Rabu, 19 Januari 2005 NASIONAL
Line

Ketika Jam Dinding Masjid Baiturrahman Berbicara

SEKECIL apa pun petunjuk akan berbicara banyak. Musibah gempa disusul gelombang tsunami yang menerjang Banda Aceh dan kota-kota lainnya di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) jelas meninggalkan beragam petunjuk. Salah satunya adalah jam dinding yang tertempel di dinding muka Masjjid Baiturrahman.

Masjid bersejarah di Banda Aceh itu selamat dari amukan gelombang tsunami. Dia menjadi saksi bagaimana gedoran air laut menelan banyak warga. Tak hanya dari kekokohan bangunannya tapi detak jam tersebut yang tampaknya lebih banyak berbicara.

Jam dinding di dinding depan Masjid Baiturrahman itu berhenti tepat pada pukul 08.26 sesaat setelah kejadian gempa (pada pukul 07.59) disusul gelombang tsunami melanda. Rentang ini semakin membuktikan bahwa ada jeda antara gempa dan susulan gelombang tsunami.

Dari jeda itu pula, cerita mengalir seperti yang dituturkan Kasubdit Mitigasi Bencana Geologi Direktorat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi Bandung, Dr Surono. Dia yang langsung ditugaskan ke lokasi bencana selang sehari setelah kejadian, mengabadikan petunjuk berharga itu.

Ketika dia tiba di Banda Aceh untuk melakukan kajian, situasi memang begitu semrawut. Memang banyak warga memberikan keterangan seputar kejadian hebat tersebut. Tapi Surono bersama timnya seperti diajak untuk penasaran sampai akhirnya mendapatkan petunjuk di jam tersebut. "Terus terang saya sangat bersyukur kepada Tuhan atas petunjuk berharga ini," katanya kemarin di Bandung. Dari petunjuk waktu itulah, cepat rambatan tsunami dapat dipetakan.

Jika cepat rambat rata-rata gempa bumi adalah 4 km/detik, waktu yang dibutuhkan gelombang gempa bumi dari sumbernya ke Banda Aceh (jaraknya kurang lebih 250 km) adalah sekitar 62,5 detik. Jika goncangan mencapai 20 menit dan gempa susulan terjadi, berarti bergerak ke angka 08.23, artinya jam masih berjalan normal.

Dari sinilah, petunjuk lain datang. Surono menerangkan bahwa andaikata jam tersebut berhenti karena gangguan listrik, yang disebabkan sapuan banjir bandang yang melada masjid tersebut, diperoleh berapa sebenarnya kecepatan gelombang tsunami pada waktu itu.

"Waktu yang dibutuhkan landaan tsunami dari sumber gempa ke jarak 250 km di Banda Aceh adalah 28 menit. Maka dapat diestimasi cepat rambatan rata-rata linier landaan tsunami adalah sekitar 548 km/jam. Dan tsunami makin cepat menerjang datang karena difasilitasi Sungai Krueng Aceh yang lay-outnya lurus ke pusat kota," tandasnya.

Dari temuan pula, landaan gelombang tsunami memiliki tinggi berkisar antara 6-8 meter terutama yang menghajar pantai Banda Aceh, sementara yang memasuki kota antara 2-4 meter. Karena pengaruh variasi topografi, kekekalan energi tsunami akan berkurang. Kecepatannya saat menghajar pantai pun berkurang.

Menggunakan prinsip kekekalan energi, ketinggian landaan tsunami sebanding dengan energi potensial, yang disebabkan besarnya cepat rambat landaan tsunami yang sebanding energi kinetik. Maka estimasi kecepatan rambatan tsunami ke wilayah pantai antara 40-60 km/jam, sedangkan saat memasuki pusat kota Banda Aceh berkisar antara 23-32 km/jam.

"Tapi secara riil kecepatan bencana akan lebih kecil dibandingkan dengan hasil estimasi tersebut karena landaan telah membawa material rombakan seperti lumpur, kayu, dan lain sebagainya," tandasnya.

Lagi-lagi petunjuk belum selesai tergali. Karena timbul pertanyaan, bagaimana warga pada saat itu harus menyelamatkan dirinya?

Surono lalu memberi soal jika saja manusia dapat berlari, dalam artian menghindar secara horisontal, dengan kecepatan 100 meter/15 detik, kecepatan yang diperoleh 24 km/jam.

"Pada saat warga tersebut melihat landaan ketinggian 4 meter, dalam jarak 20 meter, dan menghindar secara horisontal, dalam 9 detik dari posisinya berdiri, dia akan terlanda terjangan dahsyat tersebut. Waktu yang sama berlaku pula saat warga harus menghindar secara vertikal untuk mencapai ketinggian 4 meter lebih," katanya.

Dengan begitu, dapatlah dibayangkan mengapa banyak korban dari gelombang tsunami tersebut. Kesempatan mereka adalah 9 detik untuk menyelamatkan nyawanya. Dari petunjuk di masjid itu pula, hikmah berharga muncul dan memberikan inspirasi agar manusia belajar dari setiap kejadian, termasuk pentingnya sistem peringatan dini dan sikap kita setelah terjadi bencana agar tidak lagi jatuh korban lebih banyak di kemudian hari.

"Petunjuk itu semakin membuat saya percaya akan cerita yang menyatakan bahwa air datang, setengah jam setelah gempa. Ini juga membuktikan bahwa Tuhan maha mengerti. Jam hanya menegaskan akibat gempa yakni tsunami tersebut," kata Surono kepada Suara Merdeka.(Setiady Dwie-78)



Komunitas Urang Sunda --> http://www.Urang-Sunda.or.id




Yahoo! Groups Links

Kirim email ke