Bade kamana Kang Kusaeni......laporan sakaligus karatak..kiritik...tapi
kirang jelas...

"Kalau di Indonesia, orang makan minum di jalan waktu Ramadhan
pasti sudah ditonjok, paling tidak ditegur........' Naha leres ditonjok ?
kakara minggu pengker ka pasar Tanah Abang ngasuh incu..eta ningali di Food
Court seur Muslim anu nagngge jilbab anu henteu.lalaki pameget keur emamng
siang (saur ?)..teu suudzon sugan "sadayana keur dapet". tapi duka ah da
loba pisan....Indung..anak2 na nepi ka 4 tan...kitu  "keur dapat kebeh"
..atawa keur musafir ti Jak Sel ka Jak Pus ?..

Anu rada teu jelas eta Kang Kusaini ngontraskeun Muslim jeung kaum Sekuler.
naha anu dimaksad teh Muslim Sekuler ?  Atawa nanahaon ? Biasana Muslim
(jelema anu ngagem islam) sok dikontraskeun jeung Yahudi (Agama Yahudi0
atawa kaum Nazaroh (agama Kristen). ???.


On 9/17/08, Ragil.M <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
>  Oleh Akhmad Kusaeni
>
> Jakarta (ANTARA News) - Inilah cerita tentang kota Istanbul, Turki, di
> bulan
> Ramadhan. Di sepanjang jalan kawasan Kodikoy Carsi, banyak sekali restoran
> dan
> cafe bernuansa perpaduan Eropa dan Asia.
>
> Orang berlalu-lalang dengan macam ragam penampilan. Ada wanita cantik
> berpakaian
> seronok berjalan glendotan dengan lelaki berkaos oblong dan bercelana jeans
> belel. Ada yang anggun berjilbab beriringan dengan pria berjanggut berbaju
> gamis. Turis-turis asing juga hilir mudik di sana.
>
> Menjelang adzan maghrib, inilah yang hanya terjadi di Turki: Muslim yang
> berbuka
> puasa harus berbaur dengan kelompok sekuler di restoran kawasan Kodikoy
> Carsi.
>
> Restoran yang menyediakan iftar (hidangan buka puasa) juga menyajikan bir,
> anggur dan minuman keras lainnya. Yang buka puasa di meja kiri, yang minum
> bir
> di meja kanan.
>
> "Inilah keunikan negeri kami," kata Erhan Takepe, warga Turki yang menjadi
> staf
> lokal KBRI Ankara.
>
> Ini menarik karena di Turki, seperti dikemukakan wartawan Turkish Daily
> News
> Mustafa Akyol, iftar dan minuman keras mewakili dua hal yang berbeda 180
> derajat, bahkan mendorong terjadinya konflik budaya.
>
> Muslim Turki yang taat menganggap alkohol haram, bukan hanya meminumnya,
> tapi
> sekedar menggunakan minyak wangi beralkohol juga dijauhi.
>
> Tapi, warga Turki lain yang sekuler, menganggap minum minuman keras,
> termasuk di
> bulan Ramadhan, adalah hal yang lumrah saja. Hanya sedikit yang berhenti
> minum-minum untuk menghormati warga yang puasa.
>
> Dari 70 juta jiwa penduduk Turki, mayoritas beragama Islam, meskipun
> sebagian
> hanya "Islam KTP". Menurut Mustafa Akyol, sebanyak 60 persen dari total
> populasi
> Muslim Turki menjalankan puasa. Artinya, 40 persen lainnya bebas makan
> minum di
> bulan Ramadhan.
>
> Yang berpuasa dan tidak berpuasa bisa jalan beriringan. Inilah hebatnya
> atau
> anehnya Turki. Kalau di Indonesia, orang makan minum di jalan waktu
> Ramadhan
> pasti sudah ditonjok, paling tidak ditegur.
>
> "Di Turki, yang berpuasa dan yang tidak puasa, saling tidak peduli," kata
> Erhan
> yang sudah hampir 15 tahun bekerja di KBRI.
>
>
> Tak ada pembatas
>
> Necmi Oscan, pelayan restoran Kofte & Balikevi, mengatakan pihaknya selain
> menyajikan iftar bagi yang puasa, juga menjual minuman keras dari mulai
> bir,
> anggur, sampai vodka. Pengunjung restoran bisa duduk dimana saja mereka
