Keur ubar tunduh...usum tariris...

 Ekonomi Islam: Di Luar Spektrum Kapitalisme dan Sosialisme? (Bagian Pertama
dari Dua Tulisan) Oleh Ari A.
Perdana<http://islamlib.com/id/index.php?page=archives&mode=author&id=210>
28/05/2007

Ini membawa implikasi dari aspek normatif: apa yang baik dan buruk, apa yang
harus dilakukan atau dihindari bukan semata-mata dilihat dari aspek
efisiensi sebagaimana dikenal dalam ekonomi konvensional, melainkan
bagaimana agar tindakan di kehidupan duniawi juga menghasilkan imbalan di
akhirat.
  <http://islamlib.com/id/index.php?page=article&mode=print&id=1258>
<javascript:emailArticle(1258)>
[image: tanggapan
anda]<http://islamlib.com/id/index.php?page=comment&art_id=1258&pageno=>

   - artikel Ari A. Perdana lainnya
   - 11/06/2007
   *Ekonomi Islam dan Soal Bunga Bank
*<http://islamlib.com/id/index.php?page=article&id=1264>
   - Total 1 artikel
   Lebih lengkap *lihat biodata
penulis*<http://islamlib.com/id/index.php?page=archives&mode=author&id=210>


   - artikel baru
   - 31/12/2007
   Saidiman
   *Islam Santun ala
Indonesia*<http://islamlib.com/id/index.php?page=article&id=1303>
   - 28/12/2007
   Abd Moqsith Ghazali
   *NU, MUI, dan Ma`ruf
Amin*<http://islamlib.com/id/index.php?page=article&id=1299>
   - 20/12/2007
   Saidiman
   *Ahmadiyah Dilarang Menyembah
Tuhan*<http://islamlib.com/id/index.php?page=article&id=1302>
   - 12/12/2007
   Nong Darol Mahmada
   *Satu Istri* <http://islamlib.com/id/index.php?page=article&id=1298>
   - 05/12/2007
   Abd Moqsith Ghazali
   *Murtad dan Hukuman
Mati*<http://islamlib.com/id/index.php?page=article&id=1301>


   - artikel sebelumnya
   - 28/05/2007
   *Politisi Islam Perlu Belajar dari
Jerman*<http://islamlib.com/id/index.php?page=article&id=1257>
   - 21/05/2007
   Sumanto al Qurtuby
   *Memperkuat Islam
Pacifis*<http://islamlib.com/id/index.php?page=article&id=1256>
   - 21/05/2007
   *Siti Jenar Dianggap Provokator
Kesadaran*<http://islamlib.com/id/index.php?page=article&id=1255>
   - 14/05/2007
   Abd Moqsith Ghazali
   *Syiah Ekstrem*<http://islamlib.com/id/index.php?page=article&id=1254>
   - 14/05/2007
   Moh. Shofan
   *Menuju Pluralisme Global
*<http://islamlib.com/id/index.php?page=article&id=1253>

 Dalam sejarah peradaban manusia, ada beberapa bentuk sistem ekonomi yang
pernah ditemukan sebagai solusi atas persoalan ekonomi umat manusia. Bentuk
paling primitif adalah despotisme, dimana ekonomi diatur oleh sebuah
otoritas tunggal, baik seorang atau sekelompok orang yang menjadi pemimpin.
Sistem despotik bukannya tidak berhasil. Peradaban-peradaban besar di masa
lalu dibangun di atas sistem ini. Problem dengan despostisme adalah ia tidak
berkelanjutan. Sistem ini tidak mampu mengatasi problem yang makin kompleks
dihadapi umat manusia. Karena itu, sistem ini kemudian punah. Sistem ini
setidaknya hanya eksis di tingkat masyarakat yang terbatas.

Ketika bicara soal sistem ekonomi modern, kita biasanya merujuk pada dua
sistem besar: kapitalisme pasar dan sosialisme terpimpin. Kapitalisme adalah
sistem yang didasarkan atas pertukaran yang sukarela *(voluntary
exchanges)*di dalam pasar yang bebas. Sebaliknya, sosialisme mencoba
mengatasi problem
produksi, konsumsi dan distribusi melalui perencanaan atau komando. Hal yang
perlu digarisbawahi adalah: fakta bahwa ada dua sistem besar dalam ekonomi
modern tidak berarti adanya dikotomi atau bipolarisasi.

Dua sistem itu lebih merupakan dua titik ekstrem dalam sebuah spektrum ide.
Dalam praktek, sistem ekonomi yang dijalankan oleh negara-negara di dunia
saat ini ada di sepanjang spektrum itu. Apa yang disebut "kapitalisme" dan
"sosialisme", sesungguhnya punya banyak varian di dalamnya. Selain itu,
banyak juga varian dari sistem ekonomi yang tidak didasarkan oleh salah satu
atau kedua ide besar itu, misalnya sistem adat di beberapa komunitas.

Bagaimana dengan "ekonomi Islam"? Diskusi mengenai ekonomi Islam dalam
kaitannya dengan sosialisme dan kapitalisme bukanlah soal "apakah *(whether)
*ekonomi Islam itu sosialisme atau kapitalisme", tapi lebih kepada "di mana
*(where) *ia berada dalam spektrum tersebut". Pertanyaannya: apakah ada
perbedaan dari apa yang ditawarkan ekonomi Islam dibandingkan kedua sistem
tersebut, serta apakah (bagaimanakah) ekonomi Islam bisa berjalan.

*Tinjauan Kritis Terhadap Ekonomi Islam*

Deskripsi paling sederhana dari ekonomi Islam adalah "suatu sistem ekonomi
yang didasarkan pada ajaran dan nilai-nilai Islam", dimana "keseluruhan
nilai tersebut sudah tentu Alquran, Sunnah, ijma dan qiyas" (Nasution dkk,
2006). Secara umum, lahirnya ide tentang sistem ekonomi Islam didasarkan
pada pemikiran bahwa sebagai agama yang lengkap dan sempurna, Islam tentulah
tak hanya memberi penganutnya aturan-aturan soal ketuhanan dan iman saja,
tapi juga jawaban atas berbagai masalah yang dihadapi umat manusia, termasuk
ekonomi.

Ayat Alquran, hadits dan berbagai literatur Islam klasik, memang memuat
berbagai pemikiran mengenai filsafat, perilaku dan institusi ekonomi. Namun,
ide tentang adanya sebuah disiplin atau sistem ekonomi yang 'islami' dalam
arti spesifik dan unik, sebenarnya adalah fenomena baru, menurut ekonom dari
University of Southern California, Timur Kuran (2004). Menurut Kuran juga,
ide ini bisa ditelusuri tidak lebih lama dari awal abad ke-20. Dengan kata
lain, pemikiran-pemikiran Islam klasik dalam hal ekonomi sebenarnya lebih
merupakan ide-ide terpencar, belum merupakan sebuah desain komprehensif
mengenai sistem ekonomi yang islami.

Terlepas dari kapan sebenarnya ide sistem ekonomi Islam lahir, pertanyaan
lain adalah di mana posisinya relatif terhadap kapitalisme dan sosialisme?
Sebenarnya, sistem ekonomi Islam punya sejumlah karakteristik yang sama baik
dengan kapitalisme maupun sosialisme. Dibolehkannya hak milik pribadi dan
kebebasan untuk melakukan pertukaran merupakan elemen yang penting dalam
kapitalisme. Tapi selain itu, para proponen ekonomi Islam juga menekankan
pentingnya intervensi negara, terutama dalam hal keadilan distributif, yang
juga menjadi semangat utama sosialisme. Artinya, sistem ekonomi Islam
sebenarnya masih berada dalam spektrum yang kita bicarakan. Ia bukanlah
sebuah sistem yang benar-benar otentik, berbeda atau ada di luar himpunan
sistem ekonomi yang dijalankan di dunia.

Meski demikian, para proponen ekonomi Islam umumnya memandang sistem ini
tetap memiliki perbedaan dengan kedua sistem besar itu. Perbedaan yang utama
dan pertama adalah: secara epistemologis ekonomi Islam dipercaya sebagai
bagian integral dari ajaran Islam itu sendiri, sehingga pemikiran ekonomi
Islam langsung bersumber dari Tuhan. Kedua, ekonomi Islam dilihat sebagai
sistem yang bertujuan bukan hanya mengatur kehidupan manusia di dunia, tapi
juga menyeimbangkan kepentingan manusia di dunia dan akhirat.

Ini membawa implikasi dari aspek normatif: apa yang baik dan buruk, apa yang
harus dilakukan atau dihindari bukan semata-mata dilihat dari aspek
efisiensi sebagaimana dikenal dalam ekonomi konvensional, melainkan
bagaimana agar tindakan di kehidupan duniawi juga menghasilkan imbalan di
akhirat. Ketiga, sebagai konsekuensi dari landasan normatif itu, sejumlah
aspek positif atau teknis dalam ekonomi konvensional tak bisa diaplikasikan
karena bertentangan dengan nilai-nilai yang dibenarkan oleh Islam.

Tiga perbedaan ini membuat proponen ekonomi Islam memandang bahwa sistem ini
lebih superior dibandingkan sistem-sistem lain. Tentunya pandangan ini
menyisakan sebuah pertanyaan penting. Jika benar sistem ekonomi Islam
superior, tentunya ia akan lebih mampu mengatasi masalah dan tantangan
peradaban manusia modern. Tapi faktanya, saat ini sistem tersebut bukanlah
(atau belum?) merupakan sistem ekonomi yang dominan di dunia, bahkan bukan
juga di negara-negara meyoritas Muslim. Kalau ia adalah sistem yang
sempurna, mengapa tidak ada rujukan sejarah dimana sistem ini bisa dibilang
berhasil dan masih tetap relevan di masa sekarang?

*Ekonomi Islam vs. Konvensional*

Diskusi mengenai apakah itu ekonomi Islam, dan apa bedaannya dengan sistem
yang sudah ada (sosialisme atau kapitalisme) bisa menjadi diskusi yang
panjang dan rumit. Masalahnya, itu harus dimulai dari pekerjaan awal yang
juga tak mudah: mendefinisikan apa itu ekonomi Islam, dan apa itu sosialisme
maupun kapitalisme.

Untuk memudahkan urusan, saya tak akan masuk ke tataran definisi dan
filosofi masing-masing. Saya akan membahas tataran praktek; bagaimana
ekonomi Islam berbeda dengan ekonomi konvensional secara praktek. Sebagai
catatan, yang saya maksud sebagai "ekonomi konvensional" di sini merujuk
pada sistem kapitalisme yang secara teori dibangun atas dasar teori ekonomi
neoklasik. Ini adalah teori ekonomi yang menjadi acuan standar sebagian
besar fakultas ekonomi di seluruh dunia. Saya tak membuat klaim bahwa sistem
ini yang terbaik atau sempurna. Tapi kenyataannya adalah: dalam diskursus
ekonomi, teori ekonomi neoklasik sudah menjadi arus utama.

Dari berbagai aspek pemikiran mengenai praktek ekonomi Islam, dalam konteks
perbandingan dengan ekonomi konvensional, ada tiga hal yang menjadi isu
utama. Pertama, praktek transaksi keuangan dan posisi sistem bunga. Kedua,
pemikiran tentang keadilan distributif dan implikasi kebijakannya. Ketiga,
pemikiran mengenai landasan moral dalam setiap kegiatan dan keputusan
ekonomi.

Pembahasan lebih detail tentang ketiganya akan saya lakukan dalam tulisan
mendatang. Secara spesifik, diskusinya akan saya fokuskan pada kritik yang
diajukan proponen ekonomi Islam terhadap teori ekonomi konvensional
vis-a-vis kapitalisme, dan kritik balik terhadap "proposal" yang ditawarkan
para proponen ekonomi Islam.

Reply via email to