Menag ngajak poe Lebaran sarua, henteu beda-beda. Tapi bisa kitu disaragamkeun?
Ormas Islam Diminta Satukan Kalender Islam Sabtu, 02 Aug 2008 | 17:19 WIB TEMPO Interaktif, MALANG:Menteri Agama Muhammad Maftuh Basyuni, menyerukan kepada seluruh umat Islam yang terwakili dalam organisasi kemasyaratan Islam, untuk mempunyai semangat dan sikap bersama dalam penentuan awal Ramadan, awal Idul Fitri (1 Syawal) dan awal Idul Adha. Menurut Basyuni, berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya, perbedaan di antara umat Islam dalam menentukan awal dan akhir Ramadan, misalnya, dapat menimbulkan perselisihan kecil tapi mempengaruhi stabilitas keamanan dan ketenteraman masyarakat. "Ya, perbedaan stadar penentuan kalender Islam, khususnya penetapan 1 Ramadan dan 1 Syawal sangat menghantui kita dan mengganggu ketenteraman di masyarakat," kata Basyuni seusai membuka acara Halaqoh Internasional Alim Ulama dan Orientasi Hisab Rukyah di Pondok Pesantren Miftahul Huda, Desa Mojosari, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Sabtu (2/8). Perbedaan itu berpangkal pada penggunaan metode hisab dan rukyat yang dirujuk masing-masing ormas Islam. Pihaknya sudah lima kali menggelar pertemuan dengan sejumlah ormas Islam untuk mencari metode bersama, tapi hasilnya belum memuaskan. "Metode itu kita susun dalam satu kitab yang bisa dijadikan rujukan bersama. Memang susah menyatukan perbedaan-perbedaan itu, tapi kita akan terus melakukan pendekatan-pendekatan kepada ormas-ormas Islam sehingga suatu saat ada satu patokan yang sama yakni 'mengawinkan' hisab dan rukyah," kata Basyuni. Basyuni juga menyampaikan penghargaan yang tinggi pada Majelis Ulama Indonesia yang terus berusaha secara konsisten untuk menyatukan seluruh ormas Islam agar mereka bersepakat dalam penentuan 1 Ramadan, 1 Syawal, dan pelaksanaan Idul Adha. "Satu-satunya caranya adalah sering-seringlah kita mengadakan kegiatan seperti halaqah ini. Perbedaan itu rahmat, tapi kita terus berikhtiar agar jangan sampai perbedaan-perbedaan itu justru menimbulkan perselisihan dan bahkan konflik di antara umat." Abdi Purmono