Bung Syamsir, alias Bung Hambo Ciek, di tepi ombak nan berdebur, di sebelah 
dunia sana, dkk
 
Saya kebetulan ikut menyampaikan tahniah semalam kepada Sdr Irman Gusman, 
Tifatul Sembiring dan Guspardi Gaus, dan sekian banyak lainnya dari Sdr2 kita 
yang dinobatkan sebagai penghulu adat di GTS, yang kesananya harus melalui 
kampung saya: Parabek, Sungai Tanang, Pakan Sinayan, Banuhampu. Walau saya tak 
sempat menyaksikan upacara batagak penghulu di siang harinya, karena 
bertubrukan dengan acara FGD Gebu Minang dengan para ninik mamak dari Solok S3, 
di Kotobaru, dalam rangka persiapan Kongres Kebudayaan Minangkabau, tapi kesan 
saya memang sangat-sangat meriah dan berkesan dalam. 
  Yang kita perambil sekarang adalah bgmn menyemaikannya kepada nagari2 dan 
daerah2 lainnya bukan hanya di Sumbar tetapi di wilayah adat Minangkabau 
lainnya di mana saja, termasuk yang daerah provinsi Riau, Jambi, Bengkulu, 
Sumut, Aceh, Negeri Sembilan, Melaka, Pahang, dsb. Sasarannya adalah: bagaimana 
menghidupkan kembali adat lama pusaka usang yang masih relevan dan yang 
diintegrasikan dengan syarak dalam filosofi hidup ABS-SBK itu, semua dalam 
rangka menghidupkan kembali Hidup Bernagari itu. 
   Saya di Solok kemarin juga mengatakan, tidak ada artinya kembali Bernagari, 
setelah sekian lama disungkup dalam kehidupan berdesa selama masa Orde Baru, 
tanpa mendapatkan kembali otonomi nagari atau bernagari itu. Sekarang, namanya 
dikembalikan menjadi Nagari tetapi isinya Desa, sehingga semua2 diatur dan 
dikendalikan dari kantor Bupati. Bertanggung-jawabnya pun kepada Bupati, bukan 
kepada rakyat di Nagari melalui Bamus ataupun BPRN.
   Bung HC, dkk, banyak yang memang harus kita benahi jika kita memang ingin 
ber ABS-SBK yang tidak hanya sekadar simbol atau semboyan itu.  
   Salam dari ombak yang berdebur dari tepian yang sebelah kemari. Sayang saya 
ndak jadi ke negeri sana itu. Tapi hanya ke negeri Kang Guru untuk kunjungan 
singkat saja pula April nanti. MN
 
 

--- On Sat, 2/27/10, sjamsir_sjarif <hamboc...@yahoo.com> wrote:


From: sjamsir_sjarif <hamboc...@yahoo.com>
Subject: Re: [...@ntau-net] 47 Datuak Dilewakan di Guguak Tabek Sarojo
To: rantaunet@googlegroups.com
Date: Saturday, February 27, 2010, 12:49 PM


"> Hebatnya, nagari ini pernah jadi tempat persembunyian paling aman bagi tokoh
> revolusioner, seperti Syafruddin Perwiranegara, Burhanuddin Harahap dan
> M.Natsir. Mereka merasa aman di sini, karena tidak dapat akses langsung ke
> Bukittinggi."

Rupanya penuslis artikel  ini mungkin tidak mengetahui karena tidak menyebutkan 
bahwa Ir. Soekarno yang kemudian menjadi Presiden RI, juga pernah tinggal dan 
bersembunyi di Guguak Tabek Sarojo waktu Zaman Pendudukan Jepang.  Dalam tahun 
1964-66 saya sering ke GTS dan  dapat  tahu di rumah mana Ir. Soekarno pernah 
tinggal.

Salam,
-- Sjamsir Sjarif
di Tapi Riak nan Badabua
Santa Cruz, CA, USA

http://www.santacruzsentinel.com/localnews/ci_12030675
--- In rantau...@yahoogroups.com, Elthaf Hidjaz <eltha...@...> wrote:
>
> Dari nSinggalang online
> http://www.hariansinggalang.co.id/index.php?mod=detail_berita.php&id=5338
> 
> 
> Sabtu, 27 February 2010
> 47 Datuak Dilewakan di Guguak Tabek Sarojo
> 
> 
> H. CHUN MASINDO
> 
> Bukittinggi - Nagari Guguak Tabek Sarojo, Kecamatan IV Koto, Kabupaten Agam,
> baralek gadang. Tidak kurang dari 47 putra-putra terbaik nagari itu, Sabtu
> (27/2) dilewakan gelarnya sebagai datuak, pemimpin dari masing-masing
> kaumnya. Para datuak tersebut berasal dari sepuluh suku yang ada di nagari
> itu.
> Alek kali ini memang alek besar. Satu menteri, satu Ketua DPD RI dan seorang
> mantan anggota DPRD Sumbar yang kini calon Bupati Agam 2010/2015, ikut
> dilewakan karena menyandang gelar datuak dari kaumnya. Dalam sejarah alek
> batagak pangulu di Guguak Tabek Sarojo, inilah alek terbesar yang pernah
> dilangsungkan.
> Ke-47 datuak yang dilewakan gelarnya itu, berasal dari kaum suku Sikumbang,
> Caniago, Jambak, Koto, Pisang, Malayu, Guci, Pili, Tanjung dan Payobada.
> Menurut Walinagari Guguak Tabek Sarojo, Asroel Diaz St. Pangeran, dari
> seharusnya 56 pangulu di Nagari Guguak Tabek Sarojo, dengan dilewakannya 47
> datuak tersebut, berarti sudah ada 54 pangulu, karena saat ini terdapat
> tujuh pangulu yang masih aktif.
> Asroel Diaz didampingi Ketua KAN Guguak Tabek Sarojo, H. Muzer Dt. Rajo Api,
> prosesi malewakan gala datuak ini, sebenarnya sudah diancar sejak 2003
> lalu.
> Tapi, semuanya tentunya membutuhkan proses, mulai dari kesepakatan kaum,
> sampai pada penetapan harinya.
> Munculnya kembali keinginan untuk batagak pangulu ini, karena kembalinya
> sistem pemerintahan ke nagari, dari desa. Ketika pemerintahan dengan status
> desa, banyak warga berpikiran bahwa pangulu tidak diperlukan. Tapi, karena
> sistem kembali bernagari, maka peranan ninik-mamak dalam kaum kembali eksis.
> Dalam segala urusan, memang ninik-mamak memegang peranan penting, begitu
> juga dalam menyelesaikan permasalahan. Terutama masalah yang timbul dalam
> kaum, mulai dari permasalahan tanah, keluarga, sampai pada hal yang
> menyangkut dengan hukum.
> Peranan ninik-mamak di sini memang sangat besar. Pepatah, anak dipangku,
> kemenakan dibimbing, jelas akan kembali menurut jalurnya.
> Untuk baralek gadang ini, yang oleh KAN Guguak Tabek Sarojo diberi judul
> Minangkabau Baralek Gadang, anak nagari benar-benar memperlihatkan rasa suka
> citanya. Guguak Tabek Sarojo (GTS) yang terdiri dari dua jorong itu,
> benar-benar berubah fantastis.
> Di sepanjang jalan dalam nagari, terdapat umbul-umbul dan marawa. Di
> rumah-rumah, terdapat spanduk dalam ukuran besar, lengkap dengan foto tokoh
> yang akan menangku gelar datuak, terpampang dengan jelas.
> Dalam spanduk itu selain gambar tokoh datuak bersangkutan, juga disebutkan
> gelarnya, sukunya dan lainnya. Kata lain, yang paling pas adalah, Guguak
> Tabek Sarojo kini benar-benar semarak. seluruh pekarangan rumah penduduk
> dibersihkan, jalan-jalan rapi, pagar dicat, gapura dibuat dan tenda-tenda
> pesta pun berdiri di banyak tempat.
> Asroel Diaz lebih mengungkapkan, Guguak Tabek Sarojo yang terdiri dari dua
> jorong itu, kini dihuni oleh sekitar 4.500 jiwa. Warga menghuni areal seluas
> 89 hektare, dari 260 hektar luas nagari keseluruhan. Di atas areal yang 89
> hektar itulah, terdapat lahan pemukiman, pertanian, dan berbagai keperluan
> lainnya. Mata pencarian warga Guguak Tabek Sarojo, hanya sekitar 15 persen
> yang petani. Selebihnya adalah pedagang, pegawai negeri, swasta, dan
> berbagai profesi lainnya.
> Kondisi tersebut membuat warga nagari ini lebih suka mencari hidup di rantau
> ketimbang di kampung halaman. Itu pulalah sebabnya sekitar 12.000 warga GTS
> kini berada di perantauan.
> Mereka tidak hanya di berbagai kota di Indonesia tetapi juga di mancanegara,
> seperti Australia, Malaysia, Jerman, Polandia dan lainnya.
> "Di Australia saja warga GTS terdapat sedikit 200 jiwa. Di sana mereka yang
> berdagang, swasta, dan ada juga yang buka usaha rumah makan. Dalam alek ini,
> sekitar 40 warga yang dari Australia itu menyempatkan diri untuk pulang
> kampung menyaksikan prosesi malewakan gala datuak ini," ujar Asroel Diaz
> lagi.
> Hebatnya, nagari ini pernah jadi tempat persembunyian paling aman bagi tokoh
> revolusioner, seperti Syafruddin Perwiranegara, Burhanuddin Harahap dan
> M.Natsir. Mereka merasa aman di sini, karena tidak dapat akses langsung ke
> Bukittinggi.
> Meski jarak GTS dengan Kota Bukittinggi tidak lebih dari 200 meter, namun
