> "Ii Sumirat N." <sumi...@...> wrote:
> Duka ti primbon naon, da ari di sunda mah sok aya anu kararieu 
> (kapercayaan) padahal jaman geus 2009 era kapitalis

Kapercayaan kana TOTONDEN mah moal leungit Kang, pasti aya wae, siga beja 
dihandap ieu:

Lolongan Anjing Terdengar Sebelum Kematian Syahrir dan Zuhri  

Minggu, 11 Oktober 2009 | 16:08 WIB

TEMPO Interaktif, Kuningan - Sekalipun sedih, wajah tua Asenih tetap berusaha 
tersenyum. Apalagi saat melihat dan menggendong cucunya, Ishaq, senyum langsung 
merekah di wajahnya. Asenih kehilangan dua anaknya sekaligus, M Syahrir dan 
Syarifudin Zuhri. Bahkan sebelumnya ia pun kehilangan menantunya, Ibrohim, yang 
tewas dalam penembakan di Temanggung.

"Setiap orangtua pasti sedih," katanya. Namun ia tetap berusaha untuk iklhas 
dan pasrah. Asenih menyatakan mungkin inilah jalan yang dipilih dan sudah 
menjadi garis nasib anak-anak dan menantunya.

Sebelum Syahrir dan Zuhri tertembak di Ciputat pada Jumat (9/10), malam 
Jumatnya Asenih sudah punya firasat tidak enak. "Malam Jum'at itu saya 
mendengar anjing melolong berkali-kali," katanya. Padahal tetangganya tidak ada 
yang punya anjing.

Lolongan anjing terus menerusnya didengar mulai pukul 00.00 Wib. "Saat itu saya 
berfikir, apakah ini saatnya? Apakah anak-anak saya akan tewas?" tanyanya. 
Untuk menenangkan hatinya, ia pun langsung sholat tahajud.

Tidak hanya Asenih, kedua anak perempuannya, Sucihani dan Ery pun mendengar 
lolongan anjing itu. "Iya saya pun mendengarnya. Ery juga," kata Sucihani. Saat 
itu, Suci pun mengaku pasrah.

Keesokan harinya, datanglah kabar itu. "Sekitar jam 1 siang saya ditelpon adik 
saya di Jakarta, katanya Bang Aing (Syahrir) dan Udin sudah ditembak," katanya. 
Saat itu Suci masih mengajar di sekolahnya di Pesantren Al Mutazam. Berusaha 
untuk tetap tegar, Suci pun tetap melanjutkan tugasnya mengajar.

Mengenai keterlibatan dua saudara kandungnya, bahkan termasuk suaminya dalam 
jaringan teroris, Sucihani mengaku tidak tahu pasti. Suci menduga adiknya 
Syarifuddin yang pertama kali terlibat dan menularkannya pada suaminya Ibrohim 
dan kakaknya, Syahrir. "Tapi saat berada di rumah, mereka tidak pernah 
membicarakan agama. Hanya obrolan keluarga biasa," katanya. Karenanya ia pun 
tidak tahu jika di antara ketiganya memiliki hubungan khusus.

Mengenai M Ali alias Babah Ali serta Dani Dwi Permana, sang pengantin, Suci 
mengaku mereka pun pernah dibawa oleh Sarifudin ke rumahnya di Desa Sampora, 
Kecamatan Cilimus, Kabupaten Kuningan. Saat itu Ali mengaku sebagai turis dan 
Sarifuddin membantu menjadi penerjemah.

Selanjutnya Suci pun berharap jika benar kedua jenazah yang ditembak di Ciputat 
adalah abang dan adiknya, ini merupakan peristiwa terakhir bagi keluarganya. 
"Setelah panas dan hujan, tentu ada pelangi," katanya. Ia berharap pelangi 
itulah yang terus menerangi keluarganya mulai saat ini.


Reply via email to