Assalamu'alaikum Warahmatullahi Sekedar selingan diantara Keminangan.
Tangisan Rimba By : Rina Permadi Ranting-ranting kering bertebaran Paku-paku rimba yang rindang menyejukkan hati Air sungai yang jatuh diantara bongkahan batu Bernyanyi bersama kicauan pipit dan kenari Diseling dengungan kumbang dan lebah Desauan lirih dedaunan bergesekan bersama angin semilir Simponi rimba pelipur duka sang penjaga Rimba layaknya sang terkasih baginya Sebab ia selalu memberi air kehidupan Namun kini ia resah Pekik kematian menelikung diantara raung buldozer Mimpi-mimpi buruk yang selalu menghantui Ibu itu mati muda Mati diterjang peluru senjata laras Bapak tua itu dihilangkan Ditiup taufan pencitraan semu Hanya karena kesalahan mempertahankan hak atas tanahnya Pemuda yang merantau jauh dari kampungnya itu mati, Hangus dibakar emosi yang terpicu Hanya demi mengharapkan segepok UMK Penghapus rindu anak istri di kampung sana Pengemban amanah berkata "Kami tidak mengakui keberadaan illegal mereka yang berada di lahan-lahan Negara" Penerima amanah berkata "Kami sudah habis-habisan menanam modal membeli rimba ini" Para penegak keadilan berkata "Kami menjalankan tugas Negara sebagai abdi Negara yang patuh" Orang-orang rimba berkata "Bila Negara tidak mengakui kami, apa boleh buat, kamipun tidak mengakui Negara" Para pendiri Negara yang bersemayam di dasar lapisan tanah rimba ini Yang terkubur ketika mempertahankan jengkal demi jengkal Nusantara ini Menangis tersedu menyaksikan ulah yang tidak berperikemanusiaan ini Anjingpun bisa dibuat sepatuh itu Tapi kalian kan bukan anjiing!!!! Sudahlah Tuan yang terhormat. Kami kirim wangi Sedap Malam Berbalur kepedihan angin dingin dikelam ini Di dadamu kami berbisik lirih Penuh genangan airmata pilu Di dingin semilir angin malam yang menggigit hati Cukupkanlah penderitaan ini Diantara dengkuran halus tidur indahmu kami memohon Menelusup ke dalam mimpi-mimpi indahmu Mohon jangan hancurkan bangsa sendiri Sudah banyak sanak saudara dan teman kami mati Diantara ketukan palumu Dalam hening malam kami menghembuskan pinta Ketika lolongan anjing malam menelusup di balik selimut tebalmu Kubisikkan pemintaan tulus penuh harap bersimbah airmata Kami tidak berdaya Kami tidak punya bulldozer keangkuhan Kami tidak punya laras-laras senjata keserakahan Kami tidak punya mesiu-mesiu kesewenangan Kami tidak punya palu-palu pembenam kehidupan Kami hanya punya nurani Nurani yang segenap hati kami pertahankan Di akhir malam yang sunyi ini Kami ketuk nuranimu Nurani manusiamu Masihkah berdetak??? Batam, 15 Juli 2011 -- . * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: - DILARANG: 1. E-mail besar dari 200KB; 2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 3. One Liner. - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1 - Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti subjeknya. =========================================================== Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/