---------- Forwarded message ---------- From: Wikky FM <[EMAIL PROTECTED]> Date: 2008/3/24 Subject: [asgar_muda] Bergurulah kepada Rektor Baru UI To: [EMAIL PROTECTED]
Bergurulah kepada Rektor Baru UI Oleh S. SAHALA TUA SARAGIH PEMIMPIN perguruan tinggi (PT) yang tergolong sangat pintar di negeri ini pastilah banyak, baik yang berstatus rektor, ketua, direktur, Akan tetapi, pemimpin PT yang tergolong sangat cerdas (dalam arti luas) pastilah langka sekali. Di antara yang sangat langka itu tersebutlah Rektor Universitas Indonesia (UI) Depok, Jawa Barat, yang Panggilan akrabnya Unang. Usianya masih sangat belia. Unang menjadi pemimpin (rektor) termuda universitas tertua tersebut. Guru besar sosiologi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UI itu 1963. Selama ini, jabatan Rektor UI didominasi dosen Fakultas Kedokteran (FK). Unang merupakan orang ketiga yang bukan dosen FK yang berhasil meraih kedudukan yang sangat penting itu. Memangnya apa sih kehebatan Unang? Secerdas apakah dia? Mengapa kita menganjurkan para pemimpin PT di negeri ini untuk berguru kepadanya? Apakah bahan kampanyenya yang sangat memukau Majelis Wali Amanah (MWA) sehingga para pemimpin PT kita harus atau patut berguru kepadanya? Kita yakin, mayoritas (25 dari 30 orang) anggota MWA UI memilihnya jadi Rektor UI untuk periode 2007-2012, pastilah bukan karena para pemimpin partai politik pada masa kampanye pemilihan umum. Niscayalah, para anggota MWA UI jauh lebih percaya kepada apa yang telah diperbuatnya secara konkret selama memimpin FISIP UI ketimbang Unang jadi Dekan FISIP UI periode 2002-2006. Karena dianggap sukses, lalu dipilih lagi untuk masa bakti 2006-2010. Akan tetapi, baru lebih setahun memegang jabatan tersebut (periode kedua) ayah tiga anak itu sudah "naik kelas", menjadi rektor. Sungguh hebat. Apa sih yang telah diperbuatnya selama lima tahun memimpin FISIP UI? Yang pertama dan terutama pastilah perbaikan pendapatan atau kesejahteraan para dosen. Selain tetap menerima gaji sebagai pegawai negeri sipil (PNS), tiap dosen tetap FISIP UI menerima gaji (tambahan) rata-rata Rp 9 (sembilan) juta per bulan (Pikiran Rakyat, 23-7-2007). Sang dekan tidak memperkaya para pejabat saja. Kalau mau tahu caranya, dari mana sumber uang tersebut, tanyakan saja langsung kepada yang bersangkutan! Yang pasti, meskipun sosiolog, dia wiraswastawan ulung. jasa, termasuk jasa parkir kendaraan dan berbagai unit usaha lainnya. Kalau satu fakultas saja pun ternyata sudah mampu menghasilkan banyak fakultas bersatu atau bersinergi. Satu hal penting yang dan perlu kita catat, pendapatan utama fakultas yang dipimpinnya pastilah bukan "berjualan kursi" kepada para mahasiswa baru dengan harga yang sangat banyak sekali mahasiswa melalui jalur khusus atau nir-SPMB, sehingga diraup uang dalam jumlah yang sangat besar. Mungkin Unang berpikir, kalau cuma "berjualan kursi" sih siapa pun Sosiologi Universitas Bielefeld Jerman itu tahu betul, kunci utama dalam memajukan kualitas lulusan PT, serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), adalah para dosen tetap, dosen Kita jangan bermimpi mutu para sarjana tinggi, bila para dosen masih tetap melarat. Jangan berharap para dosen sempat mengembangkan iptek serta meningkatkan kualitas lulusan PT, bila mereka masih sangat sibuk "mengobjek" ke sana ke mari sekadar memenuhi berbagai kebutuhan pokok mereka sebagai dosen. Siapa pun tahu, gaji dosen yang berstatus pegawai negeri sipil (PNS) yang mengaku "wakil rakyat" (baca: DPR). Tiap bulan anggota DPR menerima kurang-lebih Rp 50 juta. Tak perlu pula kita membandingkannya kota/kabupaten yang jumlahnya kurang-lebih Rp 15 juta/bulan. Padahal, sebagian anggota DPR/DPRD cuma lulusan sekolah lanjutan tingkat atas Berapa gaji dosen berjabatan guru besar, bergelar doktor, berstatus PNS, dan sudah bekerja 25 tahun di perguruan tinggi negeri (PTN)? Jumlahnya Rp 3 (tiga) juta saja per bulan. Sungguh tak manusiawi dan rasional. Tentu tak ada orang yang tega berkata dengan sinis, siapa suruh jadi dosen? Siapa suruh jadi PNS? Ambisi besar Dalam soal peringkat PT di tingkat internasional, Unang rupanya memiliki obsesi dan ambisi besar. Paling lambat tahun 2012 UI sudah Asia, dan seratus besar di tingkat dunia atau sejagat. Beberapa di antara 3.000 dosen UI diharapkan pula mampu berhasil meraih hadiah Nobel di bidang fisika, ekonomi, sastra, dan lain-lain (Republika, 29/7). Obsesi besar rektor ini hanya mungkin terwujud bila semua dosen UI sudah hidup sejahtera, sehingga mereka dapat bekerja dengan benar-benar profesional. Mereka tak perlu lagi sibuk terus mencari objekan kelas kakap di departemen-departemen, perusahaan-perusahaan Ketika memimpin FISIP UI, Unang juga merangsang para dosen untuk menulis dan menerbitkan buku teks (ajar). Insentif atau perangsangnya cukup besar, kurang-lebih Rp 10 juta per judul buku. Para dosen yang menulis artikel opini di media cetak dan jurnal-jurnal ilmiah juga diberi honorarium. Keberhasilannya menghijaukan kampus FISIP UI, kini dilanjutkannya di awalnya sebagai Rektor dalam 100 hari pertama (Agustus-November 2007) adalah penghijauan kampus dan program naik sepeda. Semua dosen dan mahasiswa wajib naik sepeda dari tempat parkir kendaraan/terminal Kampus UI pun akan dijadikan tempat belajar biologi (tumbuh-tumbuhan) yang terbuka untuk umum. Selain itu, kampus UI juga akan dijadikan objek wisata lingkungan bagi umum (Kompas, 21/8). Obsesi besar lainnya terlalu lama UI (juga PTN-PTN besar lainnya di Pulau Jawa) didominasi para lulusan SMA Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, dan kota-kota besar lain (terutama di Pulau Jawa). Hampir semuanya mereka berasal dari keluarga kelas sosial-ekonomi menengah dan atas. Dahulu (1970-an dan sebelumnya) UI dan PTN-PTN unggulan lainnya di Kabupaten/Kotamadya di Tanah Air, termasuk yang berasal dari keluarga kelas sosial-ekonomi bawah (miskin) dari desa-desa atau daerah-daerah pedalaman. Di bawah kepemimpinannya, UI akan kembali menjadi tempat pedalaman, asal memiliki potensi akademik yang memadai. Orang-orang miskin boleh kuliah gratis dan memeroleh biaya hidup pula dari UI, atau mereka boleh kuliah sambil bekerja (dengan upah yang layak) di bunga) yang baru dicicil lima tahun setelah tamat. Para siswa SMA yang pernah berhasil meraih medali di olimpiade ilmu pengetahuan di tingkat internasional, seperti olimpiade matematika, fisika, komputer, akan ditarik menjadi mahasiswa UI tanpa seleksi. Mereka juga akan diberi beasiswa dalam jumlah yang memadai. Mereka Asia, dan sejagat. Intinya, para pemimpin PT di negeri ini dengan rendah hati memang patut berguru kepada Rektor baru UI. Kita berharap, tiap pemimpin PT di semua tingkatan harus berambisi PT haruslah berjiwa dan bersikap wiraswasta, jujur, bersih, disiplin dalam segala hal, anti-KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme), mengutamakan/mendahulukan kesejahteraan dosen (kemudian kesejahteraan menimba ilmu di PT. Selain itu, dia berambisi besar untuk menghasilkan lulusan yang bermutu tinggi (jauh lebih mengutamakan kualitas daripada kuantitas lulusan) serta mengembangkan iptek, memiliki kemampuan besar di bidang kepemimpinan dan manajemen, mampu berkomunikasi dengan baik kepada kampus. Kita percaya benar, hanya pemimpin yang mau terus bergurulah yang mampu membawa PT yang dipimpinnya ke jenjang terhormat.*** Penulis, dosen Jurusan Jurnalistik Fikom Unpad.