.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+berhenti berlangga...@googlegroups.com .
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out.


Kirim email ke