14 Mei 2009 13:24:32

Pergi ke Puncak ketika Musim Turis Timur Tengah Tiba (3-Habis)

http://www.cenderawasihpos.com/detail.php?id=27802

Tergiur Rp 7 Juta Tiga Bulan, Lupa Suami Sah

Menjadi istri kontrak turis Timur Tengah bisa untung, tapi bisa juga buntung. 
Jika sedang untung, si istri bisa sampai diboyong ke tanah Arab.

AGUNG PUTU ISKANDAR, Bogor
Di kalangan para turis Timur Tengah yang sedang berburu istri kontrak di
Cisarua, Bogor, nama Asep cukup dikenal sebagai perantara alias makelar.
Kebanyakan pria Timur Tengah itu sreg pada pilihan Asep. Sebab, dia tahu betul 
selera mereka.

Menurut Asep, nasib wanita yang menjadi istri kontrak pria Timur Tengah, kalau 
tidak untung, ya buntung. Mereka yang beruntung mendapat suami kontrak baik 
hati bisa meraup banyak uang. Sebaliknya, mereka yang mendapat suami pelit 
hanya memperoleh uang dari nilai kontrak saja. Tak ada yang lain. "Itu 
bergantung si wanitanya," kata Asep.


Dia lantas menceritakan beberapa kiat yang dilakukan sejumlah istri kontrak 
agar suaminya mau mengeluarkan uang ekstra. "Paling sering, mereka mengajak 
suaminya jalan-jalan ke mal," ungkapnya.


Nah, saat jalan-jalan itulah, kata dia, para istri bisa bermanja kepada 
suaminya agar mau mengeluarkan uang untuk membelikan beragam barang yang 
diinginkan.Mulai baju hingga kebutuhan rumah tangga. Tak jarang, sang suami 
diajak jalan-jalan ke Taman Safari yang tak jauh dari vila tempat mereka 
tinggal.


Turis Timur Tengah yang paling disukai untuk dijadikan suami kontrak adalah 
mereka yang baru pertama datang ke Cisarua. "Sebab, biasanya mereka itu paling 
gampang mengeluarkan duit. Kalau sudah begitu, bukan hanya wanitanya yang 
untung, kami sebagai perantara juga kecipratan dapat uang," tuturnya. "Mereka 
itu kalau bayar ojek bisa sampai Rp 100 ribu sekali jalan. Kalau pas naik 
angkot, bayarnya bisa sampai Rp 20 ribu. Mobil rental pun laris," ujar lelaki 
berambut gondrong dikucir tersebut.


Kehadiran turis Timur Tengah memang menggairahkan roda perekonomian di kawasan 
Puncak. Karena menjadi destinasi rutin, sejumlah fasilitas wisata menjamur di 
kawasan Puncak. Di antaranya, rental mobil (mobil yang disewakan umumnya Suzuki 
APV dan sejenisnya), jasa penukaran uang asing, travel agent, hingga penatu. 
Semua penyedia jasa itu bahkan membuat papan nama dalam dua bahasa, yakni Arab 
dan Indonesia.


Namun, kata bapak satu anak itu, umumnya turis Timur Tengah yang dermawan 
adalah mereka yang baru kali pertama menjalani kawin kontrak. Mereka yang 
berpengalaman dan makan asam garam Puncak justru lebih pelit. "Nggak tahu 
apakah mereka tidak tahu atau karena memang baik mungkin ya," katanya. Mereka 
yang sudah sering ke Puncak biasanya malah pelit. "Bahkan, pelitnya lebih dari 
orang-orang sini," tegasnya.


Husin, calo lainnya, menuturkan, soal pelit atau dermawan sebenarnya bergantung 
kualitas istri kontrak. Istri yang benar-benar disukai suami akan benar-benar 
dimanja dengan fasilitas serta uang pemberian di luar nilai kontrak.. Bahkan, 
istri yang berkesan di hati suami akan ikut diboyong ke tanah air sang suami.

"Dulu ada yang seperti itu. Setelah musim Arab selesai, dia dibawa ke Arab. 
Katanya sih si suaminya suka, makanya dibawa. Nah, karena itu, ada beberapa 
orang sini yang pengen diperistri orang Arab. Siapa tahu bisa dibawa ke sana," 
ungkapnya.


Husin ragu wanita yang dibawa ke Arab itu akan benar-benar menjadi istri sah 
suaminya. Sebab, suami tersebut pasti memiliki istri sah di negaranya. "Kalau 
kata tetangga sih, dia di sana dijadiin pembantu. Mungkin enakan gitu kali ya. 
Jadi, kalau istrinya pergi, bisa main sama pembantunya," ujarnya lantas 
tergelak.

***

Namanya Ida, sebut saja demikian. Usianya sekitar 30 tahun. Wanita yang mengaku 
tinggal di Desa Gandamanah tersebut ditinggal suaminya bekerja di Malaysia 
sejak setahun lalu. "Suami saya pamit kerja di sana dua tahun. Katanya pulang 
2010," ujarnya.


Awal 2008, Ida melihat banyak wanita di sekitar rumahnya yang menjalani kawin 
kontrak. Mereka, kata wanita berambut sebahu itu, terlihat hidup glamor karena 
menerima banyak uang. "Iya kan kelihatan. Rambutnya dicat, terus ada yang bisa 
beli sepeda motor," ungkapnya.

Salah seorang rekannya yang menjadi istri kontrak lantas menawari dirinya untuk 
menjadi istri kontrak. Awalnya Ida enggan. Namun, karena kiriman dari suami 
seret dan tak terlalu banyak, dia pun tergiur. Akhirnya, dia pun meneken kawin 
kontrak selama tiga bulan pada awal Mei lalu. "Lumayan sih. Cuma tiga bulan 
bisa dapat Rp 7 juta. Kerja saja nggak bisa dapat segitu," ujarnya.


Tampaknya, Ida pintar memanfaatkan situasi. Dia tak mau kalau hanya mendapat 
uang kontrak. Strategi meraup uang lebih banyak pun dia jalankan. Yakni, 
mengajak suaminya yang orang Kuwait itu berjalan-jalan. Mulai mal, pasar 
tradisional, hingga Taman Safari, Bogor. Bahkan, tak jarang dia minta uang saku 
harian. "Biasanya sekali ngasih bisa sampai Rp 250 ribu. Lumayan kan," katanya 
lantas tersenyum.

Dia pun minta dibelikan sejumlah barang. Mulai pakaian, kamera digital, hingga 
ponsel. "Saya pengen minta dibelikan sepeda motor. Tapi, masih belum berani. 
"Nanti saja kalau waktunya tepat," ucapnya.


Apakah tidak takut ketahuan suami" Ida menggeleng. Menurut dia, suaminya tak 
bakal pulang sampai 2010. Sebab, suaminya itu bekerja di sebuah perusahaan 
perkebunan di Malaysia. Untuk pulang sewaktu-waktu, tak bisa seenaknya.

"Kalau nanti curiga, ya tinggal bilang saja kalau saya di sini kerja. Habis, 
kirimannya juga nggak banyak," tuturnya. (kum) 



      Lebih bersih, Lebih baik, Lebih cepat - Yahoo! Mail: Kini tanpa iklan. 
Rasakan bedanya! http://id.mail.yahoo.com

Kirim email ke