Just sharing:
Kalau membaca berita spt ini, melungen siakap.
Negara enda buen di kontrol politikus, yg sebagian besar adalah politikus tulen 
dengan orientasi kekuasaan belaka.

Peningkatan kesejahteraan rakyat hanyalah retorika dagang saat kampanye ataupun 
saat bicara ke rakyat.
Konkretnya? mostly hanya kosmetik.

Adi la salah 3 thn si lewat lit pemegang medali emas olimpiade Fisika 
internasional, yg sdh ditawari bebas tes masuk plus beasiswa penuh S1 s/d S3 + 
lab penelitian + Prof pembimbing oleh MIT, tp dia pilih mau masuk ITB saja 
malah harus ikut test masuk...

Uga lah e...?

Contoh dekat: negara tetangga Malaysia, thn 50-60an tak ada org Melayu yg 
pintar, negara mereka didominasi etnis China. Mereka harus minta ke Soekarno 
utk mengirimkan guru2 Matematika khusus utk mengajari org2 Malaysia.
Thn 62 org2 Malaysia ternganga2 melihat org2 Indonesia byk yg jadi pilot dan 
mampu menjemput Hercules ke USA hasil permintaan Soekarno ke John F. Kennedy.
Hercules pertama di Asia Tenggara bahkan dikawasan Far East.

Genduari, hampir kerina universitas/institut top Malaysia & Singapura setiap 
thn rutin mengirimkan team utk menjaring bibit2 unggul putra bangsa ke MDN, 
BDG, JKT, Semarang, Surabaya.
David Widjaya yg mendpt beasiswa dr NTU yg kasus kematiannya tdk jelas dan 
besar dugaan based-on temuan forensik DIBUNUH, malah kurang mendpt perhatian.

Ugalah negaranta enda? Sungguh menyedihkan.
/JK™

-----Original Message-----
From: kontan tarigan <kontan_tari...@yahoo.com>

Date: Sun, 2 Aug 2009 05:22:33 
To: <tanahkaro@yahoogroups.com>
Cc: <tanahkaro@yahoogroups.com>; <forumk...@yahoogroups.com>; 
<komunitask...@yahoogroups.com>
Subject: [tanahkaro] Banyak Peneliti "Kabur" ke Luar Negeri


Antara - Minggu, Agustus 2 
Tangerang (ANTARA) - Kepala Pusat Penelitian Ilmu Pengetahun dan Teknologi 
(Puspiptek) Jeni Ruslan menyatakan para ahli peneliti Indonesia lebih banyak 
"kabur" ke luar negeri ketimbang menjadi peneliti di negaranya sendiri.

 

if(window.yzq_d==null)window.yzq_d=new Object();
window.yzq_d['TFSrGXxsfFE-']='&U=13f0e6ggn%2fN%3dTFSrGXxsfFE-%2fC%3d717270.13564300.13625549.7209943%2fD%3dLREC%2fB%3d5759976%2fV%3d1';


"Banyak ahli dari peneliti Indonesia meninggalkan negara ini untuk menjadi 
peneliti di luar negeri, mereka mencari yang terbaik karena ditawari gaji yang 
mahal," ujar Jeni Ruslan kepada ANTARA di Tangerang, Sabtu.
 
Dia menjelaskan, dari puluhan ahli peneliti di Indonesia yang sebelumnya 
menjadi peneliti di Indonesia kini setengahnya telah bekerja di luar negeri di 
beberapa pusat penelitian asing, sebab mereka merasa lebih nyaman menjadi 
peneliti di negara lain.
 
Hal ini disebabkan, lanjut Jeni karena kurangnya penghasilan dari peneliti 
Indonesia dan perhatian serta kesejahteraan yang diberikan pemerintah kepada 
para peneliti Indonesia yang dirasa masih kurang.
 
"Gaji para peneliti di Indonesia kecil dan minim, bila jabatannya segitu 
gajinya tetap segitu. Akibatnya banyak ahli peneliti Indonesia berlomba-lomba 
menjadi peneliti di luar negeri, karena tawaran gaji yang lebih besar dari 
pusat penelitian yang ada di luar negeri, akhirnya kita kehilangan ahli-ahli 
terbaik Indonesia," kata Jeni.
 
Jeni mengaku, produk ciptaan para peneliti Indonesia kurang begitu dihargai 
oleh pemerintah maupun dari luar negeri, padahal mereka telah bekerja dengan 
maksimal dan baik menciptakan produk alat tersebut.
 
"Hasil kerja dari para peneliti kurang di support pemerintah, setidaknya ada 
upaya pemerintah memberikan ruang gerak bagi peneliti untuk lebih mempromosikan 
hasil penelitian. Para peneliti pastinya sangat bangga jika hasil penelitiannya 
digunakan masyarakat luas, tetapi nyatanya produk para peneliti banyak 
disampingkan," kata Jeni.
 
Demikian juga dengan kurangnya dana penelitian dari pemerintah bagi peneliti 
untuk menciptakan sebuah produk dan fasilitas laboratorium yang kurang 
mendukung penelitian.
"Seharusnya produk para peneliti kita harus dihargai, contohnya produk dari 
Dirgantara yang berhasil menciptakan pesawat terbang namun buntutnya mereka 
harus di PHK," aku Jeni.
 
Ia mengatakan, dengan kendala-kendala tersebut, rangking Indonesia didunia dari 
hasil penelitian masih jauh dibawah dari negara tetangga seperti Malaysia, 
Singapura, dan India.
 
 

YAHOO.EU.Messenger = new Messenger();
var sStoryHeadline="Banyak Peneliti 'Kabur' ke Luar Negeri"+'%0A';
var 
sStoryLink="http://id.news.yahoo.com/antr/20090802/tpl-banyak-peneliti-kabur-ke-luar-negeri-cc08abe.html"+'%0A';
var sDefaultMsg = 'Lihat berita ini di Yahoo! News:';





      

Kirim email ke