Fitra Anak

Siang yang terik aku masih di halte bis Benhil depan kampus 
universitas atmajaya.Hampir empat puluh menit aku berdiri menahan panas.
Seharusnya setengah dua belas aku dah di dalam bis menuju tempat ngajar.
Aku coba menahan pegal kaki karna capek berdiri.Tiba-tiba mataku tertuju pada 
dua orang bocah cilik usia tiga tahun.Berambut merah karna seringnya terbakar 
matahari,kulitnya hitam,hidunganya selalu mengeluarkan ingus.Begitu juga bocah 
yang satunya ga jauh beda hanya badannya yang lebih besar.Aku terkesima dengan 
anak-anak itu yang berkeliaran tampa alas kaki di aspal yang panas.Anak siapa 
itu?Ngapain mereka?Kulihat sekeliling, sepertinya ga ada orang tua 
mereka.Sekecil duduk di pinggir trotoar, ingusnya terus saja meler,mereka 
tertawa tawa.Dunia anak-anak ga ada yang mereka takuti,ga ada yang mereka 
sedihkan.Ternyata mereka adalah anak-anak penjual minuman yang ada dihalte.Aku 
memandang sedih anak-anak itu.Seharusnya mereka ga ada disana.Mereka bermain 
dengan temannya di rumah atau di taman,atau ditempat yang aman.Bukan dijalan 
yang penuh dengan orang asing,dengan kendaraann yang lalu lalang dan 
sebagainya.Aku trenyuh dengan semua itu.Tapi aku ga tahu
 apa yang harus aku lakukan.Aku hanya bisa melihat,memandang pola tingkah 
mereka.Sampai akhirnya aku melihat bocah berambut pirang berak dengan tenangnya 
di belakang tiang listrik.Duh... bocah kecil!aku mengelus dada.


      

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke