Bagaimana IPSI Pasca Dwitunggal Terpecah? 

Musyawarah Nasional Ikatan Pencak Silat Indonesia (Munas IPSI) XII, yang 
memilih kembali Prabowo Subianto, sudah berakhir Jumat (24/8). Munas kali 
berlangsung seru sebab dwitunggal Prabowo-Rachmat Gobel, yang kompak empat 
tahun lalu, terpecah menjadi dua kubu sebelum munas dimulai. Bagaimana 
kelanjutan masa depan IPSI? Berikut pandangan Prabowo Subianto, Ketua Umum IPSI 
terpilih, dan Eddie M. Nalapraya, tokoh senior pencak silat Indonesia, kepada 
Donny Winardi. 

 

Prabowo Subianto 
............................................... 

 Sebagai ketua umum terpilih PB IPSI periode 2007-2011, saya mengucapkan terima 
kasih atas kepercayaan yang diberikan kepada saya. Terima kasih untuk panitia 
munas yang telah bekerja keras sehingga acara ini dapat berlangsung dengan 
baik. Juga untuk seluruh peserta, terutama dari daerah-daerah yang jauh, yang 
telah bekerja keras menghasilkan keputusan-keputusan penting buat PB IPSI empat 
tahun yang akan datang. 

Saya tidak ingin berpidato panjang lebar karena semua pasti sangat lelah 
setelah mengikuti munas selama empat hari. Intinya, marilah kita mengambil 
pelajaran dari semua yang telah terjadi dalam munas sebagai bahan untuk kita. 
Saya diberi waktu sebulan untuk menyusun kepengurusan. 

Untuk itu, saya akan secara intensif meminta dukungan dari seluruh peserta 
munas. Seperti yang sudah saya katakan, kondisi pencak silat kita membutuhkan 
crash program. Langkah-langkah cepat karena kita sedang menghadapi acara-acara 
besar yang strategis dalam beberapa bulan yang akan datang. 

Karena itu, dalam waktu yang sangat singkat saya akan mengundang para peserta 
munas untuk datang kembali. Kita akan bersama-sama menyusun pelatnas, yang akan 
dibentuk kembali. Tim pelatnas yang saat ini ada di Kalimantan sudah saya 
panggil kembali ke Jakarta. 

Dalam hari-hari ini kita akan susun kembali. Saya akan meminta bantuan 
perwira-perwira yang sudah dijanjikan oleh Bapak KASAD. Segera kita bentuk 
pelatnas yang baru supaya tidak kehilangan banyak waktu. Jadi, dalam sebulan 
ini akan saya ambil langkah-langkah yang cepat. 

Ambil yang Baik 

Saya ingin kita merenungkan kembali semua yang terjadi selama munas. Kita ambil 
yang baik dan yang kurang berkenan kita saling maafkan. Kalau ada kata-kata 
yang panas, itu biasa. Ibarat pantun 'kalau ada paku yang patah jangan disimpan 
di dalam peti, kalau ada kata-kata yang salah jangan disimpan di dalam hati'. 
Di sini bingung, di sana bingung, tapi hati harus tetap bersih. 

Sekali lagi saya ingatkan, kita ambil yang baik dan tinggalkan yang kurang 
baik. Kita harus ingat pada filosofi-filosofi kita, kembali pada jatidiri 
budaya bangsa Indonesia. Pencak silat menjadi benteng budaya bangsa Indonesia, 
kearifan nenek moyang kita, dari seluruh penjuru Tanah Air. Semua suku, semua 
daerah, seluruh bangsa Indonesia, memiliki kearifan. Kita ambil kearifan dari 
semua daerah. 

Kalau ada saudara-saudara kita yang mungkin salah paham, kita akan berusaha 
merangkul dan mengajak. Kita harus selalu berusaha mencari kesejukan, mencari 
persaudaraan. Kalau ada perbedaan di antara pendekar, itu biasa. Yang penting 
adalah mari selalu bersaudara. Tidak ada kesalahan yang tidak bisa diperbaiki. 

Itulah dasar saya untuk memimpin IPSI. Saya terima tugas ini dengan berat. 
Semata-mata ini adalah penugasan. Saya berharap seluruh unsur akan bahu-membahu 
membantu agar kehormatan bangsa yang dipertaruhkan di hadapan banyak orang 
dapat dipertahankan. 