> suka.
> Tidak ada pembatasan ruangan untuk yang Muslim dan yang sekuler.
>
> "Di Turki tidak ada masalah. Yang puasa silahkan berbuka, sementara
> temannya
> menenggak bir. Mereka duduk di meja yang sama. Tidak peduli, semua senang.
> Ini
> Turki kawan, bukan Indonesia," kata Oscan.
>
> Turki sampai saat ini masih sangat kuat memegang sekularisme. Terhitung,
> sejak
> ambruknya Khilafah Islamiyah Turki tahun 1924, negeri itu menjadi simbol
> sekulerisme dipelopori pendiri Turki sekuler, Mushtafa Kamal Ataturk.
>
> Di negeri itu, masalah agama dipisahkan dari masalah kenegaraan dan
> kemasyarakatan. Agama menjadi wilayah pribadi sehingga tidak penting bagi
> negara
> dan pemerintah mengurusi pelaksanaan ibadah puasa atau haji.
>
> Oleh karena itu di Istanbul, misalnya, tidak pernah ada aturan dari kantor
> walikota untuk menutup tempat hiburan atau melarang penjualan minuman keras
> selama Ramadhan.
>
> Tidak pula ada kelompok massa yang merusak bar, pub, karaoke, panti pijat,
> atau
> diskotik.
>
> Akan tetapi tidak ada pula yang meramaikan bulan suci secara berlebihan
> dengan
> spanduk-spanduk "Marhaban Ya Ramadhan", televisi-televisi yang hingar
> bingar
> dengan acara bernuansa Ramadhan atau orang-orang di kampung yang
> membangunkan
> sahur dengan menabuh beduk, kentongan atau tiang listrik.
>
> Itulah suasana bulan ramadhan di Istanbul, Turki. Apa yang terjadi di
> kawasan
> Kadikoy Carsi mungkin bisa menunjukkan prototipe Turki sekarang ini.
> Seperti
> dikemukakan Adnan Oktar, cendikiawan Muslim yang di dunia lebih dikenal
> dengan
> nama pena Harun Yahya, Turki kini berada di persimpangan jalan.
>
> Apakah negeri itu akan kembali meraih kejayaan Ottoman Empire di masa lalu
> atau
> melesat menjadi bangsa Barat yang bebas di masa depan.
>
> "Islam kembali bangkit di Turki, dan negeri ini siap mendorong renaissance
> Muslim di Eropa," katanya.
>
>
> Sangat khawatir
>
> Bagi kaum sekularis, mereka makin banyak melihat wanita-wanita berjilbab di
> tempat umum. Mereka menjadi sangat khawatir Turki akan menjadi Iran atau
> Arab
> Saudi.
>
> Sebaliknya, kaum Muslim konservatif, terus-menerus mengeluh adanya erosi
> moral
> dan nilai-nilai keluarga serta berkembangnya budaya hedonisme di masyarakat
> Turki.
>
> Mustafa Akyol melihat Turki sekarang berada di tengah-tengah. Negeri itu
> belum
> seperti Teheran, bukan pula seperti Amsterdam. Turki kini menjadi, meminjam
> istilah kolumnis Haluk Sahim, sebuah "strangeland". Negeri yang unik dan
> aneh,
> negeri yang bukan ini dan bukan itu.
>
> Yang jelas, Turki masa kini adalah sebuah negeri yang memiliki masyarakat
> heterogen dan penuh warna, yang mengalami kehidupan bersama (Islam,
> Nasrani,
> Yahudi) secara damai selama 500 tahun.
>
> Kodikoy Carsi merupakan miniatur Turki dimana terdapat kehidupan damai
> antarwarga yang berbeda serta berlainan agama. Hanya di Kodikoy Carsi,
> santri
> dan abangan bisa berdampingan. Hanya di Kodikoy Carsi yang beriman dan
> pendosa,
> fundamentalis dan sekularis, bisa bersenda gurau.
>
> Karena hanya di Kodikoy Carsi di masa Ramadhan ini, orang bisa buka puasa
> dengan
> khidmat tanpa terganggu dengan pendosa yang menenggak minuman keras. Iftar
> di
> kiri, bir di kanan, tidaklah menjadi masalah. Ini Turki, bung!(*)
>

Reply via email to