On Nov 16, 2012, at 6:24 PM, Alec Sutaryo <asuta...@gmail.com> wrote:
> Ambo ingin menghentikan thread Ibrani sampai di sini > Lain waktu atau lain medium kita bahas > Sebetulnya ini masalah 'slah' > Ada unsur historis arkeologis di situ > Dan yg itu tak perlu ambo ungkapkan di sini > stop... ANB: Sanak Ali Cestar Sutan Baribeh nan ambo hormati, Palanta RN sebagaimana milis lain, saya kira adalah tempat topik pembicaraan secara natural bisa berlompatan dari satu subyek ke subyek lain, atau malah beranak pinak. Sepanjang pembicaraan tidak bersifat flaming, insinuatif terhadap pihak lain, tak ada salahnya berlanjut. Kecuali dihentikan oleh moderator, dalam hal ini Rang Dapua, yang kita hormati bersama. Masalah Ibrani ini menjadi panjang karena dari awalnya saja Sutan Baribeh sudah tidak akurat menjelaskan posisi Eber sebagai cucu Nabi Nuh. Padahal sanak penulis "Minangkabau Hebrew Identical Words". Kalau ini kejadian di majalah saya dulu, dan saya harus memeriksa tulisan sanak itu sebelum dicetak, informasi Eber sebagai cucu Nuh yang lolos tercetak di majalah akan membuat kredibilitas media bersangkutan menurun, selain mungkin mendapatkan protes dari mereka yang membaca Perjanjian Lama (tidak harus pemeluk Nasrani atau Yahudi. Bisa saja dari muslim seperti saya yang membaca PL dan Perjanjian Baru). Padahal mudah sekali mengecek ranji silsilah para Nabi Bani Israil (ke atas dan ke bawah) hanya dari satu kitab saja (Genesis/Kejadian). Belum lagi dalam pemetaan bahasa Ibrani dan Aramaik dalam keluarga besar bahasa-bahasa Afro-Asia, yang menggunakan sistem alfabet Proto Kana'an. Tentu sanak Ali Cestar harus menyajikan bukti yang benar-benar valid untuk mengatakan bahasa Aram telah punah (missing link) padahal dalam kenyataannya masih ada sekumpulan kecil orang di Timur Tengah menggunakan bahasa Neo-Aramaik. Dan bukankah dunia sudah menyaksikan lewat film "The Passion of The Christ" (2004) yang saya sebutkan sebelumnya (dibuat oleh Mel Gibson) bahwa dialog-dialog para aktor dalam film itu berlangsung dalam (dalam disupervisi oleh para pakar) bahasa Aramaik? Kalau menurut Sutan Baribeh bahasa Aram sudah ikut karam bersama punahnya bangsa Aram (Al Qur'an menyebutnya sebagai kaum 'Ad dengan Aram/Iram sebagai ibukota mereka dengan menara-menara tinggi, semacam Petra di Yordania sekarang), bagaimana sanak menjelaskan apa yang dilakukan Mel Gibson dan timnya dalam film itu? Apakah Mel Gibson melakukan pembohongan publik karena sesungguhnya bahasa Aram sudah tak ada? Belum lagi film-film dokumenter di NatGeo atau BBC Knowledge yang masih sering menyayangkan film-film komunitas berbahasa Aram. Kalau menurut sanak Ali masalahnya hanya karena ada unsur "slah" dan unsur historis arkeologis yang "tak perlu diungkapkan di sini", pertanyaan ambo: kenapa tidak? Apakah sanak Ali tidak yakin bahwa para dunsanak di palanta ini adalah orang-orang terpelajar seperti halnya sanak Ali? Atau sebenarnya sanak Ali sudah kehabisan argumen untuk membuktikan argumen saya yang tidak valid dalam hal ini? > > Soal CSM, ambo kurang begitu tahu > Sesuai namanya, asumsi ambo, tentu lebih ke interest mereka ANB: Makanya tadi saya sebutkan mengutip pendapat Prof. Amien Rais. Coba baca lagi email saya sebelumnya. > > Soal PhD, ambo pun tak perlu bahas di sini ANB: Lho, kan sanak Ali Sutan Baribeh yang membawa The Economist sebagai benchmark, bukan? Majalah itu kan ada pengelolanya, ada sistemnya. Saya setuju dengan Tan Baribeh bahwa The Economist itu enak dibaca. Tapi dibangun di atas fondasi seperti apa The Economist itu sampai semua artikel yang berat-berat dari isi materi bisa disampaikan begitu renyah? Ya, salah satunya karena anggota redaksi mereka semuanya Ph.D ang sangat mengerti masalah DAN bisa menulis populer. (Tidak semua Ph.D bisa menulis dengan enak lho). Kalau The Economist dijadikan patokan tanpa kita tahu setinggi apa kualitas SDM redaksi mereka (yang saya yakin secara rata-rata masih lebih tinggi di atas redaksi majalah Time, bayangkan, Time!) maka seandainya kita pindahkan setting itu dalam dunia media cetak di Indonesia, maka RantauNet Magazine harus lebih dulu kualitasnya lebih tinggi dibandingkan majalah Tempo ("Time"-nya Indonesia). Itu konsekuensi logisnya agar tidak jauh panggang dari api. Jadi kalau Tan Baribeh membaca posting saya dengan tenang, bukankah sebenarnya saya sedang membantu mapping untuk standar SDM yang dibutuhkan RantauNet Magazine (kalau benchmark-nya memang mau setinggi The Economist, lho). Sekarang Tan Baribeh kembalikan lagi pada kualitas faktual para penulis di sini. Ambil sampling acak saja, ketika Tan Baribeh menyebutkan The Economist, berapa orang yang PERNAH membaca majalah itu? Lalu jika pernah, artikel apa yang paling mereka ingat? (Seperti tadi saya contohkan sampul cover story "MAD IN ENGLAND" ketika penyakit sapi gila, "mad cow", mewabah di pertengahan 90-an). > > Tapi background Uda Akmal sudah ambo baco > Kalau bukan di RantauNet Magazine > mungkin di yang lain kito bisa 'berkucantang.' > ANB: Besok sanak Ali Cestar ada di Istora/Book Fair kah? Kalau ada, setelah launching buku Bambang Trim diluncurkan (saya jadi pembahas), kita bisa ngopi di lokasi setelah jam 3 sore. Biasanya kalau sambil ngopi, suasana obrolan berbeda jauh dibandingkan tulisan yang kadang terlihat "gimana gitu", padahal biasa-biasa saja sebenarnya. > love > Persbiro Komunikasi Bisnis & Media > http://www.persbiro.com Salam, Akmal N. Basral Cibubur > -- -- . * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: - DILARANG: 1. E-mail besar dari 200KB; 2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 3. One Liner. - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1 - Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti subjeknya. =========================================================== Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/