Taneuh sabeulah lapangan Gazibu Bandung, cenah mah pindah kaboga, nu tadina 
boga Pemda Provinsi Jabar, ayeuna pindah kaboga "balik deui" ka ahli waris nu 
boga baheula jaman kolonial. Sababna kaputusan PK MA. Duka kumaha tah urusanana 
da ayeuna mah, didinya teh geus ngaradeg kantor-kantor pamarentah.

Tapi lain gazibu wae, Dago Tea House oge digugat. Rame yeuh, saperti beja 
dihandap ieu:

Jumat, 16/10/2009 11:11 WIB
Aset Pemprov Jabar Digugat 
Setelah Gasibu, Dago Tea House yang Terancam Pindah Tangan
Erna Mardiana - detikBandung

Bandung - Gugatan terhadap aset Pemprov Jabar, tak hanya terjadi untuk lahan 
Gasibu saja, pada 2008 lalu sebelas ahli waris keturunan Muhada bon Murhalim 
menggugat Taman Budaya Jabar atau Dago Tea House yang luasnya 9.860 meter 
persegi di Jl Ir Djuanda (Dago).

Mereka mengklaim bahwa kawasan Dago Tea House miliknya berdasarkan Letter C No 
6038 Percil No 18 D IV.

Ahli waris Muhada yang diwakili Ny Odah, Ny Epon, dan Endang Bakli, mengugat 
Dago Tea Hause ke PN Bandung dengan No Perkara N. 203/Pdt/G/2008/PN.Bdg.

Gugatan ahli waris terhadap tanah Dago Tea House, juga pernah dilakukan ahli 
waris, yakni tahun 1984. Saat itu, dalam putusannya PN Bandung dan Pengadilan 
Tinggi (PT) Bandung memenangkan pihak penggugat. Namun, ditingkat kasasi dan 
peninjauan kembali (PK) di Mahkamah Agung, sengketa itu dimenangi tergugat 
(Pemprov Jabar dan Universitas Padjadjaran). Putusan PK turun 31 Oktober 1992.

Setelah 16 tahun, pada Desember 2008 ahli waris kembali melayangkan gugatan. 
Salah satu alasannya, adanya bukti baru dari seorang saksi pegawai Kec. 
Coblong, Kota Bandung yang menyebutkan bahwa tanah Dago Tea House tercantum 
dalam buku tanah C atas nama Murhalim, meskipun tidak tercantum dalam buku A 
maupun B.

Hingga saat ini kasus ini masih dalam tahap persidangan di PN Bandung.
(ern/ema)
 

Kirim email ke