punten kanu teu acan maca, atanapi kalangkung macana, dicutat tina koran
kompas nu kamari

Rabu, 31 Agt 2005,
Akibat Mental yang Terjajah

Oleh Kwik Kian Gie*
Buat orang yang dapat membaca statistik dan dapat
menafsirkannya, akan melemahnya rupiah sudah cukup lama di
depan mata. Buat orang yang selalu gemar mengingat sesuatu
yang pernah terjadi, merosotnya nilai rupiah juga bisa
diprediksi. Bahwa rupiah bisa merosot sangat tajam dalam
waktu sangat singkat juga pernah kita alami, yaitu ketika
rupiah merosot dari sekitar Rp 2.300 menjadi Rp 16.000 per
dolar AS (USD).

Maka, kalau sekarang nilai rupiah dalam waktu singkat
merosot dari Rp 9.000 menjadi 11.500 ketika artikel ini
ditulis, dan karena itu pemerintah cemas dan bingung, saya
menjadi heran.

Mari kita bahas satu per satu. Pertama tentang apa yang
dinamakan fundamental ekonomi, tetapi saya batasi pada
yang relevan saja untuk nilai tukar rupiah. Kekuatan
bangsa Indonesia sendiri dalam hal mempertahankan
stabilitas nilai rupiahnya dilandasi oleh apakah mempunyai
cadangan devisa yang cukup dan berkesinambungan. Devisa
dibentuk oleh ekspor yang lebih besar daripada impor, baik
barang maupun jasa. Ekspor selalu lebih kecil daripada
impor kecuali tiga kali saja, yaitu di tahun-tahun 1973,
1979, dan 1980 yang disebabkan oleh oil shock pertama dan
kedua.

Jadi, kalau atas dasar kekuatan sendiri, cadangan devisa
selalu menyusut. Tetapi ditolong oleh masuknya modal dalam
bentuk utang, dalam bentuk masuknya modal asing partikelir
yang ditanamkan di Indonesia dalam berbagai bentuk. Ini
untuk periode tahun 1969 sampai tahun 1999 (dua tahun
terakhir prediksi Bank Dunia). Kita tahu bahwa sebelum
tahun 1999, moneter sudah jebol sama sekali, sampai
rentang kendali dinaikkan delapan kali, lantas dilepas
secara tidak bertanggung jawab dan rupiah melejit sampai
Rp 16.000 per dolar AS.

Bagaimana yang sekarang? Bukankah stabil cukup lama? Ya,
lebih dari itu, setelah krisis, ekspor lebih besar
daripada impor. Yang namanya transaksi berjalan surplus.
Hanya surplusnya tidak disebabkan oleh kuatnya ekonomi
kita, tetapi oleh anjloknya impor karena tidak ada
kegiatan ekonomi yang berarti.

Ketika ekonomi mulai menggeliat, karena memang dasarnya
keropos, ya langsung saja transaksi berjalan yang positif
menjadi menciut. Kecuali itu, kalau dahulu ada modal masuk
yang mengimbangi minusnya impor yang lebih besar daripada
ekspor, sekarang terjadi pelarian modal. Bahasa
birokrasinya error and omission. Kecuali di tahun 2001
yang hanya USD 714 juta, angkanya selalu minus yang
berarti ada capital flight. Ketika transaksi berjalannya
sudah menciut dan kecenderungannya minus lagi, modal yang
ada justru dilarikan ke luar negeri oleh pemiliknya.

Jadi, kita tidak perlu heran tentang apa yang sekarang
terjadi. Yang harus diherankan ialah mengapa kebijakan
ekonomi yang begitu lama dalam alam kemerdekaan
menghasilkan malapetaka (disaster) yang begitu hebat?
Untuk itu, ada ceriteranya tersendiri. Apa itu?

Kecuali selama Gus Dur menjabat presiden RI, tim ekonomi
dalam kabinet selalu dikuasai oleh para ekonom yang mutlak
menghamba kepada kartel IMF dengan resep-resep dan
instruksi-instruksi kepada para kroni ini yang merusak.
Mereka itu terkenal dengan nama Berkeley Mafia yang
dibanggakan oleh diri sendiri.

Kebijakan yang sangat merusak itu adalah menggerojokkan
utang luar negeri terus-menerus sampai tidak kuat bayar
tepat waktu supaya selalu menjadi pengemis buat penundaan
pembayaran. Ketika itu, pemerintah Indonesia harus dicekik
lehernya untuk didikte. Yang mengatakan ini bukan saya,
tetapi orang-orang asing, kebanyakan orang-orang Amerika,
yaitu John Pilger, Brad Sampson, Jeffrey Winters, dan John
Perkins yang mengaku disuruh merusak ekonomi Indonesia.
Caranya digambarkan dengan sangat jelas di dalam bukunya
yang berjudul The confessions of an economic hit man.

Setelah menjelaskan ini, pertanyaannya adalah terus apa
yang harus dilakukan? Buat saya, Presiden SBY harus
mengambil alih kepemimpinan sepenuhnya dalam bidang
ekonomi. Kedua, mengganti menteri-menteri ekonomi dengan
orang-orang yang mentalnya pemimpin untuk bangsanya, bukan
hamba untuk kepentingan asing. Ketiga, mengatakan kepada
semua negara pemberi utang bahwa pemerintah Indonesia akan
membayar dengan jadwal dan jumlah yang ditentukan sendiri
atas dasar kekuatan yang memungkinkannya membela
kepentingan rakyat sendiri.

Apa pun reaksi negara-negara dan lembaga-lembaga
internasional itu kita hadapi, titik. Hanya itu yang bisa
menolong. Bukan mengimbau, bukan mengemis-ngemis kepada
investor asing supaya berinvestasi di Indonesia. Kewajiban
investor asing membuat laba buat para pemegang sahamnya,
bukan membela bangsa Indonesia. Yang mempunyai kewajiban
membela bangsa Indonesia adalah semua pejabat eksekutif
dan legislatif yang dipercaya oleh rakyat melalui
pemilihan umum.

Mereka itu harus berani menjadi pemimpin yang tangguh,
bukan menjadi pejabat yang menjilat negara-negara asing
dan lembaga-lembaga internasional, tetapi mau menangnya
sendiri dan gagah-gagahan terhadap rakyatnya sendiri! Itu
saja resepnya, lain tidak ada. Coba kita buktikan, kalau
apa yang saya tulis ini tidak dilakukan, dikotak-katik
seperti apa pun juga, tidak akan terjadi perbaikan,
kecuali atas "belas kasihan" yang tentunya tidak gratis.
Biayanya sangat mahal. Baca buku John Perkins kalau mau
memperoleh gambaran yang mendetail.

Akhirnya, semua elemen Berkeley Mafia harus dilibas atau
dikucilkan sama sekali dari perumusan dan pelaksanaan
kebijakan publik. Sudah terlalu lama mereka berkuasa.
Akibatnya, utang meggunung, hutan gundul, rakyat
menganggur, busung lapar, dan mati karena kelaparan. Apa
kurang cukup? Apa harus ada revolusi sosial dulu supaya
sadar?

Have a nice day &
Best Regards
Kang Didi



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Give at-risk students the materials they need to succeed at DonorsChoose.org!
http://us.click.yahoo.com/Ryu7JD/LpQLAA/E2hLAA/0EHolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Komunitas Urang Sunda --> http://www.Urang-Sunda.or.id
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/urangsunda/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke