Saat Anggota DPR Tawuran Soal
BBM
Para Istri Anggota DPR Bicarakan Apartemen
Mewah Miliaran Rupiah
Jakarta, Kompas - Saat Rapat Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat yang
membahas kenaikan harga bahan bakar minyak yang diwarnai tawuran, sejumlah
istri anggota DPR justru membicarakan pembelian apartemen mewah yang
harganya miliaran rupiah. Fraksi Partai Amanat Nasional DPR menilai
tindakan tersebut merupakan komersialisasi lembaga DPR untuk kepentingan
bisnis.
"Kita jadi bertanya-tanya ada deal apa? Apalagi ini kan momentumnya
tidak tepat. Di tengah rakyat susah, kita malah diajak membicarakan
apartemen mewah yang miliaran," ucap Wakil Ketua Fraksi Partai Amanat
Nasional (F-PAN) Djoko Susilo, Jumat (18/3).
Pembicaraan soal apartemen mewah itu terjadi dalam Acara Silaturahmi
Persatuan Istri Anggota (PIA) DPR di Gedung Nusantara IV, Rabu (16/3).
Acara itu berbarengan dengan penyelenggaraan Sidang Paripurna DPR soal
bahan bakar minyak (BBM) yang waktu itu berlangsung sampai tengah malam
dan kemudian diskors.
Pertemuan silaturahmi para istri anggota Dewan itu sendiri diadakan
mulai pukul 10.00 hingga 13.00. Agenda utama adalah silaturahmi dan
pelantikan istri anggota DPR. Acara dipimpin oleh istri Ketua DPR Agung
Laksono, yaitu Sylvia Amelia Wenas. Di tengah- tengah acara diselipkan
presentasi penjualan Apartemen Sudirman Park yang harga satu unitnya mulai
dari Rp 350 juta sampai miliaran rupiah.
Penthouse Shangrila View, misalnya, harga tunai Rp 1,302 miliar.
Penthouse City View tunai Rp 1,173 miliar. Penthouse Poolside View A &
C Rp 1,237 miliar. Daftar harga apartemen itu dibagikan kepada tiap istri
anggota Dewan.
Kondisi para istri anggota DPR tersebut merupakan kejadian ironis,
setelah para anggota Dewan juga bersikeras meminta biaya operasional
ditingkatkan Rp 15 juta per bulan. Alasannya, gaji yang diterima tidak
mencukupi.
Menurut keterangan seorang staf pemasaran Sudirman Park yang waktu itu
hadir, sampai kemarin malam sudah ada enam anggota Dewan yang tertarik
dengan apartemen di Sudirman. Dia pun yakin bahwa beberapa hari kemudian
masih akan ada lagi anggota Dewan yang menelepon kembali.
Kendati demikian, tidak seluruh anggota Dewan memiliki kekayaan
melimpah. Karena itu, tidak sedikit pula anggota Dewan yang merasa
keberatan dengan acara tersebut. "Kalau istri saya pulang-pulang dari sana
minta dibelikan apartemen, kan bisa puyeng juga," ujar salah satu anggota
Dewan yang merasa kecewa dengan acara tersebut.
Komersialisasi DPR
F-PAN menyesalkan adanya presentasi apartemen mewah di Gedung MPR/DPR
tersebut. F-PAN menengarai bahwa tindakan tersebut merupakan
komersialisasi lembaga DPR untuk kepentingan bisnis.
Atas dasar itu, F-PAN pun secara resmi mengirimkan surat kepada Ketua
DPR Agung Laksono agar di masa-masa mendatang kegiatan semacam ini tidak
terulang lagi.
Surat itu ditandatangani Wakil Ketua F-PAN Djoko Susilo dan Wakil
Sekretaris F-PAN Tjatur Sapto Edy. Surat dikirimkan pada 18 Maret
2005.
Djoko yang dikonfirmasi mengenai adanya surat itu menduga bahwa acara
tersebut sudah direncanakan secara diam-diam oleh pengurus PIA DPR.
Pasalnya, menurut keterangan yang diperoleh dari sejumlah istri anggota
Dewan F-PAN, acara presentasi apartemen itu tidak ada dalam rencana
acara.
Sementara itu, Sylvia Amelia Wenas sampai kemarin petang belum dapat
dihubungi. Ketika dihubungi melalui telepon rumahnya, menurut Yanto, salah
satu petugas keamanan, Sylvia sedang pergi ke luar kota. Telepon seluler
Sylvia ketika dihubungi tidak ada jawaban. Kompas hanya mendengar suara
mesin penjawab otomatis.
Menurut Djoko, kegiata PIA DPR ke depan seharusnya lebih mengedepankan
kegiatan-kegiatan sosial, bukan malah komersial. "Dulu, ketika PIA
dipimpin Ibu Krisnina Maharani (istri Akbar Tandjung), kegiatan
komersialisasi malah dilarang," ucapnya.
(sut)