salam sahabat pandeka silat smua.....
  sori nih baru gabung lagi... baru ktemu komp lagi soalnya.... emang kita ada 
acara apa sih....? pada ngomongin kampung kok..? pada mau pulang basamo ya....? 
trus kok ini subjeknya ada kumangonya...?
   
  rq marobayo
  

Alda Amtha <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
          bukan uda Fadhly, saya tinggal di Jakarta, lahir di Padang. Kampung
saya di Tanjung Alam, Ampek Angkek, Bukittinggi. 

--- In silatindonesia@yahoogroups.com, "Fadhli Yafas"
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> emang uda alda tinggal di batusangkar ya? dimananya da? kebetulan saya
> kampungnya Lintau, ga jauh dari batusangkar
> 
> On 4/9/07, Alda Amtha <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> >
> > Setuju lagi mas Ian....... Wisata silat berikutnya: Ranah Minang.
> >
> > Gimana Sahabat Silat? tertarik? mari rame2 cari sponsor... hehe....
> > Tapi sebelumnya, wisata silat Cianjur 11-13 Mei ini mesti sukses dulu
> > dong.
> >
> > regards.
> >
> > --- In silatindonesia@yahoogroups.com
<silatindonesia%40yahoogroups.com>,
> > Ian Samsudin <kumalahijau@>
> >
> > wrote:
> > >
> > > Sahabat silat,
> > >
> > > sebuah konsep tentang wisata budaya dan religi tanah datar...
> > > Kapan nih kita berkunjung ke Kumango ato silek tuo hehe ....
> > > akan dijamu oleh Uda Alda, lengkap dengan makanan padangnya :)
> > > tapi kumpulnya di padang ya...
> > >
> > > Eh kalo gak salah di Sumbar ada PASTI (ato apa ya
> > namanya?)--semacan forum untuk silat tradisi ..
> > > mungkin Kang O'ong bisa menambahkan..
> > >
> > >
> > > salam
> > > Ian s
> > > ==
> > >
> > > Kumango:
> > > Sebuah Alternatif Konsep Pengembangan Wisata Budaya dan
> > Religi Di Kabupaten Tanah Datar
> > >
> > >
> > >
> > > Kesadaran pentingnya pengembangan sektor Kepariwisataan sebagai
> > salah satu upaya menghasilkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) tidaklah
> > mudah untuk dilaksanakan, dan banyak faktor pendukung yang sangat
> > menentukan keberhasilannya. Pemerintah daerah, masyarakat, dan juga
> > stake holder sebagai pelaksana di lapangan diharapkan saling
> > bersinergis. Dikarenakan tiga hal tersebut merupakan faktor penting
> > sebagai pendukung terwujudnya keberhasilan kepariwisataan yang
memadai.
> > >
> > > Pertama, faktor masyarakat pendukung kebudayaan. Berangkat dari
> > budaya tradisi (khususnya budaya intangible), yang menjadi bagian
> > masyarakat sebagai pola budaya tradisi, apakah mereka siap
> > mengupayakan produktifitas karya-karyanya sebagai daya tarik
> > pariwisata. Kebudayaan itu hidup dan berkembang secara alamiah atas
> > dasar kesadaran dan tanggungjawab masyarakat sendiri.
> > > Kedua, kesiapan sumberdaya manusia (SDM) bidang akomodasi mengaju
> > pada slogan Sapta Pesona (aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah
> > tamah, dan kenangan), apakah juga sudah dilakukan dengan benar.
> > Mengingat akomodasi adalah merupakan salah satu bagian penting dalam
> > pengembangan pariwisata. Apakah masyarakat perhotelan dan rumah makan
> > serta lainnya, sumberdaya manusianya siap melayani wisatawan dengan
> > slogan Sapta Pesona.
> > > Ketiga, peran swasta (stake holder) pebisnis perhotelan, rumah
> > makan, dan lainnya, sebagai salah satu faktor yang juga penting dalam
> > upaya mendukung kepariwisataan. Apakah juga berani menghadapi
> > tantangan saat ini. Artinya tanpa pemodal yang mau menanamkan
> > investasinya pada sektor pariwisata, perhotelan, rumah makan, dan
> > lainnya kepariwisataan tidak dapat berjalan semestinya.
