Ass. Saya sangat setuju dengan tulisan uda nan ado pado alia partamo, yaitu, Dulu kita seiring sejalan bergandengan tangan menempuh jalan yang sama, saya didepan kau sedikit dibelakangku, terkadang kau ku suruh tampil maju kedepan untuk merintis jalan, tapi ketika kita sampai diujung jalan dan saat berada dipersimpangan aku ingin melanjutkan perjalanan ini kedepan sendirian tanpa kau dibelakangku lagi. Sementara kau ingin lebih cepat lebih bagus menempuh jalan yang berbeda dengan ku dengan pasanganmu yang lain. Kita tidak bisa lagi dipenghujung jalan ini untuk lebih cepat lebih bagus melanjutkan jalan yang sama kedepan. Tapi ado nan manyangkui di pikiran, yaitu caro dan wakatu bahwaso kito kabapisah kabapisah jalan. Rasonyo kok kurang lasuah nampak nyo. Ado babarapo catatan nan ambo kana, partamo jo ucapan wakil katua nan mangeceaan awak iyo bakawan, tapi kini indak ado aratinyo lai karano lah manjdi urang ketek atau 2,5%. Kaduo ma ulua2 wakatu, nan katigo jo saraiak nan indak2 Nan ka ampek mantang2 awak lah kadang! Ambo raso caro2 banyuak iko kurang elok alias etikanyo agak randah Untuak itu mari kalau mangaku beretika kito perlihatkan bahaso kita memang beretika. Semoga rakyat tau maaa urang nan batua beretika, maaa nan pura2 beretika!!!!!! Tarimo kasih Alzaber
--- Pada Sen, 6/7/09, Jupardi <jupa...@anugrah-mgt.biz> menulis: Dari: Jupardi <jupa...@anugrah-mgt.biz> Topik: [...@ntau-net] SBY dan atau versus JK Kepada: alumni-p...@yahoogroups.com Cc: RantauNet@googlegroups.com Tanggal: Senin, 6 Juli, 2009, 10:15 AM SBY dan atau versus JK Dulu kita seiring sejalan bergandengan tangan menempuh jalan yang sama, saya didepan kau sedikit dibelakangku, terkadang kau ku suruh tampil maju kedepan untuk merintis jalan, tapi ketika kita sampai diujung jalan dan saat berada dipersimpangan aku ingin melanjutkan perjalanan ini kedepan sendirian tanpa kau dibelakangku lagi. Sementara kau ingin lebih cepat lebih bagus menempuh jalan yang berbeda dengan ku dengan pasanganmu yang lain. Kita tidak bisa lagi dipenghujung jalan ini untuk lebih cepat lebih bagus melanjutkan jalan yang sama kedepan. Begitulah kira-kira kondisi yang terjadi dua sosok tokoh kita yang telah memimpin bangsa ini menjadi Presiden dan Wakil Presiden periode 2004-2009. Susilo Bambang Yudhono (SBY) dan M Yusuf Kalla (JK) memilih jalan sendiri tanpa bergandengan tangan lagi, keduanya melalui partai masing-masing maju menjadi orang nomor satu di Negeri ini, banyak juga dari masyarakat menginkan kedua pasangan ini kembali memimpin bangsa ini 5 tahun kedepan tapi itu tidak terjadi lagi. Banyak factor-faktor serta berbagai alasan kenapa mereka tidak bisa berpasangan lagi ketika sampai diujung jalan dan ingin melanjutkan perjalan bahkan beberapa analisa atau rumor yang beredar ditengah jalanpun kadang-kadang mereka tidak seirama lagi melangkah dalam memimpin bangsa ini. Salah satu factor kenapa mereka berpisah tidak mau lagi berpasangan melanjutkan jadi Presiden dan Wakil Presiden untuk masa 5 tahun kedepan tentunya tidak terlepas hasil dari pemilu legislative yang telah berlansung pada tanggal 9 April 2009 hasilnya Partai Demokrat yang dibidani oleh SBY menjadi pemenang . Kondisi ini tentu sangat berbeda dengan Pemilu 2004 dimana partai Demokrat yang baru lahir masih jauh perolehan suaranya dibandingkan partai Golkar saat itu di Pimpin oleh Akbar Tanjung. Jika kita tarik mundur tahun 2004 Golkar sebagai pemenang pemilu mengadakan Konvensi untuk menentukan siapa yang akan maju menjadi Presiden dan yang terpilih adalah Wiranto yang diusung Golkar untuk bertarung di Pemilu Presiden berpasangan dengan Salahuddin. Hasilnya Wiranto gagal total bahkan sudah KO di putaran pertama. SBY sadar diri saat itu karena partai Demokrat jauh dibawah Golkar dan PDI P dengan kharisma dan kepopulerannya saat itu SBY begitu perjaya diri maju menjadi Presiden tentunya tidak lepas dengan kecerdikan dan strateginya dengan mengandeng JK sebagai salah satu elite/tokoh Golkar menjadi Wakilnya. Strateginya sangat jitu pasangan ini lolos diputaran pertama Pilpres dan bertarung dengan Megawati yang disusung PDI-P berpasangan dengan Hasyim Muzadi. Diputaran kedua saat itu Akbar Tanjung sebagai