Pencak silat harus menjadi benteng Merah Putih yang kokoh. Menjadi perekat 
bangsa Indonesia, dari Sabang sampai Merauke. Pencak silat harus dapat mengawal 
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kalau dahulu IPSI lahir di tengah perang 
kemerdekaan, sekarang pun tidak boleh kalah dalam semangat mempertahankan NKRI 
sampai titik darah penghabisan! 

>> Kembali ke Atas 

 

Eddie M. Nalapraya 
............................................... 

 Saya ikut mengucapkan selamat atas terpilihnya Prabowo sebagai Ketua Umum PB 
IPSI 2007-2011. Saya sebenarnya tidak mengikuti langsung Munas PB IPSI yang 
baru berlangsung karena sakit. Saya hanya mengikuti berita dari media dan 
informasi dari kawan-kawan. Dari berita-berita yang ada dan informasi itu, 
sepertinya memang ada gejala perpecahan. 

Saya tak ingin mempersoalkan friksi yang ada di tubuh PB IPSI. Yang jelas kini 
Prabowo adalah ketua umum. Kalaupun ada masalah seharusnya dapat dibicarakan 
secara jujur dan terbuka. Saya ingatkan pengurus yang baru nanti harus 
merefleksi kembali ke tujuan pendirian IPSI tahun 1948. 

Pengurus yang baru seharusnya menghormati para pendiri IPSI. Organisasi ini 
didirikan untuk mempersatukan seluruh perguruan silat yang ada di Tanah Air, 
bukan malah memecah belah. Seharusnya Prabowo mengajak seluruh unsur untuk 
duduk bersama kembali dan berbicara dengan hati lapang untuk kebaikan pencak 
silat di masa datang. 

Kunci sukses kepengurusan Prabowo adalah kemampuan dia memilih 
pembantu-pembantu yang bakal bertugas menjalankan seluruh program IPSI. 
Orang-orang yang duduk dalam kepengurusan harus dapat diterima semua pihak. 
Orang yang dipilih harus punya kualitas hebat dalam berorganisasi. Pengurus 
yang dipilih harus berakhlak baik dan tak punya cacat. Dia harus setia pada 
misi, melestarikan pencak silat sesuai dengan tujuan awal IPSI berdiri. 

Tugas Prabowo tidak enteng. Sebagai bekas perwira tinggi, leadership-nya 
benar-benar diuji. Tak hanya mempersatukan dan melestarikan pencak silat di 
Indonesia, tetapi juga mempertahankan nama baik silat Indonesia di dunia 
internasional. Indonesia sudah dianggap sebagai kiblat pencak silat bagi dunia 
internasional. Ujian pertama harus dilewati dalam SEA Games 2007 di Thailand 
dan Asian Indoor Games di Hanoi, yang akan digelar Desember nanti. Dari situ 
akan kelihatan hasil kerja pengurus baru IPSI. 

Kalau saya melihat kembali kepengurusan 2003-2007, sebenarnya semua berjalan 
baik. Bahkan Prabowo dan Rachmat Gobel adalah dwitunggal. Tapi, mengapa sebulan 
menjelang munas semua jadi berantakan? Siklus kompetisi di era kepengurusan 
yang lalu juga sangat bagus. Banyak kompetisi yang diputar di dalam negeri. 

Kalau lantas bicara prestasi internasional yang dianggap menurun, itu tidak 
sepenuhnya menjadi kesalahan PB IPSI. Bagaimana pengurus daerah dan perguruan 
bekerja? Apakah sudah baik? Kalau baik, mengapa banyak atlet yang masuk 
pelatnas dengan kondisi fisik yang di bawah standar? Dalam masalah pembinaan, 
PB IPSI berperan memberi unsur penajaman. Namun, jangan juga lupakan tugas 
untuk terus memantau perkembangan di daerah. 

Tugas Prabowo nantinya adalah mengoreksi fungsi-fungsi kepengurusan yang tidak 
berjalan baik dalam kepengurusan yang lalu. Sekali lagi saya berharap Prabowo 
mampu memilih orang yang tepat untuk membantu tugas-tugasnya sebagai Ketua Umum 
PB IPSI.

Sumber : http://www.bolanews.com/edisi-cetak/dialog.htm


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke