Nampaknyo penulis artikel iko warga RN juo

------------------------

Tahun 2012: Aia Gadang di Minangkabau! 







Haluan- Kamis, 05 Januari 2012 04:38 

Sekali aia gadang sakali tapian barubah. Begitulah adagium Mi­nangkabau, yang 
me­nunjukkan Minang­ka­bau adalah daerah yang selalu terdepan dalam perubahan, 
ter­u­­tama perubahan bu­da­ya. Perubahan  fisik mungkin tidak, Minang­kabau 
selalu berada di belakang. 

Pagi ini terasa lebih tenang. kehingaran terompet, ledakan mercun, gemercik 
kembang api dan deru kenderaan yang hilir mudik mulai sepi, benar jauh sangat 
sepi diban­dingkan malam tanggal 31 Desember. Pada malam itu ledakan kehingaran 
sampai tengah malam sungguh membuat kita tersentak, tersentak bukan karena kita 
ingin memasuki tahun yang lebih baik, tersintak karena kejutan yang 
memukul-mukul dan mengganggu ketenangan dari kesu­nyian. Gedung-gedung 
dikerubungi mercun, perkantoran, rumah-rrumah dan bahkan mesjid seakan 
dikepung. “Kita” dikepung oleh kegaduhan gemerincing api yang melesat-lesat 
dengan ledakan ke udara.

Acara meriah tahun baru 2012, tentu sebuah testimoni, sebuah  tontonan yang 
realiastis, sebuah tontonan yang menarik ketika identitas kita sedang goyah. 
Perayaan tahun baru memang dunia yang penuh glamour dan  gengsi, yang ketika 
belasan tahun lampau, (apa lagi) puluhan tahun lalu berada di luar pikiran 
sehat para etnik Nusantara. Ini budaya hiperealitas, simulacra dari 
post-modernisme dan hipermo­dernis­me. Inilah yang susah untuk mema­hami, pada 
satu sisi para pemimpin, seakan-akan penuh kekhusu­kan, bahkan dengan stempel 
peraturan daerah, menggalakkan proses kekhu­sukan ummat ke Surau, lalu memacu 
Asmaul Husna di depan publik, pada sisi lain, ia menjauh dari Surau, seakan ia 
tempatkan segalanya itu jauh pada jagat terluar.

Pesantren Ramadan dan berbagai  aktivitasnya pada anak-anak mungkin akan 
terbakar satu malam, selaras dengan meledaknya mercun-mercun kembang api. Namun 
yang menariknya (dan herannya?) kebudayaan etnik diselipkan sehingga semua mata 
masih bisa dikelabui di mana Sang  Pengua­sa masih bisa berbicara atas nama 
diri “kita”, yang sebenarnya masyara­kat  sebagai penonton pasif, tidak kritis. 
Masyarakat digerakkan seakan-akan aktif dalam permainan besar itu, yang tidak 
dipahami akar asal usulnya.

Perubahan sosial Minangkabau yang tejadi hari ini, sesunguhnya jauh berbeda 
dengan semangat perubahan sosial  sejak akhir abad ke-19. Kalau dirunut sejak  
akhir abad ke-19 maka perubahan sosial kita bergerak ke arah religius dan 
meninggikan pikiran.  Konflik besar antara kaum adat dan agama bermuara pada 
kesepakatan antara adat dan syarak, itulah yang kita agungkan, dan kemudian 
diusung kemana-mana dengan nama adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah 
(ABSSBK), sebuah slogan besar yang begitu nyaring di mana-mana tetapi kering 
paktis sosialnya.  Semangat  relegius dan meninggikan pikiran itu makin jelas 
arahnya dalam abad ke-20, yang kemudian diresepi oleh pendidikan Barat dan 
kolnialisme Belanda. Arah perubahan sosial Minangkabau tetap berpegang pada dua 
poin tadi. Dengan ini alim ulama  dan kaum adat makin cerdas karena diperkaya 
dengan ilmu pengetahuan umum. Satu golongan lagi, kaum cerdik pandai muncul , 
dan menjadi penegah dan memperkaya khasanah Minangkabau. Ketiganya ini, yang 
kita kenal dengan pemimpin, tigo tunggu sajarangan,menentukan dan berperan 
aktif.

Realitas hari ini tiga peran ini berada di bawah bayang-bayang lain, para 
birokrasi, para politisi, para penguasa yang muncul karena 
administratif-politis. Para penguasa ini tidaklah betul orang-orang pilihan, 
walaupun mereka dipilih oleh rakyat. Namun pemilihan mereka tidak bisa 
dilepaskan dari masalah uang dan bujuk rayu, sesuatu yang paling ril dalam 
pemilihan kepala daerah hari ini. Penguasa semacam ini, umumnya  adalah 
aktivis-aktivis taggung, pemburu kekuasaan yang loyalitas mereka hanya 
kelihatan apa bila berada di singasana. Siapapun boleh mene­lusuri, tidak 
seberapa para penguasa baru ini yang  mempunyai aktivis yang cemerlang. Mereka 
hadir tiba-tiba, seperti suatu benda terjatuh ke bumi, ke tengah pembaca.

Pemimpin yang datang tiba-tiba ini, atau pemimpin dadakan, adalah ibarat 
lokomotif kereta api yang rusak dan menggerakkan banyak gerbong, baik yang 
rusak maupun yang baru. Para gerbong dihela kemana Si Penguasa pergi, kadang 
kala pergi ke jalan berlumpur maka gerbong belakang ikut kena lumpur, kadang 
kala, alhamdulillah di jalan yang elok maka gerbong-gerbong itu bisa berjalan 
baik dan  senang.

Dalam konteks ini, bagi penulis dan kaum intelektual, mungkin setiap hari waktu 
mereka habis untuk menyeru. Para aktivis yang berpihak kepada kerakyatan dan 
kebenaran mungkin pikiran dan fisik mereka sudah lelah, bahkan seperti 
diserukan Iwan Fals, “Kami telah muak, muak dengan ketidakadilan dan 
ketidak­pastian”. Karena itu, sudah saatnya “kita” berpikir jangka panjang, 
terhindar dari gaya hidup dan budaya bujuk rayu, pencitraan dan sebagainya. Ini 
semata untuk sebuah kebangkitan , untuk kejelasan jalan dan identitas. Agar 
kita tidak hanyut dalam glamour kebodohan dan ilusi.

Sakali aia gadang sakali tapian barubah, maksud mengulang adegium ini bahwa 
identitas kita mudah digerus, bahkan dirombak oleh gempuran rayuan-rayan baru 
yang tidak jelas ujung pangkalnya. Untuk sekadar mengutip Anthony Giddens, 
“tumbangnya pilar-pilar keimanan” kita. Kini tahun 2012 mungkin tahun 
ketidakpastian dari kebudayaan dan kebangkitan bangsa kita, semua terpulang 
sama kita; apakah kita akan mempertahankan cara-cara tahun sebelumnya atau kita 
menyusun agenda baru untuk membuat satu lompatan yang jauh  ke depan, agar 
bangsa ini berada di bahagian paling depan?

 

WANNOFRI SAMRY 

(Kandidat Ph.D di Universitas Kebangsaan Malaysia)
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/

Reply via email to