Mejuah-juah, Entah enggo me i ogendu...tapi buku enda lumayan "The Seven Habits (The 8 Habits pe enggo ndarat), by Stephen R. Covey, ya tentu saja dia banyak mengutip dari "Kitab Paling Laris Didunia." Turang Naomi Maju Terus! Moshe
"Ginting, Syahnan" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Nomi ras permilis sirulo, Judul saja enggoo erbahan pusuh terhunyuh. Arah artikel si perlebe teridah man banta maka si nomor SADA guna masa depan Generasi Karo emkap "MEMBANGUN KARAKTER". Ingetndu salah sada sair lagu Indonesia Raya (Karangan WG Rudolf S) ....."BANGUNLAH JIWANYA BANGUNLAH BADANNYA". Jiwa e eratkal hubungenna ras Karakter. Ersentabi, bujur ras mjj sg --------------------------------- From: tanahkaro@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of nomi sinulingga Sent: Thursday, February 28, 2008 5:39 PM To: tanahkaro@yahoogroups.com Subject: RE: [tanahkaro] Re: Mau Kemanakah Generasi Karo Masa Depan ? Mejuah2 Advent Tambun, Eddy Surbakti, Kila MU Ginting, Syahnan Ginting... Mejuah2 man banta kerina.. Power point yang di kirim menarik kal tuhu... komentar Kila MUG pe payo kal...aku pe bagi ndatken vitamin kange ngoge si isuratkenndu e kila... Perlu kal tuhu guru-guru study banding...supa bisa lebih bertambah wawasannya...dan banyak hak yang bisa dilakukan untuk memotivasi anak-anak atau pemuda. Eddy Surbakti....beberapa waktu kemarin aku ndarami kam Di...tapi gak ketemu. Ndigan banci kita jumpa i Kabanjahe, dek....lit kal ateku siman diskusinken ras kam... Bujur melala Bujur melala "Ginting, Syahnan" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: T/S, Mungkin enggo pernah sidat artikel siterlampir, tapi terkait kuakap adi ikaitken ras tulisen Nomi simehuli jadi petunjuk perdalanen PERJUANGEN geluhta ras generasi si reh. Bujur ras MJJ, sg --------------------------------- From: tanahkaro@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Radio Karo Accees Global Sent: Thursday, February 28, 2008 2:56 AM To: tanahkaro@yahoogroups.com Subject: Re: [tanahkaro] Re: Mau Kemanakah Generasi Karo Masa Depan ? Mejuah juah Tuhan Mempunyai Rencana Bagi Kita Semuanya.. Lakukan apa yang bisa kita lakukan. sibar em Bujur On 2/27/08, MU Ginting <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Mejuah-juah permilis sirulo Ngoge-ngoge tulisen Nomi bagi nambah vitamin ka kuakap bangku. Nambah dorongan, informasi nyata soal anak-anak Karo ras Indonesia umumna. Tulisenna tepat sasaran ras sangat aktual. Enda me komentar si cocok kuakap. Io oh, enggo ka jadi contoh pengasuh /guru kapken Nomi adah ndai teku ka bas ukurku, janah enggo ka bahanna kesimpulen pengalamenna. 'Turiken pemettehta', megati ku singetken. Enda enggo merandal banna. Play station, bilyard, . . . dunia muat sempitna man anak-anak muda Karo. Sura-surandu adi enggo mbelin? Timai enca aku mbelin bu guru, gundari lenga kutteh. "Tanpa punya tujuan dan harapan akan masa depan yang dia cita- citakan, siapakah yang mampu hidup disiplin dan berjuang dalam hidup ini", nina Nomi. Lanai bo terpilasi uga payona kata-kata enda. Teringet ka aku pemekaran Berastagi bagepe Propinsi Karo, piga kalak nari si "mampu hidup displin dan berjuang" ngepkep pemekaaran enda ndai? Jadi labo ngenca man anak-anak kata-kata enda cocok, tapi man banta pe si enggo 'senior' enda. Tapi adi "punya tujjuan dan harapan akan masa depan yang dicita-citakan" maka