Hati-hati jo sanak keluarga awak sanak....
Mudah2an jan sampai nan ado tajarumuih...

Kami tidak percaya Tuhan dalam wujud apapun
Reporter : Faisal Assegaf
Senin, 1 April 2013 09:29:31
[image: Kami tidak percaya Tuhan dalam wujud apapun]
Kategori Khas <http://www.merdeka.com/khas/>
Berita tag terkait Manusia kian tak percaya
Tuhan<http://www.merdeka.com/tag/a/ateis/manusia-kian-tak-percaya-tuhan-komunitas-ateis-1.html>
 Kumpulan penolak
Tuhan<http://www.merdeka.com/tag/a/ateis/kumpulan-penolak-tuhan-komunitas-ateis-2.html>

Karl Karnadi (kiri). (merdeka.com/istimewa)
370



Menjadi ateis di Indonesia tentu tidak mudah. Sebab itu, banyak dari mereka
menyembunyikan identitas sebagai kaum penolak Tuhan.

Berbeda dengan Karl Karnadi. Dia cuek saja nama lengkapnya disebut dan
fotonya dipublikasi. Dia hanya ingin masyarakat Indonesia menerima
kenyataan sekaligus perbedaan. Meski sebagai negara berketuhanan, ada
sebagian kecil dari warga Indonesia menolak mengakui Tuhan itu ada.

Mulanya, dia sedikit tertutup lantaran belum ada media berbahasa Indonesia
mewawancarai dia sebagai pendiri komunitas Indonesian Atheists. Berikut
wawancara *Faisal Assegaf* dari *merdeka.com* dengan Karl Karnadi melalui
surat elektronik, Selasa (19/3).

*Gagasan siapa mendirikan Komunitas Ateis Indonesia?*

Pada Oktober 2008, saya mendirikan komunitas Facebook bernama Indonesian
Atheists, disingkat IA (catatan: namanya persis seperti itu dgn istilah
Inggris, berbeda dgn ateis indonesia atau komunitas atheis indonesia).
Sebelum itu, sebenarnya sudah ada beberapa komunitas ateis di forum-forum
atau milis meski belum ada yang dikembangkan serius. Ide dari saya awalnya
sederhana saja.

Saya ingin tempat berdiskusi dengan teman-teman saya dari Indonesia yang
juga ketemu bertemu di Internet dan sama-sama ateis atau agnostik. Awalnya
jumlahnya kecil sekali, kurang dari sepuluh orang. Sekarang tentu ini
berkembang jauh dari sekadar online di mana kami bisa berkumpul juga di
dunia nyata, saling dukung satu sama lain pada saat ada yang terkena
diskriminasi.

Pada 2011, teman saya (salah satunya akan anda wawancara), mendirikan laman
Facebook bernama Anda Bertanya Ateis Menjawab, disingkat ABAM beralamatkan
di http://FB.ateismenjawab.com <http://fb.ateismenjawab.com/> dan ini
sedang kami kembangkan. Gagasan ini berasal dari teman saya tadi, tapi saya
dan beberapa teman lain sangat mendukung dan ikut mengembangkan. Grup IA di
atas diperuntukkan untuk sesama ateis dan agnostik, sementara ABAM untuk
semua orang, baik beragama atau tidak. Kami mengharuskan format interaksi
di ABAM dalam bentuk tanya jawab sehingga menghindarkan debat kusir atau
interaksi tidak sehat.

*Apa tujuan pendirian komunitas ini?*

Tujuannya ada dua, ke dalam dan keluar. Ke dalam, kami ingin mendukung dan
menghibur teman-teman ateis terdiskriminasi dalam dunia nyata, dan ada
banyak sekali yang seperti ini. Ada banyak orang masih menyembunyikan
identitas sebagai ateis, pelajar harus berpura-pura beragama di hadapan
keluarganya, suami atau istri harus berpura-pura di hadapan anak dan
pasangannya. Sama sekali tidak mudah.

Bayangkan bila teman-teman beragama dipaksa harus berpura-pura beragama
lain, kira-kira rasanya sama. Tidak setuju tetapi tidak bisa bersuara,
tidak bisa menampilkan jati diri tanpa jadi korban kebencian dan
diskriminasi. Komunitas online sangat berperan sebagai kelompok pendukung
dan memberikan dukungan bagi mereka yang terdiskriminasi.