> > >
> > > Ketiga faktor tersebut merupakan satu kesatuan dan saling
> > mendukung untuk mencapai keberhasilan pengembangan kepariwisataan.
> > Namun, apabila kepariwisataan dikelola secara serius, tentunya teori
> > tersebut sangat menunjang untuk diimplementasikan.
> > > Kabupaten Tanah Datar merupakan salah satu daerah potensial
> > sebagai daerah tujuan wisata. Keanekaragaman budaya baik tinggalan
> > budaya bendawi (tangible) berupa peninggalan sejarah, benda cagar
> > budaya, dan lain-lain, maupun tinggalan budaya non bendawi
> > (intangible) , dan masih terus dilestarikan oleh masyarakat
> > pendukungnya, serta alamnya yang indah, merupakan modal pendukung
> > kepariwisataan di Kabupaten Tanah Datar. Kecenderungan diberbagai
> > tempat wisata, konsep pengembangan wisata budaya belum dikelola secara
> > menyeluruh. Objek yang ramai pengunjung sementara ini dianggap
> > potensial untuk dipromosikan sebagai salah satu tawaran wisata yang
> > menarik. Namun hal itu bukan satu-satunya cara pengembangan. Konsep
> > pengembangan yang memadai sebaiknya melihat potensi yang dapat
> > diterapkan berdasarkan kesinambungan, pemberdayaan masyarakat
> > pendukungnya, dan pelestarian budayanya.
> > >
> > > Berbicara pariwisata budaya dan religi terlebih dahulu menentukan
> > apa yang bisa diangkat sebagai objek tujuan, tanpa mempengaruhi objek
> > tersebut. Artinya, biarkan saja budaya masyarakat mengalir dengan
> > sendirinya tanpa harus direkayasa. Apalagi dibuat instan untuk suatu
> > kebutuhan. Itu diperlukan apabila budaya masyarakat sudah berjalan
> > dengan baik, serta didukung terus menerus oleh masyarakat
> > pendukungnya. Contohnya kepariwisataan di Bali. Masyarakat Bali
> > melestarikan budayanya, tanpa harus direkayasa, dan sekarang sudah
> > menjadi bagian dari industri pariwisata di Bali. Namun perlu diingat,
> > bahwa Tanah Datar bukanlah Bali. Secara alamiah di Bali antara alam,
> > budaya dan agama menyatu sebagai bentangan budaya (culture landscape)
> > dan religi yang saling mendukung. Seperti tradisi ritual upacara
> > pembakaran mayat (ngaben), prosesi tersebut menyatukan adat, budaya
> > dan agama.
> > >
> > > Pemerintah tinggal mengakomodasi keinginan masyarakat melalui
> > berbagai fasilitas pendukung. Apabila ada fasilitas, juga dipikirkan
> > suasana seperti apa yang diinginkan masyarakat tradisi sebagai
> > pendukung kebudayaannya, tanpa meninggalkan nilai-nilai budaya. Suatu
> > contoh di Tanah Datar, apabila masyarakat menghendaki dibangunnya
> > tempat sasaran silat tradisional, kemudian kita juga minimal
> > mengadaptasi bangunan diupayakan sesuai dengan kondisi yang dinginkan,
> > bukan asal dibangun.
> > > Melainkan bagaimana menata lingkungannya. Sehingga kita sering
> > mendapatkan bangunan yang terbengkalai karena secara fungsi tidak
> > layak dijadikan untuk kegiatan tersebut. Hal ini terjadi pada sebuah
> > bangunan gelanggang atau medan nan bapaneh di samping lapangan Bukik
> > Gombak. Di sana dulu berdiri sebuah bangunan, maksud dan tujuannya
> > untuk kegiatan adat tradisi, dan berkesenian. Namun kemudian bangunan
> > tersebut roboh dimakan usia karena tidak dipergunakan oleh masyarakat
> > pendukungnya.
> > >
> > > Pada judul tulisan ini "Kumango" Sebuah Alternatif Konsep
> > Pengembangan Wisata Budaya dan Religi, merupakan sebuah penawaran yang
> > perlu dikaji, dan direnungkan kembali sebagai alternatif pengembangan
> > pariwisata. Membicarakan Kumango sangat menarik untuk dibahas.
> > Pertama, Kumango ditinjau sebagai potensi daerah (wilayah) perlu
> > dikembangankan sebagai daerah tujuan wisata religi. Mengingat di
> > Nagari Kumango terdapat Surau Syekh Kumango. Tabek, dahulunya kolam
> > tempat untuk menyembuhan penyakit, dan Makam Syekh Kumango (Syekh
> > Abdurrahman Alkalidi). Merupakan salah satu tokoh, dan seorang Syekh
> > di Tanah Datar. Sampai saat ini masyarakat pendukungnya masih ada,
> > bahkan juga tersebar sampai ke Malaysia. (Informasi ini diperoleh dari
> > masyarakat di sekitar Makam Syekh Kumango). Nagari Kumango berada di
> > Kecamatan Sungaitarab Kabupaten Tanah Datar. Kuranglebih 3 km ke arah
> > utara dari jalan utama Batusangkar-Bukittinggi. Tinggalan budaya
> > tersebut merupakan modal dasar pengembangan
> > > pariwisata sejarah maupun religi. Menurut informasi masyarakat di
> > sekitar Surau dan Makam bila pada hari besar Islam Makam dan Surau
> > banyak dikunjungi peziarah, bahkan banyak yang datang peziarah dari
> > Malaysia.
> > >
> > > Kedua, Kumango sebagai cikal bakal pengembangan budaya non bendawi
> > (intangible), berupa seni beladiri silat tradisional kumango, dan tari
> > kontemporer. Di sisi lain, Syekh Kumango adalah tokoh yang mendirikan
> > dan menciptakan jurus silat Kumango. Bentuk pengelolaan yang
> > dikembangkan muridnya sampai sekarang masih dilestarikan di Kota
> > Batusangkar dan tempat lainnya, bahkan van den Boorn (Muhammad Abdul
> > Latif) alamat Geulstraat 18, 6163 he Geleen, Nederland salah seorang
> > murid dari Lazuardi Malin Marajo (Da Ar Malin), dibantu oleh salah
> > satu murid tuonya Lesmandri dari generasi sekarang, mendirikan sasaran
> > silat kumango di Negeri Belanda dengan jumlah murid kurang lebih
> > 30orang berkebangsaan Belanda keturunan Marokko.
> > > Dengan perguruan silat kumango ada dimana-mana, ini membuktikan
> > bahwa masyarakat pendukungnya masih ada, dan terus melestarikannya.
> > Artinya benang merahnya masih menyambung, antara Syekh Kumango sebagai
> > tokoh (bukti tinggalanya Makam, Surau, dan Tabek) dengan kekinian, dan
> > merupakan upaya pelestarian budaya tradisi , oleh perguruan seni
> > beladiri silat kumango, dan sanggar Tari Limpapeh yang mengambil unsur
> > silat kumango sebagai inspirasi geraknya. Kedua aktifitas tersebut
> > sekarang masih terus dilakukan bersama oleh masyarakat pendukungnya.
