Itu membuktikan semakin banyak urang Minang nan paham akan bahaya santan/kolesterol. Hal itu dimungkinkan juo karano kini nagari ko lah heterogen, lah banyak pengaruh dari suok kida. Kalau masuak nan rancak, kemudian bisa ditarimo urang banyak, rancak malah.
mudah-mudahan nan rancak sajo nan masuak dan ditarimo di nagari awak yo.. salam sutan palimo, 43 jakarta On Aug 19, 11:34 am, taufiqras...@rantaunet.org wrote: > Arif Rizki -Singgalang > > Mendirikan warung makan di Sumatra Barat, khususnya di Padang, tentu harus > paham lidah masyarakat kebanyakan. Lazimnya, lidah masyarakat Minangkabau > harus dimanja dengan masakan pedas yang sarat dengan santan yang sangat > kental. Namun, Aidil Makruf (58), atau yang dikenal sebagai Babe, membangun > warung makan yang lari dari standar tersebut. > Adalah Warung Babe yang dibangun Aidil pada 2000 silam, mencoba berdiri di > antara tren masakan pedas dan berlemak. Warung yang berada di Jalan Ujung > Gurun No. 156 Padang ini sangat digemari banyak kalangan karena memiliki > menu-menu makanan berat/ringan yang unik, dan bercita rasa. Terbukti, setiap > hari Aidil dan karyawannya kewalahan menerima pengunjung. Warung tak > bersantan itu sabana kayun (laris manis) > Pilihan Aidil untuk membuka warung makan tanpa santan ini karena ia melihat > di Sumbar masakan khas Minangkabau sudah terlalu banyak. Banyaknya warung > makan Minang ini meninggalkan celah untuk digarap. Dengan melakukan riset > kecil-kecilan, ia mendapatkan kesimpulan, masyarakat membutuhkan cita rasa > baru dalam bersantap. Inilah yang kemudian membuatnya yakin untuk membuka > usaha rumah makan yang tanpa ada kandungan santan sedikit pun. > “Kami mencoba mempelajari kebutuhan masyarakat. Sebagain memang tak bisa > lepas dari masakan Padang yang berkuah kental dan didominasi daging > berkolesterol tinggi. Namun, ternyata sebagian lain membutuhkan menu baru > yang menyegarkan,” ujar Aidil, alias Babe, kepada Singgalang pada Jumat > (12/8) di warungnya. > Bagi Babe, jika ia nekat mendirikan warung makan yang sama dengan warung > makan padang yang konvensional, ia bisa tertinggal karena kurang mahirnya > memasak makanan bersantan. Kekurangmahiran ini juga menjadi alasan mengapa ia > harus memutar otak untuk menemukan celah usaha yang berbeda. > Pada awal berdiri, Warung Babe memang sepi pengunjung. Masyarakat umum > ternyata belum bisa cocok dengan jenis makanan yang didominasi sayur tumis, > sayur asam tersebut. Namun pelan-pelan, kata Babe, masyarakat mulai menyukai > menu yang disediakannya. > “Pada tahun awal berdiri, diakui, kami kesulitan untuk meneruskan usaha. Kami > sempat ingin mengubah segmen usaha, namun entah mengapa, kami yakin cara yang > kami pilih sudah tepat,” ujar Riky Indra Putra (30), anak sulung Babe, yang > memutuskan untuk meneruskan usaha keluarga tersebut. > Riky, lulusan salah satu perguruan tinggi di Padang yang tidak ingin bekerja > di sektor formal. Ia memutuskan untuk meneruskan usaha keluarganya karena > melihat usaha ini cukup menjanjikan. > Kini, Warung Babe tidak pernah sehari pun sepi pengunjung. Dalam sehari, > pendapatan Warung Babe tidak kurang dari Rp4 juta. Artinya, dalam sebulan > omset di atas Rp100 juta. Angka ini cukup untuk menunjukkan setiap hari > pengunjung warung ini tak terhitung jari. > Mantan sopir > Awal memulai usaha, Babe bukanlah pengusaha yang sesukses hari ini. Sebelum > memutuskan untuk hijrah dari Jawa bersama keluarganya, dan membuka warung > pada 2000, Babe merupakan seorang sopir di Jakarta. Pekerjaan ini dirasa > tidak lagi menjanjikan. Ia pun hijrah ke Padang dan membuka warung kecil. > “Awalnya Babe sopir. Besarnya kebutuhan, membuat Babe nekat ke Padang dan > memutar otak untuk berwirausaha. Untungnya warung ini berjalan baik,” > kenangnya. > Baiknya perkembangan usaha Warung Babe ternyata tercium Bank BNI. Pihak Bank > pun menawarkan program Kredit Usaha Rakyat (KUR) kepada Babe. Ini disambut > baik, Babe pun segera melebarkan usahanya dengan menambah fasilitas warungnya. > “Diakui, bantuan program KUR melonjakkan penghasilan warung,” kata Babe. > Wakil Pimpinan BNI Sentra Kredit Padang, Erisman mengatakan, Babe layak > mendapat KUR karena usahanya sangat potensial. Meski pun tergolong usaha > kecil, jika dikelola dengan baik, usaha ini bisa menjadi besar suatu saat. > Entah karena dengan bantuan KUR atau karena kelihaiannya melihat peluang, > kini Babe kerap tersenyum lega karena sudah memilih untuk tidak menambhakan > santan pada masakan warungnya. (*) > Sent from my BlackBerry® > powered by Sinyal Kuat INDOSAT -- . * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: - DILARANG: 1. E-mail besar dari 200KB; 2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 3. One Liner. - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1 - Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti subjeknya. =========================================================== Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/