ketua umum Golkar dan para elitnya meyerukan kepada para kadernya baik dipusat maupun didaerah dan tentunya menghimbau agar para pemilih Golkar untuk mendukung (memberikan suara) kepada pasngan Mega-Hasyim. Diatas kertas secara matematis Mega-Hasyim yang disusung oleh PDI-P dan didukung penuh oleh Golkar serta partai-partai menengah dan kecil lainnya tentu akan menjadi pemenang dalam Pilpres putaran kedua. Tapi itu kemenangan diatas kertas yang dihitung dengan sederet angka dan dijumlahkan, tapi fakta di lapangan ditingkat “grass root” massa ibaratnya seperti bola liar dan mencair, mereka begitu bebas memilih tanpa harus mengikuti logika berpikir para elitnya “jika presiden yang kita usung dari Golkar tentunya para pemilih Golkar harus memilihnya’. Langkah SBY dengan elit Demokrat serta partai lain yang mengusungnya cukup jitu mengandeng JK sebagai wakil presiden, suara massa pemilih Golkar yang saat itu menjadi pemenang pemilu Legislatif terpecah pilihannya, suara mereka tidak bulat buat pasangan Mega Hasyim sesuai seruan dan himbauan Akabar Tanjung selaku Ketua Umum Partai Golkar. Hasilnya SBY bersama JK diputaran kedua Pilpres menjadi pemenang mengalahkan pasangan Mega Hasyim. Kondisi 2004 tentunya berbeda dengan 2009, SBY yang menjadi presiden dengan partai Demokratnya semakin popular dimata masyarakat sementara JK sebagai wakil presiden mengambil alih kendali biduk Partai Golkar dengan terpilih menjadi Ketua Umum. Hasil pemilu legislative membuat segala sesuatu menjadi berubah dan berakibatnya mereka berdua tidak seiring sejalan lagi dalam memimpin bangsa ini 5 tahun kedepan. Partai Demokrat yang menjadi pemenang Pemilu walau kemenangan ini tidak mutlak tapi cukup memenuhi syarat SBY lebih perjaya diri untuk maju menjadi Presiden dan menentukan pasangannya tanpa harus memilih dari wakil dari kader partai yang berkoalisi dengan Demokrat, pilihan SBY jatuh pada orang keperjayaannnya selama ini dikabinet yaitu Boediono (non partai). Berpijak pengalaman tahun 2004 Golkar tidak mau bertindak “bodoh” lagi dengan mengadakan konvensi untuk menentukan calon presiden yang diusungnya yang terbukti gagal total. Dalam “pakem” politik puncak karir tertinggi para politikus adalah dapat kursi (duduk) di Parlemen atau menjadi Presiden tentunya kursi Presiden ini adalah puncak karir tertinggi pimpinan partai maka JK sebagai ketua umum dengan perolehan suara di pemilu legislative berada dibawah partai Demokrat serta memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan UU dengan dukungan koalisi partai kecil lainnya maka JK diusung oleh Golkar untuk maju menjadi Capres seperti halnya dengan Megawati sebagai ketua umum PDI-P diusung partainya untuk maju menjadi capres. Jika ada yang maju jadi Presiden dari calon indenpenden (non partai) menurut saya itu mengingkari nilai-nilai atau cara-cara berdemokrasi. Intinya demokrasi tentunya dari rakyat oleh rakyat dan kekuasaan dan kedaulatan itu berada ditangan rakyat ini diungkap dalam sebuah idiom yang terkenal dalam berdemokrasi “Suara Rakyat adalah Suara Tuhan”. Suara rakyat inilah di tampung melalui wadah yang bernama Partai yang nantinya rakyat mewakili suaranya pada partai untuk duduk di parlemen melalui orang-orang yang mereka pilih didalam partai tempat dia bernaung. Begitu juga untuk menjadi Presiden calon dari partai akan kuat legitimasinya dibandingkan calon indenpenden yang jika terpilih jadi presiden bisa jadi dalam menjalankan roda pemerintah tidak efektif dan efesien karena tidak mendapat dukungan kuat dari parlemen (partai politik). Jadi rasanya sudah pas ketiga Capres ini bertarung merebutkan kursi Presiden untuk periode 2009-2014. Jika memang ada suara-suara dari luar (non partai) ingin menjadi Presiden seakan mampu menyelesaikan berbagai persoalan bangsa sebaiknya jangan berteriak diluar system percuma saja itu hanya akan menghabiskan energi, jalan yang paling baik dan memang begitu “pakem” dalam berdemokrasi masuklah kedalam system dan itu adalah partai. Lihatlah Wiranto dan Prabowo mereka hanya akan menghabiskan energi, biaya dan waktu jika setiap saat berbicara diluar system dengan berbagai acara, jika mereka berambisi ingin memimpin negeri mau tidak mau