Mengomentari Editan The Ninth
---Anwar Holid

Beberapa hari sebelum acara publisitas The Ninth (Anak Kesembilan) karya Ferenc 
Barnás (GPU, 2010, 296 hal.) di Rumah Buku/Kineruku, Bandung, saya menerima 
email dari Andika, seorang peresensi. Dia bertanya, "Seberapa puas kamu dengan 
The Ninth edisi bahasa Indonesia? Adakah kesulitan dalam penyuntingannya?"

Saya jawab: Secara pribadi, saya sangat puas dengan proses penerbitan buku ini. 
Vira (penerjemah) mengerjakan buku ini dengan baik dan luwes. Mbak Katalin B. 
Nagy menyelaraskan terjemahan itu pada edisi asli berbahasa Hongaria, meski 
Vira menerjemahkan dari edisi Inggris karya Paul Olchváry. Jadi menurut saya 
proses editingnya ketat, sungguh-sungguh, dan mestinya memang begitu bila 
hendak menerbitkan buku dengan baik. 

Kepuasan ini nanti bisa dikonfrontasikan dengan komentar awal Ari Jogaiswara, 
dosen Jurusan Sastra Inggris Universitas Padjadjaran yang mengomentari The 
Ninth. Ari bilang fungsi Vira mirip Transtool. Saya cukup terkejut dengan 
pernyataan itu, menyimpan dalam hati, tapi belum bisa mengonfirmasi lebih jauh. 
 Mbak Katalin sendiri menyatakan betapa Ari menyampaikan pendapat yang berbeda 
sekali soal terjemahan itu waktu dia dan Ferenc bertemu di Rumah Buku.

Selama proses editing, saya, mbak Katalin, dan mbak Anastasia (pihak GPU) cukup 
intens berdiskusi, mulai dari soal diksi, struktur penulisan, sampai pilihan 
terhadap kemasan buku. Pekerjaan utama saya ialah berusaha membuat kalimat agar 
lebih efektif dan mudah dipahami. Misal mengurangi kata 'yang' karena 
penggunaannya terlalu ekstensif, juga penggunaan 'tidak' untuk menyatakan 
negasi. Contoh:

tak berperasaan --> keterlaluan

Sebagian besar penggunaan 'tidak' untuk menyatakan negasi saya ubah. Yang saya 
biarkan ialah untuk menegaskan atau bila padanan lebih kuatnya terlalu sulit 
saya temukan.

Karena berpihak pada kemudahan pembacaan (readability), saya sempat mengganti 
beberapa diksi yang tampak cukup asing dan sulit, meski kalau digunakan 
berpeluang mengayakan kosakata buat pembaca. 

Contoh diksi pilihan mbak Katalin, 'hoskut.' Kata ini terdengar sulit dan 
asing; saya agak yakin pembaca harus buka kamus untuk memastikan artinya. Saya 
tanya istri, apa dia tahu 'hoskut' (baju yang dipakai perempuan), ternyata 
tidak. Saya usul agar diganti dengan 'daster' atau 'jubah.' Akhirnya kami 
sepakat memilih 'jubah', dengan komentar mbak Katalin sebagai berikut: 'Jubah' 
dalam (seluruh) teks dipakai untuk menyebut pakaian pastor, maka mudah-mudahan 
jelas bahwa yang dipakai Mama adalah 'jubah' lain. Sebenarnya pakaian Mama 
berbentuk seperti mantel tanpa lengan. Pokoknya pakaian wanita yang biasa 
dipakai di dalam rumah. (Di internet saya temukan hoskut n: a loose hoskut bagi 
perempuan [syn: pakaian rumah untuk wanita], gaun tidur atas). Tetapi jelas, 
kalau istilah ini tak dipakai dalam bahasa sehari-hari, sebaiknya dibatalkan.

Awalnya saya juga sengaja cukup sering memecah paragraf terlalu panjang dan 
mengubah struktur penuturan yang menurut saya sulit dipahami. Tujuannya 
betul-betul untuk memudahkan pembaca. 

Perubahan drastik misalnya saya lakukan di bagian akhir bab sembilan, yaitu di 
bagian percakapan waktu anak ke sembilan diinterogasi. Saya membuat percakapan 
itu ke bawah (jadi paragraf baru), padahal teks aslinya terus bersambung tanpa 
paragraf. Pertimbangannya, selain demi memudahkan pembacaan, saya kira tindakan 
itu akan bisa menguatkan situasi. Sebaliknya, mbak Katalin ingin mempertahankan 
teks sebagaimana aslinya. Setelah mendapat masukan dari mbak Anas, kami memecah 
bagian itu hanya jadi tiga paragraf---jadi bentuk aslinya hanya berubah 
sedikit, namun keinginan memudahkan pembaca juga tercapai. Pada akhirnya 
struktur edisi Indonesia lebih setia pada edisi Hongaria. 

Salah satu kesulitan yang saya hadapi waktu menyunting naskah ini justru di 
detail. Misal soal istilah bangunan dan soal "rasa bahasa." Bisa jadi ini 
karena jam terbang penyuntingan saya masih sedikit.

Ejaan juga begitu. Di buku ini kami memilih Moskow dengan pertimbangan GPU, 
Tempo, dan Kompas lebih memilih itu daripada Moskva ataupun Moscow (b. 
Hongaria: Moszkva). Menurut kami, pilihan itu lebih banyak disepakati umum.

Walhasil, pembaca bebas menanggapi dan menerima upaya penerbitan The Ninth dari 
segala aspek, terlebih-lebih dari sisi penyuntingan. Secara keseluruhan saya 
ingin sekali lagi menegaskan betapa edisi Indonesia ini berutang banyak pada 
kerja keras mbak Katalin. Kita pantas memberikan kredit kepadanya. Saya sendiri 
sering merasa rewel (bawel) terhadap buku yang jelek penyuntingannya. Sekarang 
giliran saya menerima kritik, apa buku yang ikut saya kerjakan ini memuaskan 
atau mengecewakan.[]3/19/2010

Anwar Holid, editor, penulis, dan publisis. Blogger @ 
http://halamanganjil.blogspot.com. 

KONTAK: war...@yahoo.com | HP: 085721511193 | Panorama II No. 26 B Bandung 
40141.

Link terkait:
http://www.gramedia.com
http://www.ferencbarnas.com


      

Kirim email ke