> > >
> > > Dari pembahasan potensi tentang Kumango yang perlu diperhatikan
> > adalah, sebuah objek wisata mestinya mempunyai kesan yang mendalam
> > baik berupa unsur penokohan, religi, sejarah, ilmu pengetahuan,
> > budaya, dan unsur lainnya yang secara faktual masih dapat kita
> > saksikan dan rasakan, sebagai tinggalan budaya yang masih hidup dan
> > dilestarikan. Sehingga pemahaman konsep dari hilir ke hulu dan dari
> > hulu ke hilir masih bisa dibuktikan, dan karena itulah wisatawan
> > mencarinya. Dengan kata lain, bila wisatawan ingin melihat bukti
> > sejarah dan kereligian Syekh Kumango, mereka bisa di bawa ke daerah
> > atau Nagari Kumango. Di mana Makam, Surau, dan Tabek Syekh Kumango
> > berada. Begitu juga sebaliknya, apabila wisatawan ingin melihat
> > karya-karya Syekh Kumango yang sampai sekarang masih dilestarikan oleh
> > murid-muridnya. Wisatawan bisa kita bawa ke pusat seni budaya tradisi
> > (art center) di kota Batusangkar. Disana ada Sanggar Limpapeh atau
> > sanggar lainnya yang terus aktif berkarya, dan juga
> > > Perguruan Silat Kumango. Minimal wisatawan mempunyai kesan masa
> > lalu, masa kini, dan masa akan datang sebagai sebuah kesan kenangan
> > yang mendalam.
> > >
> > > � Konsep pengembangan tinggalan budaya bendawi (tangible).
> > > Di Nagari Kumango terdapat Makam, Surau, dan Tabek Syekh Kumango
> > sebagai tinggalan budayanya. Ketiga tinggalan budaya tersebut perlu
> > dibuatkan deskripsi tentang sejarah Syekh Kumango sebagai tokoh agama
> > (berangkat dari sebutan Syekh), Surau, dan Tabek, dan juga bila perlu
> > dilakukan pemugaran (Makam, Surau, dan Tabek) serta penataan
> > lingkungan.(sarana dan prasarana: jalan lingkungan, MCK, dan lainnya).
> > Kegiatan tersebut harus dilakukan dengan bijaksana, artinya tidak
> > meninggalan kaidah dan prinsip-prinsip arkelogis, historis, dan
> > arsitektural. Dibuatkan pula site museum (tempat benda-benda tinggalan
> > Syekh Kumango yang masih ada), atau duplikatnya. Hal ini dimaksudkan
> > untuk menyimpan benda tinggalan budaya, dan tidak menghilangkan
> > bukti-bukti sejarah dikarenakan mengandung nilai-nilai budaya yang
> > tinggi. Kemudian dilakukan upaya pelestarian melalui pemugaran yang
> > benar, dan dilakukan pengelolaan dengan memberdayakan masyarakat di
> > lingkungan Nagari Kumango. Membentuk sebuah
> > > yayasan pengelola agar secara menejemen dapat lebih berkembang
> > dengan sistem dan mekanisme yang baik. Biarkan masyarakat pendukungnya
> > yang membuat, pemerintah dalam hal ini dinas terkait mengupayakan dan
> > menempatkan diri sebagai fasilitator dan motifator. Sehingga
> > masyarakat mendapatkan nilai lebih dari sebuah konsep pengembangan
> > pariwisata, karena dengan melibatkannya diharapkan masyarakat merasa
> > memiliki. Sehingga diharapkan menumbuhkan upaya pelestarian yang
> > berkesinambungan oleh partisipasi masyarakat sendiri. Artinya kita
> > mengajak masyarakat untuk ikut terlibat dalam pelestarian,
> > pengelolaan, dan pengembangan sumberdaya budaya dan religi
> > (partisipatoris)
> > >
> > > � Konsep Pengembangan Tinggalan Budaya Non Bendawi.
> > > Konsep pengembangan tinggalan budaya non bendawi (intangible)
> > adalah merupakan upaya membuat wadah atau tempat pusat seni budaya
> > anak nagari (art center), sebagai sarana latihan dan pengembangan seni
> > beladiri silat kumango, dan seni beladiri lainnya, dan tari
> > tardisional serta tari kontemporer. Di dalam kompleks (art center)
> > terdapat sasaran silat, tempat latihan tari, surau, galeri, ruang
> > informasi seni dan budaya tanah datar, tempat pemutaran film (kegiatan
> > seni: tari, tinggalan benda cagar budaya, pakaian tradisi, dll),
> > museum prasasti (duplikat), dan lain-lainnya. Masyarakat pendukung
> > inilah yang nantinya melestarikan budaya tradisi non bendawi yang
> > harus diperhatikan. Sebab bila hal ini diabaikan maka, konsep
> > pengembangan pariwisata yang berbasis budaya akan kehilangan makna
> > yang sesungguhnya. Wisatawan tidak hanya butuh yang dilihat saja,
> > tetapi juga membutuhkan suasana keterlibatan langsung berbaur dengan
> > masyarakat tradisi. Baik melalui belajar silat, maupun
> > > belajar menari. Bila mungkin terdapat makanan khas, souvenir yang
> > merupakan ciri khas daerah Tanah Datar di lingkungan art center.
