T Karo (SIB)

 Tidak diketahui penyebab pasti, distribusi pupuk bersubsidi jenis urea ke Karo 
berkurang dari 16.942 ton (tahun 2007) menjadi 16.710 ton (2008). Ketetapan ini 
sesuai surat Gubernur Sumut Nomor No.521.33/662/k/2008, tanggal 1 Pebruari 2008 
ditandatangani Gubsu, Drs Rudolf M Pardede.

 Hal ini dikatakan Kabag Perekonomian (yang menangani pupuk-red) Pemkab Karo, 
Drs Sabar Peranginangin dan Kepala pemasaran pupuk PT Sriwijaya, Amsimin Gea 
secara terpisah kepada SIB, Senin (18/2) di kantornya Kabanjahe.

 Gea dan Peranginangin tidak dapat merinci apa penyebab turunnya distribusi 
pupuk bersubsidi urea ke Karo tahun 2008. Mayoritas warga petani, prihatin 
menurunnya distribusi pupuk bersubsidi ke Karo. “Apakah karena subsidi secara 
nasional terbatas atau tidak, tidak diketahui pasti,” ujar Gea singkat.

 Berkurangnya distribusi pupuk bersubsidi dan melambungnya harga di luar pupuk 
bersubsidi dan pestisida akhir-akhir ini di Karo dan di Sumut pada umumnya 
membuat musim tanam (mt) 2008 di Karo rawan dan terancam gagal. Petani akan 
cenderung “memburu” jenis pupuk bersubsidi yang harganya jauh lebih murah dari 
pupuk non bersubsidi. Sedangkan kuantitas pupuk bersubsidi turun.

 Tiga jenis kebutuhan utama pertanian digunakan petani, diantaranya NPK, 
Amaphos dan TSP naik lebih dari 100 persen. NPK naik dari Rp145.000,-per/zak 
menjadi Rp 390.000/zak, (50/kg-red). Amaphos dari Rp125.000,-perzak naik 
menjadi Rp240.000,-per/zak dan TSP naik dari Rp125.000,-per/zak menjadi 
Rp320.000,-per/zak. Akibat kenaikan ini, petani cenderung tidak mampu membeli 
dibandingkan dengan harga jual produksi pertanian yang semakin menurun dan 
belum memiliki pasar yang pasti, ujar Peranginangin.

 Akibatnya, pelaksanaan musim tanam tahun 2008 rawan dan terancam gagal. Pupuk 
bersubsidi terbatas dan petani mayoritas tidak mampu membeli pupuk-pupuk non 
bersubsidi karena mahal. Sedangkan setelah gebrakan pengusaha “Karo jambi” 
beberapa tahun terakhir ini penjualan jagung melonjak dari rata-rata Rp1000 
per/kg (biji kering-red) naik menjadi rata-rata Rp1850 per/kg (saat ini 
berkisar Rp2100 per/kg-red) banyak areal lahan-lahan tidur dibuka petani 
menjadi areal pertanian jagung.

 “Bertambahnya areal pertanian dari semula lahan tidur ini membuat kebutuhan 
pupuk semakin bertambah. Kondisi ini juga akan mempengaruhi kondisi pupuk saat 
ini. Kemungkinan areal pertanian yang semula dibuka akan kembali terlantar,” 
ujar Peranginangin menduga. (M37/g)

Best Regarts

www.dausmedia.cjb.net

       
---------------------------------
Looking for last minute shopping deals?  Find them fast with Yahoo! Search.

Reply via email to