terus nge kita "mampu hidup displin dan berjuang". Enda kap syaratna ndai. Enda enggo me lit bas kita 'senior' pemekaran enda, ertina sura-suranta man Karo ras perkembangenna, lit denga atau lit asa lalap selama hidup. Man anak-anak labo kapken turah otomatis 'tujuan, harapan ras sura- sura masa depan' adah ndai. Situasi kelliling ras suasana tempat tumbuhnya anak-anak termasuk situasi sosialna, enda me kapken si mempengaruhi secara 'automatis'. Adi la lit tambahan secara sedar dari luar, ertina sekolah atau orang tua maka situasi keliling adah ndai me si membentuk anak. Jadi polisi atau tentara di Aceh, atau jadi pemain play station/bilyard di Karo. Adi enggo pagi mbelin atau jadi 'senior', jadi kai pagi anak didik enda ndai? Kuncina bas orang tua ras guru. Orangtua enggo ka me katgeppen 'terlalu sibuk' ndarami nakan pagi-karaben. Maka guru, jadi sangat penting perananna. Berilah mereka kesempatan studi banding, atau kursus tertentu secara gratis, bagi si kataken Advent Tambun seh kuakap payona. Enda sada pemikiren baru si perlu ibas memberdayakan guru-guru pendidik anak-anak Karo. Sada paradigma baru. Biaya ndai, biaya pendidikan ras biaya perkembangan man guru- guru sekolah. Zaman enda kai pe erbiaya, lang aku nai lampu minyak ngenca, erdakan pe kiranting kang lebe. Tapi sura-sura ndai la pernah mate, gia lampu minak adah ndai katepen mate. Bujur Nomi ras Advent Tambun ibas pikiren-pikirendu ngepkep anak- anak ras guru Karo. Salam mejuah-juah MUG -- --- In tanahkaro@yahoogroups.com, Advent Tambun <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Dear Naomi, > > Menarik membaca tulisanndu. > Aku cuma menambahkan satu point saja ( tanpa mengurangi sama sekali point yang kam sudah paparkan), : > menaikkan dana pendidikan (tentu oleh pemerintah) tetapi baru tadi malam saya baca kompas 26 feb, bahwa > anggaran pendidikan akan diturunkan. Kadang memang kita bertanya untuk apa dana yang besar? Bukankah > dengan belajar dengan keras sudah cukup memadai? Aku selalu berandai-andai, kalau bisa semua guru-guru kita > itu diberikan kesempatan untuk studi banding ke luar negeri ( katkanlah guru bahasa inggris studi banding/atau > belajar di Singapur atau Australia beberapa saat). Semua siswa yang lulus IKIP sejak dari awal sudah mendapat beasiswa, > semua yang lulus kedokteran mendapat beasiswa, etc. Semua sekolah dari SMP memiliki komputer dengan jaringan internet, > etc. Membuat film yang bagus yang bermuatan pendidikan ( seperti yang di buat dengan Doctor House) yang bisa membantu > refleksi orangtua ( masyarakat) untuk melihat dan memberi semangat dalam dunia pendidikan. Ini semua butuh biaya, yah... > tapi mau bagiamana kalau dana pendidikan malah dipotong pula. > > Sibar em bujur. > Advent Tambun > > ----- Original Message ---- > From: nomi sinulingga <[EMAIL PROTECTED]> > To: tanahkaro@yahoogroups.com; [EMAIL PROTECTED]; permata- [EMAIL PROTECTED] > Sent: Tuesday, February 26, 2008 6:50:27 PM > Subject: [tanahkaro] Mau Kemanakah Generasi Karo Masa Depan ? > > > Mau Kemanakah Generasi Karo Masa Depan ? > > Beberapa kali aku bertanya kepada anak TK dan SD di Kabanjahe, mau jadi apakah mereka kalau sudah besar nanti. Banyak jawaban mereka 'TIDAK TAHU'. Ketika aku sedang bertamu ke rumah seorang saudara, anaknya laki-laki yang sedang duduk di kelas I SD sangat serius menonton TV. Aku usik dia dengan pertanyaan, "Mau jadi apakah kalau sudah besar nanti?" "Aku tidak tahu. Kan aku belum besar. Kita lihat nanti kalau sudah besar!" "Apakah kamu tidak mau menjadi dokter atau pilot?" "Apa enaknya menjadi dokter atau pilot?" responnya sambil terus tidak mengalihkan matanya dari layar kaca menonton sinetron. > > Ketika bekerja di Banda Aceh sebagai trainer untuk memotivasi pemuda dan anak-anak korban tsunami, pertanyaan yang sama sering aku tanyakan. Hampir di semua barak-barak penampungan yang kami ajar, jawaban dari pertanyaan "mau jadi apa kalau sudah besar" akan terdengar sama. Sudah ada semacam kosa kata yang sama yang akan digunakan oleh anak-anak untuk menjawab cita-cita mereka. Cita-cita mereka tidak akan jauh-jauh dari menjadi tentara atau polisi, dan hanya sedikit yang akan menjadi dokter atau perawat, dan yang lain- lain. Hal itu sangat aku maklumi karena mereka sejak kecil sudah hidup dalam ketakutan karena konflik yang berkepanjangan. Mereka sering mendengar suara tembakan dan menyaksikan korban peluru nyasar. Sehingga menjadi tentara atau polisi yang bisa memiliki senjata akan memberikan rasa aman bagi mereka. > > Fenomena apa yang sebenarnya sedang terjadi dengan orang Karo dalam hal pendidikan? Apakah orang tua muda saat ini yang punya anak Balita, TK atau SD sudah sangat jarang menanyakan cita-cita anaknya? Sehingga anak kecil itu tidak pernah terpikir untuk menjadi apa di masa yang akan datang? Mungkinkah ini yang membuat anak-anak semakin malas untuk belajar. Mereka tidak tahu apa gunanya belajar. Anak yang masuk TK hanya tahu supaya bisa masuk SD mereka harus sudah bisa membaca dan menulis. Banyak anak-anak tidak menemukan model yang bisa ditiru dalam hal membaca di rumah. Selain itu tujuan dan manfaat bisa membaca dan menulis itu tidak pernah meresap ke dalam diri anak. Malas membaca bukan hal yang asing lagi bukan? Bahkan itu sudah menjadi budaya masyarakat kita yang perlu didobrak. Tanpa punya tujuan dan harapan akan masa depan yang dia cita-citakan, > siapakah yang mampu hidup disiplin dan berjuang dalam hidup ini. > > Kalau kita mengamati, saat ini banyak sekali anak-anak dan pemuda Karo yang putus sekolah. Alasan tidak lanjut study kebanyakan bukan karena tidak ada uang sekolah. Kemalasan, tidak punya semangat dan juga tidak termotivasi sedikitpun untuk belajar adalah faktor yang paling utama. Mau kemanakah orang muda Karo di era informasi ini? > Sebagai pengajar, aku sering merenungkan tentang kondisi ini. > > Dengan globalisasi, izajah SMU tidak akan berarti. Kita hanya akan tetap menjadi > pekerja-pekerja yang mengandalkan tenaga fisik dan juga melakukan bisnis yang tradisional. Era informasi dan globalisasi pasti akan menciptakan peluang-peluang besar bagi mereka yang siap dan mampu untuk memanfaatkannya. Perdagangan juga semakin tanpa batas. Oleh karena itu, kemajuan dan keunggulan masa depan sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia yang mampu bersaing. Ketidakmampuan berarti kemunduran bahkan mungkin kehancuran. > > Tapi kenyataannya, SDM kita sedikitpun tidak berbenah bahkan bisa dikatakan tidak peduli dengan kemajuan dan perubahan yang sedang terjadi. Anak-anak pulang sekolah lebih banyak bermain Play Station, pemuda bersarang di bilyard yang bertaburan di lingkungannya. Anak yang menghabiskan banyak waktunya bermain play station mungkin hanya tahu bahwa dunia