Para wargi, Sakumaha geus dicaritakeun ti heula, dina salah sahiji respon kuring kana email abah Abbas, ayeuna melak pare dina pot geus bisa pisan digawean. Kang Sobirin (id na di FB: Supardiyono Sonbirin), contona, salah saurang aktivis lingkungan di Bandung, urang wetan anu reueus jeung hayang disebut "urang Sunda" wae, geus ngabuktikeun. Pon kitu deui para panalungtik pertanian di Univ. Siliwangi Tasikmalaya geus ngabuktikeun kasuksesanana.
Dihandap ieu kahaturkeun komentar si kuring kana pelak pare dina pot ti Kang Sobirin dna salah sahiji tagna ka FB kuring. Hapunten henteu di-Sundakeun: # Gagasan tanam padi dalam pot, tentunya pot-pot tsb ditempatkan di pekarangan atau di sekitar rumah baik sekali pak. Apalagi jika tanaman padi tsb sudah menggunakan konsep pertanian organik, dan hasilnya sudah terbukti baik (Saya pernah baca juga percobaan yang berhasil tanam padi seperti di lingkungan Univ, Siliwangi di Tasikmalaya Izinkan saya mengkaitakn konsep tanam padi dalam pot dari bp ini dengan isu perubahan iklim dan kelangkaan lahan tani kita. Prediksi perubahan iklim yang, katanya, ke depan akan lebih banyak variabiilitas iklim yang merugikan pertanian (kekeringan atau pun banjir), sehingga produksi pertanian atau keamanan pangan akan terancam. Selain itu, di perkotaan atau daerah-daerah urban, lahan pertanian semakin berkurang. Sementara itu, kepadatan penduduk semakin terkonsentrasi di derah tsb. Ini memberikan ancaman pula terhadap keamanan pangan-khususnya beras - atau, kalau pun ada, harganya menjadi mahal. Dalam situasi seperti itu, tanam padi dalam pot-pot ini mungkin dapat dijadikan salah satu solus. Caranya, ya tinggal dihitung indeks jumlah pot tanaman padi per kebutuhan padi setiap KK atau setiap orang. Indeks ini akan menjadi acuan berapa jumlah pot tanaman padi ini untuk satu keluarga yang dapat menjamin pasokan beras untuk keluarga tsb per periode (katakan: per 3 bulan atau per 6 bulan). Lalu, Pemerintah menyediakan pot-pot rancangan pak Sobirin ini sekaligus dengan bibit-bibit padi organiknya komplit dengan pupuk organiknya. Der wae setiap keluarga menanam padi dalam pot di pekarangan rumah, di loteng atau di ruang- ruang kosong lainnya di sekitar rumah. Apakah setiap keluarga mampu mengurusnya? Bagi yang hobi tanam-tanaman dan ada cukup waktu sehari-hari di rumah, saya kira tidak sulit. Lagi pula tanaman padi tidak perlu setiap hari ditengok. Untuk yang sibuk, mungkin kita dapat mengupah atau menggunakan jasa para pekerja atau tukang ngurus pot padi ini. Ya semacam emang-emang yang ngurus sampah rumah kita setiap hari/minggu. Setiap RT dapat membuka training ngurus padi dalam pot. Atau, malah tanaman padi dalam pot di perumahan tsb dijadikan kegiatan RT-an. Yang harus dipikirkan mungkin hama yang mungkin timbul dari budidaya padi dalam pot ini. Maksud saya, selain hama kokod (pencuri), juga mungkin ada jenis-jenis hama baru sebagai implikasi hukum sebab akibat. Karena ada tanaman padi dalam pot di pekarangan rumah, mungkin jenis-jenis hama padi yang baru akan berkembang disamping hama laten yang dibawa dari pesawahan dan tentu saja hama kokod yang baru. Nah pak Sobirin dapat merancang budidaya atau kebudayaan baru masa depan: tanam padi dalam pot, lengkap dengan modul pelatihan para tukang ngurusnya. mesin panen dan prosesing pasca panennya. Siapa tahu ke depan, dari tanaman padi dalam pot di pekarangan rumah, ons-ons an beras mengalir triwulanan kedalam leuit kecil atau tempat penyimpanan beras ala "cosmos" di setiap dapur penduduk perkotaan. Selamat menanam padi dalam pot. # baktosna, manar