SALAM
  Membaca masukan dan share info dari Mas Ady dan Mas Ige saya jadi teringat 
sesuatu..
  Kalo tidak salah dengar dari beberapa seminar dan pertemuan dgn  BAPEDALDA 
Sumatera Utara yang pernah saya hadiri, pembangunan ini  merupakan rencana 
besar unutk merealisasikan program "Agromarinpolitan"  yang sudah berjalan satu 
tahun ini....selain Bagan Percut, di  pel;abuhan Tanjung Balai juga dilakukan 
hal serupa (sorry lupa nama  tempatnya..)..
  kalau boleh saran, bagaimana kalau temen2 dari Biopalas menanyakan  beberapa 
info ke pihak Bapedalda mengenai rencana ini...mungkin saja  dari jawaban pihak 
Bapedalda akan lebih jelas rencana kedepannya  bagaimana....mungkin saya bisa 
bantu sedikit untuk itu
  
  
  salam
  
  gigi
  
Kutilang Indonesia <[EMAIL PROTECTED]> wrote:                                   
               
eh...santy ...
  apa kabar ? semoga aku ngak salah orang ya...hehehe...
   
  masukan dari ady (yg lagi mengembara.....semoga tidak sedang membara.....) 
bagus banget tuh San.....
   
  udah coba ngobrol sama pihak-pihak yang membangun pelabuhan ?  mulai aja dari 
para kulinya yang bisa temen-temen temui pas pengamatan,  siapa tahu pas mereka 
istirahat bisa ikutan pengamatan burung, trus  cinta ama burung, trus......  
   
  entahlah, biar yang lebih berkuasa yang menentukan hehehe.....kita lakukan 
saja apa yang kita bisa....
   
  salam dari jogja
  ige

 
  On 7/7/07, Ady Kristanto <[EMAIL PROTECTED]> wrote:              
Salam lestari, 
   
  Sekali lagi kepentingan lingkungan tergusur oleh kepentingan  ekonomi. 
kalaupun dari pihak lingkungan mengupayakan tindakan  penyelamatan, pasti tetap 
akan kalah karena kepentingan ekonomi selalu  didukung oleh kekuatan (mungkin 
seperti materi ...) sehingga bisa  melakukan apa saja, termasuk dukungan ke 
pihak atas. 
   
  Namun jika pembangunan pelabuhan ini, demi meningkatkan pendapatan  daerah 
maka tidak bisa disalahkan juga, namun yang di otak kita pasti  terpikir 
"kenapa membangunnya disitu tidak ditempat lain". yah mungkin  jika lahan masih 
banyak pasti tidak akan terjadi hal seperti ini...  
   
  Mungkin bisa dicari akar permasalahannya seperti, kenapa dibangun  di tempat 
itu, sehingga bisa dicarikan solusi untuk menggabungkan  semuanya. yah sebagai 
mahasiswa, kita tidak hanya protes-protes saja  tetapi juga harus memberikan 
solusi-solusi yang terbaik. yah kalaupun  gagal, apa boleh buat ... setidaknya 
sudah berusaha, dan hal ini yang  memberikan kita suatu semangat untuk tetap 
berjuang sebagai  masyarakat yang peduli terhadap lingkungan.  
   
  Kalaupun pembangunan benar-benar terjadi, jangan berputus asa.  karena ada 
hal yang masih bisa kita amati, seperti seberapa besar  adaptasi burung-burung 
tersebut. spesies-spesies apa saja yang bisa  bertahan dan spesies-spesies apa 
saja yang langsung menjauh. ya  contohnya di Jakarta, burung remetuk laut 
memanfaatkan sampah-sampah  plastik yang ada di Muara Angke sebagai bahan untuk 
membuat sarang. dan  ada juga yang membuat sarang hanya 1 meter dari jalan 
raya, dan burung  ini tak terganggu sedikitpun.  
   
  Ada satu contoh juga yang baru-baru ini saya temukan. disalah satu  Lokasi 
HPH yang berada di Kal-Bar. saya temukan habitat burung sempidan  yang hanya 
berjarak 800an meter dengan jalan dan HPH.  kebisingan-kebisingan yang ada 
sepertinya tidak terlalu mereka  perdulikan. sedangkan menurut buku panduan, 
burung-burung ini hidup di  hutan yang gelap sehingga tidak toleran terhadap 
gangguan yang  ada. tapi yang saya temukan ini merupakan suatu yang unik. 
setidaknya  sampai batas yang menurut kita parah, ternyata burung ini masih 
toleran  dan masih menjalankan aktifitasnya.  
   
  Yah mungkin itu sedikit tanggapan dari saya  semoga dapat manfaatnya, oke 
tetep semangat ya teman-teman di Medan.
   
  Salam 
   
  Ady Kristanto
  Wong Jakarte yang sedang mengembara ...

Zulida Susanti <[EMAIL PROTECTED]>   wrote:
        salam SBI,
   
  Saya Santy Mahasiswa Biologi USU,
  Saya baru saja melakukan penelitian di percut pd tanggal 17 s/d 24 Juni 2007
  tentang Kuntul Besar (Egretta alba). ternyata jumlah  Kuntul Besar yang saya 
amati selama disana sebanyak 260 an.  truz ada lagi burung-burung yang lain 
seperti bangau tongtong,  bluwok dan lain-lain.
   
  Ini ni kabar Gedenya : Sedang diadakan pembangunan pelabuhan di Percut, tepat 
dilokasi titik pemantauan burung air BIOPALAS. 
  Karena sebenarnya ada program pemantauan burung air oleh BIOPALAS di percut 
yang masih berjalan sampai saat ini.
  Dan pembangunan ini pas di tempat mencari makan burung
  Dan kelihatannya pembangunan ini berdampak negatif bagi keberadaan burung di 
daerah ini.
  Sekian dulu
  ditunggu komentar dari SBI-er.T,
   
   
   
  Salam dari Medan,
  Santy / Biopalas 
    
---------------------------------
  Kunjungi halaman depan Yahoo! Indonesia yang baru!     




    

---------------------------------
  Don't pick lemons.
See all the   new 2007 cars at Yahoo! Autos.     
  



 




  
      
                                    

       
---------------------------------
Got a little couch potato? 
Check out fun summer activities for kids.

Reply via email to