ini adalah play station. Pemuda yang > menghabiskan banyak waktu di bilyard tanpa pernah belajar pelajarannya dengan serius akan melihat bahwa dunia ini hanya sebatas meja bilyard. Dunia tidak hanya play station atau bilyard tetapi sudah waktunya orang muda dan anak-anak dibuka matanya bahwa dunia ini sangat luas dan banyak sekali pilihan di dalamnya. Orang tua sudah saatnya mulai lebih tanggap dengan masalah ini. Terutama yang di Tanah Karo dan juga di desa-desa karena ketinggalan itu semakin nyata. Bahkan semangat meninggalkan kampung untuk sekolah tinggi sepertinya sudah asing bagi sebagian pemuda desa. > > Kita harus mengakui kalau pengangguran sangat tinggi di negara ini. Tetapi itu bukan berarti kita menjadi pesimis dan malas belajar. Mungkin sekali orang yang menganggur itu adalah yang memang waktu kuliah juga tidak serius > menjalani prosesnya. Mahasiswa Indonesia dekat sekali dengan budaya nyontek, kebut semalam, bahkan membayar dosen biar lulus, bukan? Wajarkan kalau SDM kita kurang sekali kualitasnya. Budaya kerja keras hampir tidak nyata di kehidupan orang muda. Hidup instan membuat kita begitu malas dan juga tidak mampu sedikitpun berjuang untuk melakukan yang terbaik sekalipun itu untuk diri sendiri. > > Sekolah itu perlu untuk membangun dasar jika punya cita-cita dan tujuan. Cita-cita dan tujuan ini harus sudah dimulai sejak kecil. Perhatian keluarga dengan sering bertanya mau menjadi apa kalau sudah besar akan menolong anak memiliki mimpi masa depan. Anak yang memiliki mimpi masa depan tidak akan berhenti sekolah ketika masih SD. Semakin banyak anak SD, SMP dan SMA yang putus sekolah karena malas, aku pikir > ini seperti kutukan yang akan kita lihat dampaknya sepuluh atau dua puluh tahun mendatang. > > Beberapa teman-teman PERMATA di Medan berkumpul membuat kelompok dengan nama "Kandu-Kandu" untuk menolong mencarikan beasiswa bagi anak-anak SD jemaat GBKP yang putus sekolah. Kelompok ini sudah dibentuk lebih setahun yang lalu. Ketika saya menanyakan apakah sudah ada anak yang mereka tolong, jawaban mereka sangat membuat hati miris. Karena mereka sulit menemukan anak yang sangat membutuhkan bantuan. Kenyataan lebih banyak anak putus sekolah bukan karena tidak ada biaya, tetapi karena sejak kecil si anak sudah tidak mau sekolah. Mengetahui kondisi ini yang terpikir olehku bukan kelompok PERMATA yang punya hati mencari bantuan beasiswa, tetapi yang mau memperhatikan dan memotivasi anak-anak supaya menjadi anak > yang memiliki cita-cita dan berprestasi. > > Penyiapan SDM menghadapi era informasi dan globalisasi sangat penting dan sangat menentukan. Kemajuan ini menuntut manusia- manusia dengan ketahanan iman, moral dan pribadi yang tangguh, keahlian dan kemampuan yang tinggi, daya kreasi dan daya cipta yang hebat, wawasan yang luas, produktivitas, efisiensi dan disiplin yang tinggi, agar mampu menjadi pengendali, pelaku yang kompetitif dalam era informasi dan globalisasi. Oleh karena itu, kita tidak ada pilihan lain daripada bekerja keras, berjuang dan berbuat yang terbaik untuk meningkatkan kualitas diri sejak kecil. Kalau tidak, kita akan ketinggalan. > (Nomi Br Sinulingga) --------------------------------- Looking for last minute shopping deals? Find them fast with Yahoo! Search. --------------------------------- Looking for last minute shopping deals? Find them fast with Yahoo! Search.