Assalamu'alaikum wr.wb.

Kalau di PRRI Sumatera Tengah tantara pusat nan manang
Kondisi nyo babeda samo Permesta di Sulawesi

http://garudamiliter.blogspot.com/2013/09/menguak-tabir-kanibalisme-permesta.html
*
*
*
*
*Tondano,* Masa pergolakan Permesta telah dimakan waktu hampir 56 tahun.
Namun banyak cerita di balik perjuangan menuntut keadilan tersebut yang
belum terkuak lepas. Dari kisah heroik 'pahlawan tak dikenal', cinta,
pengkhianatan hingga cerita manusia memakan manusia (kanibal). Salah satu
pasukan yang dikenal ‘buas’ memburu manusia di wilayahnya ketika itu adalah
sosok-sosok dalam Batalyon R, yang dijuluki ‘Jin Kasuang’.

Wilayah tugas Batalyon R/’Jin Kasuang’/WK.III/KDP-II ADREV-Permesta berada
di ruas jalan antara Tomohon-Tondano (Minahasa). Batalyon pimpinan Mayor
Frans Karepouwan ini sangat ditakuti, termasuk oleh TNI (Tentara Nasional
Indonesia) di wilayah tersebut. Bukan hanya saat ’pergolakan’ di tahun 1958
sampai 1961, tapi hingga kini daerah ini masih dianggap menyeramkan oleh
sejumlah orang.

Hampir semua patroli TNI di wilayah itu diserang setiap berpatroli. Banyak
personil TNI hilang di daerah ini dan tak pernah diketahui lagi
keberadaanya sekalipun telah dilakukan pencarian setelah perang Permesta.
Gara-gara itu, Batalyon R ADREV-Permesta sangat ditakuti TNI.

’Teror’ Jin Kasuang seolah masih membekas di benak mereka. ”Daerah jalan
Kasuang itu memang menakutkan sekali di zaman Permesta. Karena di situ
daerah penghadangan pasukan Jin Kasuang terhadap pasukan TNI,” ungkap
Sadrak Pahung, mantan anggota pasukan TNI dari Batalyon KODAM V/Brawijaya
yang bertugas di Tondano kala itu.

”Saya dan pasukan pernah datang ke daerah Kasuang untuk mencari jenasah
teman-teman kami yang dihadang Jin Kasuang. Di jurang pas di bawah pompa
PDAM sekarang, kami menemukan banyak mayat. Sepertinya itu memang menjadi
daerah pembuangan mayat oleh pasukan Permesta di wilayah itu. Jujur saya
dan teman-teman sedikit was-was ketika itu,” tambah pensiunan TNI berusia
76 tahun ini.

*TEROR “JIN KASUANG”*
*
*Di kalangan pasukan Permesta, Batalyon R memang dikenal karena keberanian
bertempur dan kengerian yang mereka timbulkan terhadap lawan. Salah satu
teror menakutkan pasukan ini, mereka dikenal suka memakan manusia. Konon,
saking seringnya memakan daging manusia hingga mata mereka terlihat memerah.

Di antara keraguan banyak pihak soal kebenaran cerita tersebut, tidak
sedikit juga masyarakat yang menyimpan soal kanibalisme itu dalam
memorinya. ”Saya pernah dapat tugas dan bersama Mayor Karepouwan. Memang
dia bersama beberapa pasukan mengantung telinga manusia di leher. Banyak
yang bilang itu anggota tubuh orang-orang yang mereka makan,,” kata Jus
Pengemanan, tentara Permesta dari Batalyon B yang dikomandani Utu Pesik.

Pengakuan lain dituturkan salah seorang anggota pasukan Frans Karepouwan
kepada Media Sulut, Sabtu (10/8). Kisah kanibalisme itu dibenarkannya.

”Memang tidak setiap hari, tapi saya sering memasak daging manusia. kadang
dibikin sate ataupun direbus,” terang LS alias Rens, anggota pasukan yang
mengaku pernah ditempatkan di bagian dapur Batalyon R.

“Saya sebenarnya sempat mendaftar di Batalion Fredrik, tapi karena belum
cukup umur, tidak diterima. Pada watu itu seleksinya ketat. ditambah kakak
saya yang ada di Batalion itu tidak mengijinkan saya untuk ikut perang. Dia
menyuruh saya untuk menjaga orang tua di kampung. Karena keinginan hati
yang sangat kuat untuk pegang senjata, akhirnya saya ke Batalion pimpinan
Mayor Karepouwan. Saat diterima, tempat saya di dapur,” tutur Rens.

*"KENGERIAN “PERANG URAT SARAF"*
*
*Berbagai bentuk kengerian yang ditimbulkan Batalion Jin Kasuang bukan
tanpa sebab. Perlakuan pasukan TNI terhadap daerah pendudukan dengan
menyiksa tawanan sampai mati, melakukan pembunuhan terhadap rakyat sipil
yang memberi makan pasukan Permesta, dan perkosaan di desa-desa, menjadi
salah satu alasan.

Sejumlah data menyebutkan, hal ini dilakukan pihak TNI karena semata-mata
menutupi kekalahan mereka. Juga karena semakin banyaknya korban di pihak
mereka dan perang tak kunjung dimenangkan oleh pasukan TNI atau pemerintah
pusat, sekalipun TNI menguasai kota-kota strategis di Sulut dan Maluku
Utara.

“Biasanya pasukan kami ’mengambil’ anggota TNI dengan pengkhianat
Permesta,” kata Rens.

”Komandan sangat marah dengan pengkhianat. Makanya, sedikit-sedikit bagian
tubuh mereka diambil. Mulai dari telinga, karena teliga sebagai pendengar
info kemudian jari penunjuk. Kadang-kadang juga dimasak. Dari bagian tubuh
yang berdaging seperti paha. Itu jadi pelajaran untuk mereka karena
orang-orang seperti mereka penyusah masyarakat dan tentara permesta.”

Sejumlah sumber menyebutkan, sebenarnya tidak semua anggota Batalyon R yang
suka memakan manusia. “Cuma orang-orang terentu. Salah satu yang terkenal
algojo mereka, Oce Karundeng. Dialah yang sering mengambil tentara pusat
didepan orang-orang. Semua yang digaetnya tidak kembali lagi hingga
pergolakan selesai. Saya bersama beberapa masyarakat Koya dengan Tataaran
pernah melihat langsung bagaimana tentara pusat di ambil jantungnya
hidup-hidup kemudian dimakannya,” terang Buang Politton (74), anggota
pasukan Batalyon Fredrik.

Data menyebutkan, pasukan Batalyon Jin Kasuang kemudian dapat ditertibkan
akhir 1960 setelah kunjungan Panglima KDP II/Minahasa, Kolonel
(ADREV-Permesta) D J Somba ke markas mereka. Somba dengan tegas
memperingatkan Karepouwan dan anak buahnya untuk menghentikan bentuk-bentuk
perang urat saraf yang melampaui batas.

*PEMAKAN MANUSIA DI BERBAGAI BATALION*
*
*Sejarawan Minahasa, Bodewyn Talumewo menjelaskan, sebenarnya praktek
kanibalisme di masa Permesta itu tidak hanya terjadi di Batalion Jin
Kasuang. “Ada juga di batalyon-batalyon lain yang suka memakan manusia.
Tapi hanya oknum-oknum tertentu. Selain memang karena kondisi perang yang
sulit makanan tapi terutama itu dilakukan untuk menakut-nakuti musuh,”
jelas Talumewo yang dikenal intens melakukan penelitian soal Permesta.

Buang Politton membenarkan jika memang ada banyak pasukan Permesta yang
dikenal suka memakan daging manusia. “Pernah satu ketika kami satu pleton
dari Batalyon Mayor Fredrik datang melakukan pembicaraan dengan Batalyon D
‘Sambar Nyawa’ pimpinan Mayor Dan Karamoy, di dekat cot Kumelembuai
Tomohon. Kami tidak bisa makan di sana karena kami tau ada di antara mereka
yang pemakan manusia. kadang daging manusia sudah dicampur dalam makanan.
Terbukti, waktu mereka memberikan 'saguer' (Minuman dari pohon nira) untuk
kami waktu itu, pada akhir tumpahan keluar telinga manusia dari dalam bambu
'saguer'," ungkapnya.

Perilaku yang sama juga sering diperagakan beberapa orang dari pasukan
combat intelejen, Kompi Lahe. “Kami pernah bersua di Parepei Remboken
dengan pasukan Lahe. Pasukannya memang banyak yang ditakuti lantaran
talinga dan jari orang sudah dikalungkan. Kami tahu diantara mereka ada
pemakan manusia juga,” kisah Politton. (rikson karundeng)

*Foto: Penyelesaian Permesta di Woloan Tomohon, 14 April 1961. Deputi KSAD
Brigjen Ahmad Yani bercakap-cakap dengan seorang tentara Permesta. (koleksi
bodewyn talumewo)*



salam
Reza, 37, Bekasi, Sei Limau

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Grup 
Google.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+berhenti berlangga...@googlegroups.com .
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out.

Reply via email to