Cucu mahal

Sore hari aku mengantar ayahku kerumah temannya yang hendak membahas masalah 
acara ulang tahun pepabri. Teman ayahku seorang  mantan purnawirawan tni au 
berpangkat letkol.Rumahnya asri dengan halamannya yang luas. Kami duduk di 
beranda samping yang teduh. Ayah dan temannya asik berbincang. Tidak lama 
kemudian datang seorang anak laki-laki yang lucu menghampiri teman ayah. 
Spontan teman ayahku memangku anak itu dan mengusap kepalanya. 
"Cucunya ya pak Sapri?"tanya ayahku.
"Iya, ini cucu termahal yang saya punya?"katanya.
"Maksudnya?"tanya ayahku.
"Anak saya laki-laki sudah tujuh tahun berumah tangga belum di kasih 
anak.Berobat dokter, alternatif sudah dilakukan tapi belum berhasil.Sampai 
akhirnya saya bilang untuk program bayi tabung.Pokoknya kamu harus punya 
keturunan"jelas teman ayahku.
"Trus bagaimana pak?"tanyaku ikutan nimbrung.
"Saya bilang ke anak saya, kamu harus punya keturunan. Program bayi tabung, 
atau berobat ke luar negri seperti artis artis itu. Program pertama bayi tabung 
gagal, padahal sudah habis uang 35 juta. Saya bilang jual mobil, ga masalah ga 
punya harta yang penting punya anak. Saya juga berdoa khusuk agar anak saya 
diberi keturunan. Program bayi tabung kedua tidak membawa  hasil juga. Anak 
saya dah putus asa ga mau ikut lagi. Tapi saya berdoa semoga Tuhan memberi 
karunia dalam hidup anak saya. Tidak lama istri anak saya hamil setelah tiga 
kali mengikuti program bayi tabung. Puji Tuhan akhirnya saya di kasih cucu. Ini 
dia cucu termahal saya"ucapnya bangga.

Kutatap wajah ayahku saat kami sudah di dalam mobil pulang. Apa yang ada di 
dalam hatinya ya?tanya hatiku. Cerita temannya telah menoreh 
bermacam-macam perasaan di hatiku maupun ayahku. Betapa tidak, aku anak 
perempuannya yang nikah lama belum juga hamil.
"Fen... memang ada cucu termahal ya"tanyanya tiba-tiba.
"He...he... ga adalah"jawabku tertawa.
"Iya ya, berarti pak Mulyadi itu menilai cucunya dengan uang ya? Gimana dengan 
cucunya yang lain yang dihadirkan Alloh dengan cara biasa saja tidak dengan 
program bayi tabung"jelas ayahku.
"Jadi kita dikasih keturunan harus disyukuri, belum dikasih keturunan kita 
nikmati saja.Bukan begitu yah?"tanyaku.Ayahku menatapku penuh haru. Duh ayah 
damainya hati ini melihatmu tetap menyanyangiku.


      

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke