13 Mei 2009 18:30:19

Pergi ke Puncak ketika Musim Turis Timur Tengah Tiba

http://www.cenderawasihpos.com/detail.php?id=27752

Tunggu Suami Kontrak Balik karena Baru Dibayar Separo

Meski diiming-imingi duit jutaan hingga puluhan juta rupiah, tak semua wanita 
di Cisarua, Bogor, mau dikawin kontrak oleh para turis asal Timur Tengah.. 
Bahkan, seorang PSK (pekerja seks komersial) pun tak langsung mau ketika 
ditawari.

AGUNG PUTU ISKANDAR, Bogor

Namanya sebut saja Ani. Umurnya 25 tahun. Sehari-hari, dia adalah seorang PSK 
yang biasa mangkal di daerah Tugu Selatan, Cisarua.
Kepada Jawa Pos ( Cenderawasih Pos Group) yang menemui di sebuah rumah biliar 
dan karaoke di daerah Cisarua, Ani mengaku sempat ditawari tetangganya untuk 
menjadi istri kontrakan seorang pria dari Timur Tengah. "Aku nggak mau, Mas," 
katanya dengan intonasi sangat tegas.

Mengapa tidak mau? "Banyak nggak enaknya. Uang yang diterima nggak sebanding 
dengan risiko yang harus dihadapi," tuturnya.
Apa yang dimaksud dengan risiko itu? Ani lantas menceritakan pengalamannya 
dicurhati beberapa temannya yang dikawin kontrak pria Timur Tengah. "Mereka 
kebanyakan mengaku kewalahan dan kelelahan melayani pasangannya. Bahkan, ada di 
antaranya yang cerita sampai tersiksa lahir dan batin," paparnya.


Ani menambahkan, kebanyakan wanita yang mau dikawin kontrak berumur 28-32 
tahun. "Kalau masih muda seperti saya, banyak yang nggak mau," ujarnya. "Meski 
pekerjaanku menjual diri, aku kan juga harus pilih-pilih pasangan. Apa artinya 
dapat uang banyak kalau jadinya malah sakit semua. Apalagi sampai tersiksa 
batin," tegas ibu dua anak tersebut. Cecep, salah seorang calo, menambahkan, 
memang tak mudah mencari wanita yang mau dikawin kontrak. Mereka yang menjadi 
istri kontrakan turis Timur Tengah, lanjut dia, harus siap fisik dan mental.  
Para istri harus selalu bersedia kapan pun dibutuhkan. Sebab, gairah para turis 
ras kaukasoid itu tak mengenal ruang dan waktu. Sekali "pengen", harus langsung 
dikabulkan saat itu juga.


Berdasar pengalaman menjadi penjaga vila selama lima tahun, Cecep sering 
melihat para turis Timur Tengah itu memenuhi hasrat seksualnya di sembarang 
tempat. Pernah dia melihat mereka melakukannya di taman kompleks vila. 
Siang-siang lagi! "Ya gituan, di depan umum. Tapi, bukan di depan umum di depan 
banyak orang. Di luar, tapi masih kompleks vila. Kami yang tahu ya ngelihat 
aja," ujarnya lantas tersenyum. "Kalau di luar saja seperti itu, apalagi kalau 
di dalam kamar," imbuhnya.  Selain itu, kata Cecep, wanita yang menjalani kawin 
kontrak harus siap atas segala konsekuensinya. Sering tidak ada yang mau 
memperistri wanita yang selesai menjalani kawin kontrak. Lelaki Cisarua 
telanjur menganggap, secara fisik, wanita yang selesai menjalani kawin kontrak 
sudah rusak. "Kalau sudah gitu, siapa yang mau?" katanya.


Akibatnya, kata Cecep, banyak di antara mereka yang akhirnya benar-benar 
menjadi pelacur setelah menjadi istri kontrak. Pelacur eks kawin kontrak itu 
pun tak beroperasi di daerah sekitar Puncak. Mereka lebih memilih kawasan 
remang-remang lain di Cisarua.
Kalaupun ada, citra wanita eks kawin kontrak dianggap jelek di dunia pelacuran 
Puncak. Pelacur seperti itu dianggap tak berkualitas dan sering mengecewakan 
pelanggan.


Rabu malam lalu (6/5), Jawa Pos sempat membawa salah seorang wanita pelaku 
kawin kontrak ke sebuah vila untuk keperluan wawancara. Salah seorang penjaga 
vila yang juga mucikari sempat melihat wanita tersebut. Lelaki itu lantas 
mengirim SMS kepada Jawa Pos. "Mas, bisa keluar sebentar?" ungkap penjaga itu 
dalam pesan singkatnya.  Saat ditemui, mucikari tersebut menyatakan bahwa 
kualitas wanita yang dibawa tidak bagus. "Ngapain Mas? Dia sering mengecewakan 
pelanggan. Dia itu mah, bekas wanita kawin kontrak. Saya bisa carikan yang 
lebih bagus," katanya setengah berbisik.


Dunia remang-remang juga penuh persaingan. Antara satu mucikari dengan yang 
lain merasa memiliki stok wanita lebih baik. Karena itu, begitu ada wanita eks 
kawin kontrak yang dibawa mucikari lainnya, hal tersebut menjadi bahan 
pergunjingan. Akibatnya, umumnya mucikari enggan menjadi mucikari para wanita 
eks kawin kontrak. Para pelaku kawin kontrak umumnya bukan penduduk asli 
Cisarua. Mereka biasanya berasal dari daerah lain di sekitar Bogor. Umumnya 
berasal dari daerah yang masih sejalur dengan kawasan Puncak. Di antaranya, 
Bandung dan Cianjur.


Tapi, tidak semua wanita yang dikawin kontrak punya cerita menyedihkan. Salah 
satunya dialami Dewi, sebut saja namanya demikian. Ibu dua anak tersebut 
mengaku sudah dikontrak menjadi istri seorang pria asal Iran untuk jangka empat 
tahun. Nilai kontraknya mencapai Rp 70 juta.
"Baru dua tahun ini berjalan," ujar wanita 28 tahun yang tinggal di Gandamanah 
tersebut kepada Jawa Pos saat ditemui di sebuah vila di Kampung Tugu Selatan, 
Puncak, Cisarua, Bogor, Rabu pekan lalu (6/5).


Dia lantas menceritakan, perkenalannya dengan pria asal Iran tersebut terjadi 
pada 2007. Namanya Abdul, berumur sekitar 40 tahun. Keduanya kemudian menikah 
secara kawin kontrak di sebuah rumah kontrakan milik Dewi.
Setelah menikah, Dewi lantas dibawa ke vila yang sudah disewa Abdul di kawasan 
Tugu Selatan. Karena sudah diikat tali perkawinan kontrak, hubungan layaknya 
suami-istri pun mereka lakukan.


Dewi mengungkapkan, nafsu suami kontrakannya itu berbeda dari lelaki pada 
umumnya. Dalam sehari, lebih dari lima kali dirinya harus melayani. Itu pun tak 
boleh ditolak. "Ya bagaimana lagi. Saya juga sudah teken kontrak," katanya.

Tapi, dia menampik anggapan bahwa hubungan tersebut dilakukan di tempat umum. 
"Ya enggak lah. Memang kadang-kadang rewel kayak anak kecil. Tapi, tidak pernah 
kalau sampai di tempat umum," tegasnya.


Tahun pertama pernikahannya, kata Dewi, hubungan keduanya berjalan tiga bulan. 
Yakni, antara Mei hingga Juli. Setelah itu, Abdul kembali ke negaranya. Selama 
ditinggal pergi suaminya, Dewi tidak tinggal di vila. Dia kembali ke rumahnya. 
"Pokoknya kalau suami datang, saya menginap di vila. Kalau dia pergi ke 
negaranya, ya saya balik lagi ke rumah sendiri," jelasnya.


Namun, musim Arab tahun ini, Abdul tak juga mengunjungi Dewi. Padahal, biasanya 
akhir April dia sudah datang. Namun, hingga memasuki Mei, dia tak juga datang. 
Kendati ditinggal, Dewi tak punya niat untuk kabur.  Dia juga berharap suaminya 
itu datang. Bukan karena cinta. "Dia kan baru bayar separo dari nilai kontrak. 
Jadi, ya saya tunggu dulu. Janjinya sih sisanya mau dibayar musim Arab tahun 
ini," ungkapnya. (bersambung/kum


      Coba Yahoo! Messenger 9.0 baru. Akhirnya datang juga! 
http://id.messenger.yahoo.com

Kirim email ke