> > Sehingga slogan Sapta Pesona menjadi bermakna manakala slogan tersebut
> > dapat kita terjemahkan melalui upaya nyata.
> > >
> > > " Merujuk pada Slogan Sapta Pesona ke 7 (Kenangan). Kenangan
> > adalah kesan yang melekat dengan kuat pada ingatan atau perasaan
> > seseorang yang disebabkan oleh pengalaman yang diperolehnya. Kenangan
> > yang indah dan menyenangkan tentunya akan memberikan kepuasan batin
> > tersendiri bagi para wisatawan. Untuk itu bagi orang-orang yang
> > berkecimpung di industri pariwisata dalam menawarkan wisata dan
> > pelayanan kepada wisatawan, selalu dituntut untuk memperdulikan
> > kesenangan menyeluruh dari manusia dan kenangan seluruh manusia.
> > Menawarkan wisata sebenarnya tidak hanya menawarkan hotel dan tontonan
> > atau benda kenangan, melainkan menawarkan kenang-kenangan dalam arti
> > terdalam. Mutu wisata tidak diukur pertama-tama dengan keindahan
> > hotelnya atau jumlah uang atau omzet perdagangannya, melainkan jawaban
> > atas pertanyaan,"kenang-kenangan batin macam apakah yang membekas pada
> > wisatawan?" Jawabnya, tentunya kita harus membangun konsep
> > pengembangan pariwisata yang berorientasi pada pemikiran
> > > dari Hilir ke Hulu, dan dari Hulu ke Hilir sebagai upaya
> > pengembangan kepariwisataan berbasis kebudayaan dan religi di masa
> > yang akan datang. Kumango, mungkin sebuah alternatif pengembangan
> > pariwisata budaya dan religi. Mengingat banyak aspek pendukung telah
> > dipunyai sebagai daerah tujuan wisata yang mengaju pada konsep
> > pelestarian budaya tradisi, dan pengembangannya yang terus menerus
> > dilakukan oleh masyarakat pendukungnya. Sekarang tinggal bagaimana
> > kita penulis bekerja di Balai Pelestarian
> > Peninggalan?mengupayakannya.(?) sumber: Purbakala Batusangkar Wilprov.
> > Sumbar,Riau,dan Kep.Riaudan aktif di Sanggar Limpapeh Kepustakaan:
> > >
> > > dari
> >
http://www.tanahdatar.go.id/modules.php?name=News&file=article&sid=79 sep
> > >
> > >
> > > ---------------------------------
> > > Looking for earth-friendly autos?
> > > Browse Top Cars by "Green Rating" at Yahoo! Autos' Green Center.
> > >
> > > [Non-text portions of this message have been removed]
> > >
> >
> > 
> >
> 
> 
> 
> -- 
> # Ikuti perkembangan penegakan syariah dan khilafah di
> www.hizbut-tahrir.or.id
> 
> # Download kitab-kitab ulama-ulama besar seperti Imam Syafi'i, Imam
Ahmad,
> Imam Suyuthi, Imam Syaukani, Imam Bukhari dll di www.almeshkat.net dan
> www.saaid.net
> 
> #Alhamdulillah punya Blog juga di http://fadhliyafas.blogspot.com
> 
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
>



         

       
---------------------------------
Kunjungi halaman depan Yahoo! Indonesia yang baru!

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke