---------- Forwarded message ----------
From: H Surtiwa <[EMAIL PROTECTED]>
Date: Sep 18, 2008 8:08 AM
Subject: Re: Turki: Buka puasa dikiri; Minum bir di kanan
To: Dikdik Burhanudin <[EMAIL PROTECTED]>

Ceuk abdi mah..tos seur anu aklakuan siga di Turki di Indo teh...cobi
tolektak di kota2 ageung...

On 9/18/08, Dikdik Burhanudin <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
>  Tong di turutaaaaannn nya,. TURKI ( Turunan Kidul ).
>
>
>  ------------------------------
>
> *From:* Ragil.M [mailto:[EMAIL PROTECTED]
> *Sent:* Wednesday, September 17, 2008 3:48 PM
> *To:* Yuliadi; Yayan Mulyana US; YADI supriadi wendy; Wirabudiman; Waluya,
> Dani R; Waliwis Bodas; Ua Tito Suryana US; ua duq; [EMAIL PROTECTED];
> teh Imas; tantan hermansah; syam ridwan; [EMAIL PROTECTED]; Sumarna, Nana;
> suhendin; Roro Rohmah; Rahadi Kurniawan; Rachmat Hasan; R. Duli Dimyati D.;
> Pituin; Panzi; oman abdurahman; [EMAIL PROTECTED]; Niskala Senja;
> ndoell; MSasmita; MRachmat Rawyani; mj; Miih M.Rafly; mh; Marwan Faizal A.
> Bachtiar; mangucup88; Maman Gantra; Lia Mulyawati; Kuring Jualan;
> [EMAIL PROTECTED]; Kebo Hideung; kang_boim US; Kang Yaya Rukayadi
> US; kang Ule US; Kang murdi Pacifique US; Kang Kamal Idris US; Kang deny
> suwarja US; Jay; Jalak Pakuan; jaja; iva wanti; irpan rispandi; Ikmal;
> [EMAIL PROTECTED]; Gunawan Yusuf Miarsadireja; Giawati; Ganles
> MGM; firman raharja; euis US; Emod Morales; Eko Ruska Nugraha; Eddy Nugraha;
> Dikdik Burhanudin; Didi; Dadi Kurniadi; [EMAIL PROTECTED];
> Bahrudin; [EMAIL PROTECTED]; amirrullah idris; Aldo Desatura T; Abu Kasya;
> Abbas Amin; Heryadi, Eddy
> *Subject:* Turki: Buka puasa dikiri; Minum bir di kanan
>
>
>
> Oleh Akhmad Kusaeni
>
> Jakarta (ANTARA News) - Inilah cerita tentang kota Istanbul, Turki, di
> bulan
> Ramadhan. Di sepanjang jalan kawasan Kodikoy Carsi, banyak sekali restoran
> dan
> cafe bernuansa perpaduan Eropa dan Asia.
>
> Orang berlalu-lalang dengan macam ragam penampilan. Ada wanita cantik
> berpakaian
> seronok berjalan glendotan dengan lelaki berkaos oblong dan bercelana jeans
> belel. Ada yang anggun berjilbab beriringan dengan pria berjanggut berbaju
> gamis. Turis-turis asing juga hilir mudik di sana.
>
> Menjelang adzan maghrib, inilah yang hanya terjadi di Turki: Muslim yang
> berbuka
> puasa harus berbaur dengan kelompok sekuler di restoran kawasan Kodikoy
> Carsi.
>
> Restoran yang menyediakan iftar (hidangan buka puasa) juga menyajikan bir,
> anggur dan minuman keras lainnya. Yang buka puasa di meja kiri, yang minum
> bir
> di meja kanan.
>
> "Inilah keunikan negeri kami," kata Erhan Takepe, warga Turki yang menjadi
> staf
> lokal KBRI Ankara.
>
> Ini menarik karena di Turki, seperti dikemukakan wartawan Turkish Daily
> News
> Mustafa Akyol, iftar dan minuman keras mewakili dua hal yang berbeda 180
> derajat, bahkan mendorong terjadinya konflik budaya.
>
> Muslim Turki yang taat menganggap alkohol haram, bukan hanya meminumnya,
> tapi
> sekedar menggunakan minyak wangi beralkohol juga dijauhi.
>
> Tapi, warga Turki lain yang sekuler, menganggap minum minuman keras,
> termasuk di
> bulan Ramadhan, adalah hal yang lumrah saja. Hanya sedikit yang berhenti
> minum-minum untuk menghormati warga yang puasa.
>
> Dari 70 juta jiwa penduduk Turki, mayoritas beragama Islam, meskipun
> sebagian
> hanya "Islam KTP". Menurut Mustafa Akyol, sebanyak 60 persen dari total
> populasi
> Muslim Turki menjalankan puasa. Artinya, 40 persen lainnya bebas makan
> minum di
> bulan Ramadhan.
>
> Yang berpuasa dan tidak berpuasa bisa jalan beriringan. Inilah hebatnya
> atau
> anehnya Turki. Kalau di Indonesia, orang makan minum di jalan waktu
> Ramadhan
> pasti sudah ditonjok, paling tidak ditegur.
>
> "Di Turki, yang berpuasa dan yang tidak puasa, saling tidak peduli," kata
> Erhan
> yang sudah hampir 15 tahun bekerja di KBRI.
>
>
> Tak ada pembatas
>
> Necmi Oscan, pelayan restoran Kofte & Balikevi, mengatakan pihaknya selain
> menyajikan iftar bagi yang puasa, juga menjual minuman keras dari mulai
> bir,
> anggur, sampai vodka. Pengunjung restoran bisa duduk dimana saja mereka
> suka.
> Tidak ada pembatasan ruangan untuk yang Muslim dan yang sekuler.
>
> "Di Turki tidak ada masalah. Yang puasa silahkan berbuka, sementara
> temannya
> menenggak bir. Mereka duduk di meja yang sama. Tidak peduli, semua senang.
> Ini
> Turki kawan, bukan Indonesia," kata Oscan.
>
> Turki sampai saat ini masih sangat kuat memegang sekularisme. Terhitung,
> sejak
> ambruknya Khilafah Islamiyah Turki tahun 1924, negeri itu menjadi simbol
> sekulerisme dipelopori pendiri Turki sekuler, Mushtafa Kamal Ataturk.
>
> Di negeri itu, masalah agama dipisahkan dari masalah kenegaraan dan
> kemasyarakatan. Agama menjadi wilayah pribadi sehingga tidak penting bagi
> negara
> dan pemerintah mengurusi pelaksanaan ibadah puasa atau haji.
>
> Oleh karena itu di Istanbul, misalnya, tidak pernah ada aturan dari kantor
> walikota untuk menutup tempat hiburan atau melarang penjualan minuman keras
> selama Ramadhan.
>
> Tidak pula ada kelompok massa yang merusak bar, pub, karaoke, panti pijat,
> atau
> diskotik.
>
> Akan tetapi tidak ada pula yang meramaikan bulan suci secara berlebihan
> dengan
> spanduk-spanduk "Marhaban Ya Ramadhan", televisi-televisi yang hingar
> bingar
> dengan acara bernuansa Ramadhan atau orang-orang di kampung yang
> membangunkan
> sahur dengan menabuh beduk, kentongan atau tiang listrik.
>
> Itulah suasana bulan ramadhan di Istanbul, Turki. Apa yang terjadi di
> kawasan
> Kadikoy Carsi mungkin bisa menunjukkan prototipe Turki sekarang ini.
> Seperti
> dikemukakan Adnan Oktar, cendikiawan Muslim yang di dunia lebih dikenal
> dengan
> nama pena Harun Yahya, Turki kini berada di persimpangan jalan.
>
> Apakah negeri itu akan kembali meraih kejayaan Ottoman Empire di masa lalu
> atau
> melesat menjadi bangsa Barat yang bebas di masa depan.
>
> "Islam kembali bangkit di Turki, dan negeri ini siap mendorong renaissance
> Muslim di Eropa," katanya.
>
>
> Sangat khawatir
>
> Bagi kaum sekularis, mereka makin banyak melihat wanita-wanita berjilbab di
> tempat umum. Mereka menjadi sangat khawatir Turki akan menjadi Iran atau
> Arab
> Saudi.
>
> Sebaliknya, kaum Muslim konservatif, terus-menerus mengeluh adanya erosi
> moral
> dan nilai-nilai keluarga serta berkembangnya budaya hedonisme di masyarakat
> Turki.
>
> Mustafa Akyol melihat Turki sekarang berada di tengah-tengah. Negeri itu
> belum
> seperti Teheran, bukan pula seperti Amsterdam. Turki kini menjadi, meminjam
> istilah kolumnis Haluk Sahim, sebuah "strangeland". Negeri yang unik dan
> aneh,
> negeri yang bukan ini dan bukan itu.
>
> Yang jelas, Turki masa kini adalah sebuah negeri yang memiliki masyarakat
> heterogen dan penuh warna, yang mengalami kehidupan bersama (Islam,
> Nasrani,
> Yahudi) secara damai selama 500 tahun.
>
> Kodikoy Carsi merupakan miniatur Turki dimana terdapat kehidupan damai
> antarwarga yang berbeda serta berlainan agama. Hanya di Kodikoy Carsi,
> santri
> dan abangan bisa berdampingan. Hanya di Kodikoy Carsi yang beriman dan
> pendosa,
> fundamentalis dan sekularis, bisa bersenda gurau.
>
> Karena hanya di Kodikoy Carsi di masa Ramadhan ini, orang bisa buka puasa
> dengan
> khidmat tanpa terganggu dengan pendosa yang menenggak minuman keras. Iftar
> di
> kiri, bir di kanan, tidaklah menjadi masalah. Ini Turki, bung!(*)
>

Kirim email ke