Keluar, kami ingin mengenalkan ada ateis juga di Indonesia dan kami ingin
dipandang bukan sebagai musuh, tapi sebagai sesama manusia, sesama warga
Indonesia. Sumber dari permusuhan adalah prasangka negatif sering salah
tetapi tersebar luas. Prasangka-prasangka negatif ini ingin kami luruskan.

Ateis adalah orang-orang normal dan bermoral, warga yang membayar pajak dan
mengikuti hukum, sama seperti orang-orang lain beragama. Bedanya, kami
tidak percaya keberadaan Tuhan agama apapun. Perbedaan kadang menimbulkan
ketersinggungan. Ini lumrah, tetapi tidak harus disikapi dengan permusuhan
dan kebencian. Sebagai sesama manusia, sebenarnya kita memiliki lebih
banyak persamaan ketimbang perbedaan, hanya kita sering lupakan itu dan
fokus pada perbedaannya saja.

Tujuan pertama kami capai dengan grup IA dan tujuan kedua dengan laman ABAM.

*Kapan komunitas itu dibentuk? Siapa saja pendirinya dan di mana didirikan?*

Ini kebetulan sudah saya sebutkan di atas. Kami adalah satu komunitas dan
menyediakan berbagai macam media interaksi, dua di antaranya melalui IA
(Indonesian Atheists) ke sesama ateis dan ABAM (Anda Bertanya Ateis
Menjawab) kepada orang lain.

*Sampai kini sudah berapa jumlah anggota komunitas? dari mana saja, berapa
lelaki dan perempuan? Asal agama mana saja?*

Pencatatan lumayan akurat bisa dilihat di http://atheistcensus.com/. Di
situ bisa terlihat jumlah dari komunitas ateis dari Indonesia sekitar
600-an orang. Tentu yang aktif dan bertemu reguler tidak sebanyak itu.
Urutan eks agama apa saja sesuai dengan demografis Indonesia, jadi terbesar
dari muslim, kemudian Kristen, dan seterusnya. Kami tidak mencatat atau
mendata anggota-anggota kami baik yang aktif atau tidak aktif. Banyak dari
mereka masih tertutup di kehidupan nyata dan mungkin tidak akan merasa
nyaman bila didata seperti itu, jadi maaf kalau tidak mendetail. Tapi
data-data dari atheistcensus saya rasa cukup bagus.

*Apakah komunitas ini memiliki kantor dan ada pertemuan rutin? Kalau ada,
apa saja yang dibahas?*

Tidak, kantor kami di Facebook dan media sosial lainnya. Seperti saya sebut
di atas, ada pertemuan-pertemuan di beberapa kota besar meski tidak rutin.
Nonton bioskop atau film DVD bersama-sama, datang ke acara tertentu bareng,
menyanyi karaokean, dan makan malam rame-rame. Tentu ada beraneka ragam
topik dibahas, di antaranya juga curhat pada saat ada kesulitan atau
frustrasi terhadap kondisi kehidupan penuh diskriminasi. Tetapi yang
terutama adalah bersenang-senang bersama-sama.

*Bagaimana reaksi saat komunitas ini dibentuk?*

Pemberitaan dimulai pada saat AFP (salah satu media internasional)
mewawancarai saya dan memberitakan pada Januari 2009 tentang komunitas
ateis di Indonesia. Kemudian tidak lama, komunitas kami berkembang pesat,
baik dari jumlah atau pemberitaan di media. Jadi saya rasa sejauh ini cukup
positif. Banyak pengunjung laman ABAM dari orang-orang beragama mulai
menerima keberadaan kami meski di saat yang sama tidak setuju dengan ateis.
Saya harap pembaca artikel ini akan memiliki kesan sama.

*Apa alasan Anda menjadi atheis? Sejak kapan Anda menjadi atheis? Bagaimana
reaksi keluarga Anda?*

Tiga pertanyaan ini saya jawab sekaligus. Saya menjadi ateis baru sekitar
akhir 2007, tetapi sudah melalui sekitar dua tahun penuh pergumulan. Saya
belajar banyak hal sebelumnya tentang sains dan agama. Jawaban dari
masing-masing agama berdasar kitab atau tokoh tertentu mereka sucikan tidak
memuaskan saya.

