EDITORIAL Media Indonesia  25 Januari 2013

http://www.metrotvnews.com/videoprogram/detail/2013/01/25/15939/121/Investas
i-versus-Infrastruktur/Editorial%20Media%20Indonesia

KABAR baik itu datang dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).

Isinya menyebutkan bahwa realisasi investasi yang masuk ke Indonesia tahun
lalu menunjukkan tren positif.

Kepala BKPM Chatib Basri mengungkapkan nilai investasi yang masuk ke
Indonesia mencapai Rp313,2 triliun di 2012, atau yang paling tinggi
sepanjang sejarah. Angka tersebut melampaui yang ditargetkan pemerintah,
yakni Rp283,5 triliun.

Realisasi investasi tersebut sekaligus menunjukkan peningkatan sebesar 24,6%
jika dibandingkan dengan capaian di 2011. Ketika itu, nilai investasi
mencapai Rp251,3 triliun.

Jumlah investasi dalam negeri di 2012 mencapai Rp92,2 triliun. Naik jika
dibandingkan dengan 2011 yang nilainya Rp76 triliun. Adapun investasi asing
mencapai Rp221 triliun, juga lebih besar jika dibandingkan dengan nilai
investasi asing di 2011 yang mencapai Rp175,3 triliun.

Angka-angka kinclong itu tentu patut disyukuri. Kondisi tersebut sekaligus
menunjukkan bahwa kian ke mari, negeri ini makin dianggap menyenangkan untuk
berinvestasi.

Akan tetapi, sejujurnya harus diakui, terdongkraknya realisasi investasi itu
lebih disebabkan kencangnya peralihan modal ke negara emerging market,
termasuk Indonesia, seiring dengan resesi di Eropa dan Amerika Serikat.

Belum tampak rekayasa signifikan dari penentu kebijakan untuk membuat agar
laju investasi itu makin kencang daripada yang dicapai saat ini. Realisasi
makin besar, tapi daya dukung infrastruktur yang menjadi syarat tumbuh
kembangnya investasi tidak digarap secara memadai.

Hasil survei World Economy Forum menunjukkan salah satu isu penting yang
dikeluhkan dalam kemudahan berbisnis di Indonesia ialah tak seimbangnya
pasokan infrastruktur. Di Asia Tenggara, kita termasuk negara yang
tertinggal dalam hal infrastruktur.

Catatan Bank Dunia juga menunjukkan beberapa hal yang memburuk dalam tiga
tahun terakhir, di antaranya soal pendaftaran properti, proteksi terhadap
investor, pembayaran pajak, pemenuhan isi kontrak, dan penutupan bisnis.
Intinya, peningkatan realisasi investasi 2012 yang tinggi belum diimbangi
oleh sektor infrastruktur.

Rasio pembiayaan infrastruktur idealnya 5% terhadap produk domestik bruto
(PDB). Namun, di Indonesia, berdasarkan data Bappenas, rasio pembiayaan
infrastruktur pada 2012 baru mencapai 4,51% terhadap PDB, atau hanya
meningkat 22,64% jika dibandingkan dengan 2011. Peningkatan itu lebih kecil
daripada peningkatan realisasi investasi 2012.

Karena itu, ketimbang kita berpuas diri lalu menepuk dada karena telah mampu
mendongkrak realisasi investasi, lebih bijak jika pemangku kebijakan
membereskan berbagai masalah penghambat perekonomian.

Tanpa dibarengi perbaikan daya dukung infrastruktur di dalam negeri,
investasi yang besar itu hanya menunggu waktu untuk ditarik kembali oleh
para investor.

Negeri ini masih membutuhkan investasi dalam jumlah besar untuk mendekatkan
rakyat kepada harapan mencapai kesejahteraan. Sebuah kondisi yang hingga
kini masih jauh dari terealisasi.

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://rantaunet.wordpress.com/2011/01/01/tata-tertib-adat-salingka-palanta-rntaunet/
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Grup 
Google.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+berhenti berlangga...@googlegroups.com .
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out.


Kirim email ke