mereka harus membikin wadahnya atau perahu yang akan mengantarkan mereka menjadi Presiden. Wiranto akhirnya memproklamirkan partainya yang bernama Hanura sedangkan Prabowo dengan partainya yang bernama Gerindra. Tapi suara partai mereka belum signifikan untuk maju jadi Presiden tapi cukup kuat menjadi wakil Presiden seperti yang kita ketahui akhirnya JK memilih pasangan Wiranto sementara Mega memilih pasangannya Prabowo. Tanggal 8 Juli 2009 seluruh rakyat Indonesia yang mempunyai hak untuk memilih dan tentunya mereka menggunakannya akan berbondong-bondong ke TPS untuk menyontreng pilihan mereka kepada ketiga Capres dan pasangannya ini. Saya sebagai warga negara yang baik kartu tanda pemilih telah saya kantongi dan Insya Allah akan menggunakan “satu suara” saya untuk menentukan pilihan ke salah satu calon. JK atau SB…SBY atau JK, mereka membuat saya bimbang sementara Mega sudah pasti bukan pilihan saya. Tapi paling tidak misi “satu suara” saya akan menyelamatkan JK dan SBY bertarung di putaran kedua. SBY melalui tim suksesnya begitu berani “mendeklerasikan” bahwa Pilpres ini akan berlansung satu putaran. Pernyataan ini bisa jadi akan menjadi boomerang bagi SBY sendiri dan faktanya begitu dua pesaing SBY yaitu JK dan Mega balik menyerang baik itu disampaikan secara sindirin maupun secara terbuka. Bahkan JK dalam sebuah debat resmi yang diadakan KPU tanpa tedeng aling berkata kepada SBY “Satu putaran itu bukan milik Pak SBY saja tapi juga saya dan Bu Mega” Bagi saya tanggal 8 Juli ibaratnya sebuah laga pemanasan saja sedangkan pertarungan sejati pada putaran kedua yang berlansung tanggal 8 September dan saya tentu berharap pertarungan itu terjadi antara JK versus SBY. Jika Pilpres ini hanya berjalan satu putaran dan itu dimenangkan oleh salah satu kandidat dengan suara 50 % plus rasa-rasanya kurang afdol legitimasinya jika dibandingkan jika berlansung Pilpres pada putaran kedua. Jika terjadi dua putaran tentunya akan bertarung dua calon disinilah suara rakyat berbicara “siapa betul yang diinginkan rakyat menjadi Presiden” apalagi jika salah satunya memenangkan Pilpres dengan suara 70 % maka legitimasinya semakin kuat. Tapi saya masih meraba-raba kemungkinan yang akan terjadi setelah pilpres berlansung tentunya yang akan menentukan apakah pilpres akan berlansung satu putaran atau dua putaran tergantung kepada seluruh rakyat Indonesia yang menggunakan hak pilihnya pada hari Rabu tanggal 8 Juli. Saya sebagai salah satu rakyat Indonesia sama dengan rakyat yang lain dimanapun level mereka berada dalam tatanan social masyarakat yaitu hanya memiliki SATU SUARA, mudah-mudahan satu suara saya ini ikut berpatisipasi mengantarkan JK dan SBY melaju pada putaran kedua Pilpres, jika selama ini segala prediksi, gonjang ganjing, debat sana sini yang kecendrungannya Pilpres satu putaran dan akan dimenangi oleh SBY. Dalam debat presiden selama ini moderator sering berkata mengajukan pertanyaan kepada ketiga kandidat “Indonesia Bertanya” maka tidak ada juga salahnya saya (kita) menaruh harapan kepada siapapun yang akan terpilih nanti dengan berkata “Indonesia Berharap” maka harapan saya (kita) semua Presiden yang terpilih nanti semoga akan membawa nusa, bangsa dan rakyatnya hidup lebih baik lagi dari segala aspek kehidupan sehingga apa yang diamanahkan UUD, bangsa dan negara serta segenap lapisan masyarakatnya menjadi sejahtera, adil dan makmur serta berdaulat semoga terwujud hendaknya. Selamat menggunakan hak pilih anda pada hari Rabu Tanggal 8 Juli 2009, semoga satu suara anda memilih yang terbaik bagi bangsa ini. Salam Jepe- Pku, 6 Juli 2009 Yahoo! Mail Kini Lebih Cepat dan Lebih Bersih. Rasakan bedanya sekarang! http://id.mail.yahoo.com --~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~ . Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: - DILARANG: 1. Email besar dari 200KB; 2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 3. One Liner. - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet - Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama =========================================================== Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe -~----------~----~----~----~------~----~------~--~---