Keluarga saya beragama dan taat. Mereka tentunya kecewa dengan jalan saya
tempuh tetapi saya cukup beruntung mereka tetap menerima saya sebagai anak.
Banyak teman-teman ateis lain mengalami nasib jauh lebih buruk dengan
adanya pengusiran dari rumah dan pengucilan. Saya juga beruntung karena
saya berangkat untuk studi di Jerman sehingga relatif sedikit tekanan
psikologis dan diskriminasi saya terima. Saya salut kepada teman-teman
ateis lain tinggal di Indonesia dan harus mengalami diskriminasi setiap
hari. Pastinya tidak mudah.

*Apakah Anda yakin orang bisa benar-benar tidak percaya Tuhan?*

Seorang muslim tidak percaya agama Kristen, Hindu, dan agama lain selain
Islam. Seorang Kristen tidak percaya semua agama kecuali Kristen. Kami
mirip seperti itu, bedanya adalah kami tidak percaya semua agama. Ini
sesuatu mungkin asing bagi masyarakat Indonesia belum pernah mendengar,
tetapi kami benar-benar tidak percaya Tuhan. Kami menjalani hidup seperti
biasa, dengan mimpi-mimpi dan ambisi, dengan keberhasilan dan kegagalan,
sama seperti orang lain. Hanya saja kami tidak menggantungkan pada Tuhan
melainkan pada harapan, pembelajaran, introspeksi diri, pada berbagai hal
manusiawi kami bisa pelajari.

*Atau ateis itu sekadar tidak percaya Tuhan versi agama dan keyakinan
selama ini? Jadinya ateis itu punya Tuhan dalam wujud lain?*

Tidak ada, ateis benar-benar tidak percaya Tuhan apapun yang berwujud.
Ateis bukan selalu didasarkan pada kekecewaan atas agama tertentu. Ada yang
didasarkan pada pembelajaran pribadi, bahkan ada yang dari kecil memang
tidak menerima pelajaran agama. Saya termasuk yang melalui pembelajaran dan
pergumulan pribadi cukup panjang.

*Anda yakin tidak pernah ingat Tuhan atau menyebut nama Tuhan sejak menjadi
ateis?*

Tidak, saya rasa sikap bergantung pada Tuhan ini terutama adalah kebiasaan.
Banyak dari kita sejak kecil terdidik secara agama tentu terbiasa dengan
hal itu. Tetapi kebiasaan juga bisa berubah, begitu pula kepercayaan.

*Pernahkah Anda hampir mati? Kalau belum, kepada siapa minta tolong waktu
hampir mati?*

Saya belum pernah mengalami pengalaman hampir mati, tetapi saya pernah
mengalami kecelakaan dan saat-saat di mana saya merasa terancam secara
fisik (kecelakaan lalu lintas pada saat saya ada di Indonesia, tidak ada
kaitan dgn ateisme saya). Saya hanya terpikir meminta tolong pada orang
bisa dimintai tolong dan pada saat ada orang lain bermurah hati menolong
saya berterima kasih atau bersyukur pada orang itu.

Saya paham ini sesuatu yang asing atau terlihat aneh bagi banyak orang,
tetapi memang akan selalu terasa asing pada hal-hal orang belum pernah
kenal. Tak kenal maka tak sayang. Kami berusaha sebaik-baiknya mengenalkan
diri kami sebenarnya dan berharap mendapat sayang dari masyarakat Indonesia
meski kami berbeda.

*Biodata*

*Nama:*
Karl Karnadi

*Umur:*
29 tahun

*Pendidikan:*
Kuliah S2 ilmu komputer

*Pekerjaan:*
Periset paruh waktu
Pendiri Indonesian Atheists
Administratur Anda Bertanya Ateis Menjawab.

*Tempat Tinggal:*
Jerman sejak 2006

*Salam dan Terima Kasih,*
*Dedi Suryadi*


_____________________________________________________________________________
                       *****    Sukses Seringkali Datang Pada Mereka Yang
Berani Bertindak Dan   *****
      ******Jarang Menghampiri Penakut Yang Tidak Berani Mengambil
Konsekuensi (Jawaharlal Nehru**)* *****
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
          "The Best Human Being Among of You is The Most Beneficial for The
Others" (Hadith by Bukhari)
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
****...."Kasihilah Yang Di Bumi, Maka Yang Di Langit Akan Mengasihimu...
".....*****
                  "Love What On Earth, Then What On Sky Will Love You ..."

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://rantaunet.wordpress.com/2011/01/01/tata-tertib-adat-salingka-palanta-rntaunet/
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Grup 
Google.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+berhenti berlangga...@googlegroups.com .
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out.


Kirim email ke