> dipisah oleh ngarai yang cukup terjal, yang merupakan rangkaian dari Ngarai
> Sianok. Sampai kini, memang jembatan penghunung untuk akses langsung ke
> Bukittinggi itu masih dalam wacana, apalagi wacana itu kian mengabur
> menyusul gempa bumi yang terjadi Maret 2007 lalu, yang makin memperbesar
> jurang pemisah tersebut.
> Tapi, kini GTS, nagari yang bergantung pada turunnya hujan tersebut, tidak
> bisa dipandang sebelah mata. Budaya berdagang anak nagari memang tidak bisa
> dipungkiri. Apalagi sebagian besar diantaranya adalah pedagang emas.
> Diperkirakan saat ini tidak kurang dari tiga ton emas milik warga GTS yang
> berdagang emas di berbagai pelosok di Sumbar dan berbagai kota di tanah air.
> Lalu bagaimana dengan orang yang diangkat jadi pangulu tersebut? Adalah
> Drs.H. Supardi Gaus, MBA., M.Si., yang memangku gelar Datuak Batuah, yang
> juga ikut dilewakan hari ini, kepada Singgalang menyebutkan, bahwa tujuan
> utama dari batagak pangulu ini adalah untuk lebih memberikan arti yang
> mendalam dalam menjalankan adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah.
> Dalam kandungannya, terdapat bahwa anak dipangku, kamanakan dibimbiang.
> "Hakikat dari pepatah tersebut, bahwa untuk anak sang ayak berkewajiban
> memangkunya, yang secara harfiahnya bermakna memberikan kehidupan yang layak
> dan menempatkannya sebagai amanat dari Allah. Kemenakan dibimbing, bermakna
> bahwa seorang kemenakan di mata mamaknya, adalah yang harus dididik, dibina
> dan dibeli dengan ilmu pengetahuan. Ini tidak akan bisa lepas, dan
> diharapkan mamak juga tidak akan merasa panek dalam membimbing kemenakannya,
> karena sifatnya membimbing. Lain halnya kalau dipangku, jelas beban berat
> itu tertumpu padanya," ungkap Guspardi Gaus yang mantan anggota DPRD Sumbar
> dan kini calon Bupati Agam 2010-2015.
> Menurut Guspardi, memang selama ini peranan ninik mamak atau pangulu
> sepertinya terlupakan dalam kehidupan masyarakat Minangkabau. Dampaknya
> jelas, bahwa anak kemenakan tidak pernah menyatu, mamak bak kato mamak,
> kemenakan pun dikacak langan lah bak langan, dikacak batih lah bak batih.
> Terkadang, bahkan sampai menantang mamaknya. Ini akibat, sistem pemerintahan
> desa yang sepertinya mengabaikan peranan mamak dalam kehidupan di alam
> Minangkabau ini.
> "Syukurlah kita kembali ke nagari. Dengan demikian, peranan ninik-mamak yang
> selama ini sepertinya diabaikan, kembali difungsikan. Budaya dan adat pun
> harus dijalankan sesuai dengan aturannya. Diakui, memang bahwa adat di
> Minangkabau ini tidak tertulis, namun semuanya akan berjalan dengan baik
> bila mengikuti apa yang sudah dijalankan oleh nenek moyang. Hanya saja,
> sekarang kini akan mencoba menterjemahkannya sesuai dengan perkembangan
> alam," tambah Guspardi lagi.
> Sebenarnya ini bukan mambangkik batang tarandam, dalam artian harfiahnya.
> Tapi menghidupkan kembali kekuatan budaya Minangkabau yang terlanyau oleh
> budaya asing yang masuk. Kalau mambangkik batang tarandam itu, maknya kita
> sendiri yang membekukannya. Tapi, ini tidak. Masalah ini tidak lebih dari
> sistem yang berjalan, dan kita terlena pula olehnya. Kinilah masanya, kita
> kembali ke sistem adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah, dimana
> syarak mangato, adaik mamakai. "Kita tentu tidak ingin budaya kita terlanyau
> begitu saja oleh budaya asing yang masuk. Budaya asing itu bukan hanya
> budaya yang datang dari luar negeri, tetapi budaya dari luar Minangkabau
> sendiri," ujar Guspardi Gaus menambahkan.
> Kembali ke GTS, nagari yang tengah baralek gadang. Nagari yang berbatasan
> langsung dengan Birugo Bukittinggi itu, sekilas memang tidak terlihat. tapi
> bila masuk ke dalamnya, maka tergambarlah bahwa GTS adalah sebuah nagari
> yang maju. Seluruh ruas jalan dalam nagari sudah diaspal hotmix. Kini juga
> tengah dipasang perpipaan untuk saluran air ke rumah-rumah penduduk, dengan
> sumber air dari Balingka. Rumah-rumah mewah yang selama ini mengharapkan air
> dari tadah hujan, ke depan diharapkan sudah mempunyai pipa leding.
> "Insya Allah, tahun 2010 ini, proyek perpipaan itu sudah rampung, dan
> seluruh rumah penduduk di GTS sudah bisa diairi dengan sistem perpipaan
> tersebut," harap Walinagari Asroel Diaz. (202)


-- 
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
1. Email besar dari 200KB;
2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 
3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali serta ingin merubah konfigurasi/settingan 
keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe



      

-- 
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali serta ingin merubah konfigurasi/settingan 
keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe

Kirim email ke