Urang ngadongeng heula nya, ieu mah dongeng enyaan......... pek wae dibaca,
wegah rek disundakeun teh, mangga ach nyanggakeun. 

Have a nice day &
Best Regards
Kang Didi


-----Original Message-----
From: Guntur 
Sent: Wednesday, April 20, 2005 2:16 PM
To: Anton Setya; Inacho; Dhodik; AndiSC; Sarjiman; Toto; Didi; Popy;
ICKim; Ozzie; Maryono
Subject: Detik-Detik Maulid Nabi Saw 




Detik-Detik Maulid Nabi Saw

Oleh : M. Luthfi Thomafi


Diriwayatkan oleh Umar bin Khatthab r.a., beliau berkata : saya
bersama Rasulullah s.a.w sedang duduk-duduk. Rasul s.a.w. bertanya
kepada para sahabat, "Katakan kepadaku, siapakah makhluk Allah  yang
paling besar imannya?" Para sahabat menjawab; 'Para malaikat, wahai
Rasul'. Nabi s.a.w bersabda, "Tentu mereka demikian. Dan mereka
berhak seperti itu. Tidak ada yang bisa menghalangi itu, karena Allah
s.w.t telah memberikan mereka tempat". Sahabat menjawab, "Para Nabi
yang diberi kemuliaan oleh Allah s.w.t, wahai Rasul". Nabi s.a.w.
bersabda, "Tentu mereka demikian. Dan mereka berhak seperti itu.
Tidak ada yang bisa menghalangi itu, karena Allah s.w.t telah
memberikan mereka tempat". Sahabat menjawab lagi, "Para syuhada yang
ikut bersyahid bersama para Nabi, wahai Rasul". Nabi s.a.w.
bersabda, "Tentu mereka demikian. Dan mereka berhak seperti itu.
Tidak ada yang bisa menghalangi itu, karena Allah s.w.t telah
memberikan mereka tempat".

"Lalu siapa, wahai Rasul?", tanya para sahabat.

Lalu Nabi s.a.w. bersabda, "Kaum yang hidup sesudahku. Mereka beriman
kepadaku, dan mereka tidak pernah melihatku, mereka membenarkanku,
dan mereka tidak pernah bertemu dengan aku. Mereka menemukan kertas
yang menggantung, lalu mereka mengamalkan apa yang ada pada kertas
itu. Maka, mereka-mereka itulah yang orang-orang yang paling utama di
antara orang-orang yang beriman". [Musnad Abî Ya'lâ, hadits nomor
160].



Waktu yang ditunggu-tunggu itu belum datang juga, namun beberapa
orang masih terus mencari. Mereka menelusuri ujung-ujung kota Mekkah.
Dari satu tempat ke tempat lain, orang-orang yang merindukan
kehadiran seorang pembebas itu tak lupa bertanya kepada orang-orang
yang mereka jumpai di setiap tempat. Mereka bertanya begini kepada
setiap orang, "Siapakah di antara kalian yang memiliki bayi laki-
laki?". Namun tak seorang pun mengiyakan pertanyaannya. Orang awam
tentu tidak memahami maksud pertanyaan itu, namun orang-orang itu
tidak juga berhenti untuk mencari dan menanyakan dimana gerangan bayi
laki-laki yang dilahirkan. Semuanya ini dilakukan untuk membuktikan
kepercayaan yang selama ini diyakininya. Bahwa dunia yang telah rusak
sedang menanti kedatangannya.

Hingga pada suatu pagi.

Sebagaimana aktifitas yang telah diberlakukan semenjak zaman nabi
Ibrahim a.s, setiap bayi yang lahir pada saat itu segera di-thawaf-
kan. Ini tidak lain untuk mendapatkan hidup yang penuh barokah, yakni
bertambahnya kebaikan lahir dan batin, serta mengharapkan kemuliaan
dan petunjuk dari Allah s.w.t. Tidak terkecuali bagi seorang Sayyid
Abdul Muththalib, yang terkenal masih bersih dalam urusan teologi.
Begitu mengetahui cucu laki-lakinya lahir, maka segeralah beliau
membawa bayi itu menuju Ka'bah, lalu Thawaf, membawa bayi itu
mengelilingi Ka'bah tujuh kali sambil berdoa kepada Allah s.w.t.

***

Tepat sesaat setelah Sayyid Muththalib memasuki rumah setelah men-
thawaf-kan cucunya, lewatlah seseorang yang selama beberapa hari ini
mencari kelahiran seorang bayi laki-laki. Saat itu, orang yang sudah
cukup tua tersebut masih menanyai kepada setiap orang yang dia
temui, "Siapakah di antara kalian yang memiliki bayi laki-laki?".
Pada saat itulah sayyid Muththalib menyadari ada seorang tua yang
mencari bayi laki-laki.

Dipanggilnya orang tua itu, lalu beliau berkata kepadanya, "Saya
punya bayi laki-laki, tapi, tolong katakan, apa kepentingan Anda
mencari bayi laki-laki?".

"Saya ingin melihat bayi laki-laki yang baru lahir. Itu saja", jawab
orang tua tersebut yang sekonyong-konyong muncul semangat baru dalam
dirinya. Tanpa memberikan kesulitan apapun, Sayyid Muththalib
mempersilahkan orang tua itu masuk ke rumahnya untuk melihat bayi
yang dimaksud.

Apa yang terjadi saat orang tua itu melihat bayi yang ditanyakannya,
adalah hal yang tidak pernah dibayangkan oleh sayyid Muththalib. Sang
Sayyid memang tidak pernah berpikir apa pun. Sebagai layaknya seorang
kakek yang berbahagia mempunyai cucu, beliau cukup bersyukur sang
cucu dilahirkan dalam keadaan sehat wal-afiat. Namun, bagi orang tua
yang sedang mencari sesuatu itu tidak demikian. Begitu melihat bayi
dan menemukan ciri-ciri sebagaimana disebutkan dalam al-Kitab yang
dia baca, serta informasi dari orang-orang terdahulu, orang tua itu
berseru, "Benar, benar sekali ciri-cirinya, inilah bayi yang akan
menjadi Nabi akhir zaman kelak.". Dalam kebengongan Sayyid
Muththalib, pingsanlah orang tua yang selama ini mencari-cari bayi
laki-laki tersebut, lalu wafat pada saat itu juga.

***

Orang-orang yang mencari bayi laki-laki saat itu, termasuk seorang
tua yang akhirnya mendapatkannya dan pingsan, adalah para agamawan
yang meyakini akan kehadiran seorang Nabi akhir zaman. Mereka sangat
teguh memegang berita akan kemunculan nabi akhir zaman ini. Semakin
kuat keyakinan mereka, semakin mereka meninggalkan urusan-urusan
dunianya guna menanti atau mencari nabi akhir zaman itu. Penantian
nabi akhir zaman itu, selain berkat informasi dari kitab-kitab
mereka, saat itu, mereka juga sangat merasakan bahwa keadaan
membutuhkan kehadiran sang Nabi.

Sedang sang bayi yang ditunggu adalah bayi Muhammad Shalla-
llâhu 'alayhi wa sallama, bayi yang kelak menjadi nabi terakhir.

Demikianlah, akhir dari kisah pencarian para agamawan pada zaman pra
Nabi Muhammad saw. Pencarian atas apa yang diisyaratkan dalam kitab-
kitab mereka, bahwa akan diutusnya nabi akhir zaman untuk meluruskan
kembali akidah-akidah yang telah tidak berdasar.

Dari kisah ini, kita mengetahui betapa pada waktu itu masyarakat
mengelu-elukan kehadiran Nabi Muhammad saw, 'Sungguh telah datang
kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya
penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu,
amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin'. (QS.
9:128). Hampir setiap kaum tahu bahwa ketika situasi sudah sangat
rusak, nabi akhir zaman akan muncul. Namun, dari mana dia lahir, hal
itu yang tidak pernah diketahui secara pasti. Yang diketahui pada
saat itu adalah ciri-ciri tempat, posisi bintang, ciri-ciri bayi, dan
lain sebagainya.

Dalam kitab-kitab lama, ciri-ciri tersebut ditulis secara jelas.
Hingga masyarakat yang membaca kitab-kitab itu pun akan mengetahui
pula. Tidak sekedar mengetahui, tapi mereka juga berkeinginan untuk
dekat dengan nabi akhir zaman tersebut. Salah satu yang diimpikan
oleh berbagai kaum saat itu, adalah harapan agar nabi akhir zaman itu
muncul dari keturunannya. Hal demikian tentu sangat manusiawi. Maka,
untuk mewujudkan impian itu, banyak kaum yang melakukan migrasi dari
kampung halamannya, untuk mencari tempat yang disebutkan ciri-cirinya
oleh kitab-kitab lama.

Ada beberapa tempat yang saat itu menjadi pilihan para pencari nabi
akhir zaman. Tempat-tempat itu antara lain adalah Mekkah, Madinah
(Yathrib) serta Yaman. Salah satu dari tiga tempat itu diyakini
menjadi tempat nabi akhir zaman dilahirkan. Banyak juga para agamawan
yang menduga nabi akhir zaman masih akan muncul dari kawasan
Jerusalem atau Damaskus.

***

Untuk kasus Mekkah, orang-orang atau kaum non Quraisy yang minoritas
adalah kaum pendatang yang sengaja tinggal di Mekkah untuk menanti
kedatangan nabi akhir zaman. Sedangkan kasus migrasi di Madinah,
orang-orang Yahudi-lah yang banyak menempati kota tersebut waktu itu.
Suku bangsa seperti Bani Nadhir, Quraizah, Qainuqa' dan suku-suku
kecil lainnya, yang sering muamalahnya menghiasi sejarah Islam dan
târîkh Nabi saw, adalah keluarga-keluarga Yahudi yang bermigrasi dari
berbagai kawasan, baik dari Jerusalem, Yaman, maupun yang lainnya, ke
daerah Madinah untuk menanti nabi akhir zaman. Migrasi-migrasi itu
terjadi dengan harapan nabi akhir zaman muncul dari keturunan mereka,
selain, tentunya, mengharapkan barokah tadi. Migrasi ke Madinah ini
dilakukan sudah cukup lama, setidaknya mereka telah mendiami Madinah
sekitar 100 tahun sebelum kelahiran Nabi Muhammad saw.

Banyak sekali suku-bangsa yang percaya akan datangnya nabi akhir
zaman. Mulai dari Ethiopia (Al-Habsyi) hingga Damaskus (Dimasyqa),
serta dari Yaman hingga negeri-negeri Rusia. Semuanya menanti
kedatangannya.

***

Sang nabi akhir zaman itu telah lahir. Namun, sangat disayangkan,
Allah swt telah dengan cepat memanggil para agamawan yang
menjadi "saksi penting" kebenaran Muhammad s.a.w ke sisi-Nya. Seolah-
olah sebuah drama yang penuh liku, sedikit demi sedikit, para
agamawan yang diharapkan kesaksiannya telah wafat. Tidak bisa
dibayangkan, andaikata para agamawan ini, dan segenap murid serta
keturunannya, masih hidup serta senantiasa mengikuti perkembangan
bayi Nabi Muhammad saw hingga pada usia-usia dewasa dan kenabian,
tentu sejarah akan berbicara lain.

Memang, kasus-kasus wafatnya para agamawan setelah melihat tanda-
tanda adanya kenabian, seperti yang terjadi pada orang tua itu,
bukanlah yang pertama kali. Dalam rekaman sejarah, banyak sekali
informasi yang membahasnya, bahkan sejak zaman sayyid Abdullah-
ayahanda Nabi Muhammad saw-belum menikah dengan sayyidah Aminah, dan
juga pada masa-masa dalam kandungan sayyidah Aminah. Hingga pada
suatu waktu di kemudian hari, tepatnya 40 tahun setelah kelahiran
nabi, sejarah juga kehilangan seorang agamawan-monotheis yang
informasi spiritualnya sangat berharga bagi keberlangsungan keyakinan
terhadap adanya nabi akhir zaman.

Dalam hadits yang diriwayatkan sayyidah 'Aisyah ra disebutkan bahwa
setelah mendapatkan wahyu pertama, sayyidah Khadîjah ra-bersama nabi-
mendatangi pamannya, Waraqah bin Naufal, untuk meminta advis atas apa
yang baru saja terjadi pada nabi. Waraqah bin Naufal adalah seorang
agamawan ahli kitab suci.

Setelah Nabi Muhammad saw menceritakan semua yang terjadi kepada
beliau-di gua hira itu-langsung saja Waraqah terperanjat dan
menjawabnya,"Itu adalah Nâmûs yang diturunkan Allah s.w.t. kepada
Musa a.s. Ya Tuhan, semoga saja aku masih hidup ketika orang-orang
mengusir nabi ini.".

Waraqah tahu, bahwa yang menemui Nabi Muhammad saw adalah Namûs,
alias malaikat Jibril as, yang pernah menemui Nabi Musa as dulu.
Pengakuan Waraqah ini mirip dengan peristiwa yang terjadi beberapa
tahun kemudian, saat Nabi Muhammad saw membacakan ayat al-Qur'an di
hadapan jin, maka jin itu berkomentar, "Mereka berkata, 'Hai kaum
kami, sesungguhnya kami telah mendengarkan kitab (yaitu al-Qur'an)
yang telah diturunkan sesudah Musa, yang membenarkan kitab-kitab yang
sebelumnya lagi memimpin kepada kebenaran dan kepada jalan yang
lurus. [QS. 46:30].

Dan Waraqah tahu, bahwa yang ada di depannya saat itu adalah seorang
nabi, yang di kemudian hari akan diusir oleh kaumnya sendiri dari
tanah kelahirannya. Tapi, harapan Waraqah untuk menjadi saksi
perilaku orang-orang terhadap Nabi Muhammad saw tidak kesampaian.
Beberapa hari setelah itu, beliau wafat. Untuk ke sekian kalinya,
Allah swt memanggil hamba-Nya yang bisa menjadi "saksi spritual" atas
kenabian Muhammad saw. Tapi, itulah, Allah swt tentu memiliki
kehendak-kehendak tersendiri yang tidak pernah kita ketahui.

***

Dengan wafatnya beberapa agamawan yang menjadi saksi kebenaran
kelahiran sang nabi, terputus pula informasi-informasi ini. Situasi
informasi tentang nabi akhir zaman kembali ke titik nol. Namun inti
berita yang ada dalam kitab-kitab tentang akan diutusnya nabi akhir
zaman saat itu masih ada. Karena realitas teologis memang
membutuhkannya. Hanya berita ini yang telah diketahui oleh para
agamawan di berbagai tempat, sebagaimana berita akan kelahirannya.
Dan mereka hanya bisa memegang keyakinannya, tanpa ada kemampuan
untuk mencarinya, sebagaimana pendahulu-pendahulu mereka menemukan
waktu saat-saat dilahirkannya Nabi Muhammad s.a.w. Nampaknya,
agamawan yang baru membaca kitab-kitab suci itu lebih percaya bahwa
nabi akhir zaman sudah benar-benar lahir di dunia ini.

Memang banyak ditemukan beberapa anak laki-laki yang memiliki nama
Ahmad atau Muhammad pada masa pra kenabian. Menamakan Ahmad atau
Muhammad karena orang tuanya sangat berharap anaknya menjadi nabi.
Tetapi, para agamawan tentu sudah memiliki wasilah atau cara
tersendiri untuk menentukan "validitas stempel" yang ada pada seorang
nabi, apa lagi nabi akhir zaman. Maka, mereka tinggal menanti detik-
detik kedatangan risalah dan deklarasi kenabian sang nabi akhir zaman
itu.

***

Secara umum, bisa dikatakan bahwa kebanyakan para agamawan saat itu
sudah mengetahui bahwa nabi akhir zaman akan diturunkan dari keluarga
tertentu, dan di tempat tertentu. Ada saja yang mengetahui, atau
setidaknya meyakini, bahwa nabi akhir zaman itu muncul dari keluarga
Bani Hasyim, di daerah Mekkah, dan lain sebagainya. Ini misalnya
terjadi kepada seorang pedagang dari Mekkah yang berjulukan Atîq,
saat berdagang ke Yaman. Sebagai pedagang yang juga intelektual,
kemana pun pergi beliau tidak lupa untuk berkunjung ke kalangan
agamawan.

Saat beliau menemui seorang agamawan di Yaman, dan beliau ditanya
tentang asal daerah serta dari keluarga apa, maka setelah mendapatkan
jawaban, sang agamawan itu menyatakan, "Nanti akan ada nabi akhir
zaman dari daerah kamu dan dari keluarga kamu". Beliau-Atîq-percaya
atas informasi yang disampaikan agamawan Yaman itu. Begitu sang nabi
muncul dan mendakwahkan kembali ajaran-ajaran Tauhîd [monotheisme]
yang hilang, dia -Atîq- pun segera bersaksi atas kebenaran ajaran
itu. Beliau menjadi laki-laki pertama yang membenarkan risalah yang
dibawa Nabi Muhammad s.a.w. Saat masuk Islam itu, beliau mengganti
nama menjadi Abû Bakar, yang kelak menjadi sahabat utama sang nabi
akhir zaman dan mendapatkan gelar Ash-Shiddîq, yang senantiasa
membenarkan. Ini adalah jawaban atas pertanyaan, kenapa Abû Bakar
r.a. selalu saja membenarkan kebenaran Muhammad.

***

Dalam al-Qur'an, Allah s.w.t. berfirman, "Dan (ingatlah), ketika
Allah mengambil perjanjian dari para nabi: "Sungguh, apa saja yang
Aku berikan kepadamu berupa kitab dan hikmah kemudian datang kepadamu
seorang rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan
sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya". Allah
berfirman: "Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap
yang demikian itu?". Mereka menjawab: "Kami mengakui". Allah
berfirman: "Kalau begitu saksikanlah (hai para nabi) dan Aku menjadi
saksi (pula) bersama kamu". [QS. 3:81]

Para nabi berjanji kepada Allah s.w.t. bahwa bilamana datang seorang
Rasul bernama Muhammad mereka akan iman kepadanya dan menolongnya.
Perjanjian nabi-nabi ini mengikat pula para ummatnya. Namun, manusia
selalu melakukan penentangan terhadap keputusan-keputusan Allah
s.w.t. Para manusia itu ingkar, sebagaimana diceritakan dalam al-
Qur'an, "Dan setelah datang kepada mereka Al Qur'an dari Allah yang
membenarkan apa yang ada pada mereka-maksudnya kedatangan Nabi
Muhammad s.a.w. yang tersebut dalam Taurat dimana diterangkan sifat-
sifatnya-, padahal sebelumnya mereka biasa memohon (kedatangan Nabi)
untuk mendapat kemenangan atas orang-orang kafir, maka setelah datang
kepada mereka apa yang telah mereka ketahui, mereka lalu ingkar
kepadanya. Maka la'nat Allah-lah atas orang-orang yang ingkar itu".
(QS. 2:89)

Itulah manusia yang sangat tidak beruntung dengan melakukan penolakan
terhadap kenabian Muhammad s.a.w. Maka, sangat tepat jika Nabi
Muhammad s.a.w. bersabda dalam hadits yang penulis nukil pada
permulaan di atas. Bahwa orang yang menjadi saudara Nabi s.a.w.
adalah orang yang tidak pernah melihat Nabi s.a.w. namun percaya akan
kenabian dan selalu membenarkan sabda-sabda beliau. Orang-orang yang
tidak pernah bertemu dengan Nabi s.a.w. tapi selalu membenarkan
beliau itulah yang merupakan orang-orang paling utama di antara orang-
orang beriman. Ya Allah, tetapkanlah kami untuk selalu beriman kepada-
Mu dan kepada Nabi-Mu.

Âmîn. (Disarikan dari beberapa buku, terutama kitab Syarah Al-
Barzanjî)
Website: http://www.pesantrenvirtual.com




------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Take a look at donorschoose.org, an excellent charitable web site for
anyone who cares about public education!
http://us.click.yahoo.com/O.5XsA/8WnJAA/E2hLAA/0EHolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Komunitas Urang Sunda --> http://www.Urang-Sunda.or.id
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/urangsunda/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Reply via email to