Seeking Truth Finding Islam di Kamisan FLP Bandung
--Anwar Holid

Secara kebetulan, bertepatan saya menerima bukti dua kopi cetakan ke dua buku 
Seeking Truth Finding Islam (Mizania, 184 hal.), anggota FLP (Forum Lingkar 
Pena) Bandung membicarakan buku tersebut pada forum Kamisan, 4 Juni 2009 di 
teras Masjid Salman ITB, pukul 16.00-18.00 WIB.

"Yang biasa hadir memang tidak banyak. Tapi Kang, kalau luang, pasti akan 
menyenangkan kalau Akang bisa datang dan membagi pengalaman menulis buku itu," 
demikian email dari Wildan Nugraha, ketua FLP Bandung, pada akhir Mei lalu 
mengabarkan rencana acara tersebut.

Tertulis, yang akan membahas buku tipis tersebut ialah Jaka Arya Pradana, 
anggota FLP Bandung mahasiswa ITTelkom. 

Saya datang ke masjid itu dengan antusias, namun sayang lupa bawa kamera untuk 
dokumentasi. Begitu sampai, saya berkeliling mencari-cari Wildan, karena dialah 
anggota FLP yang wajahnya benar-benar saya hafal. Sayang tidak ketemu. Dulu, 
kami berdua pernah sama-sama jadi juri lomba mengarang anak-anak yang diadakan 
masjid ini. Saya lihat sejumlah anak SMU duduk berkelompok membahas pelajaran 
sekolah didampingi seorang mentor. Mereka itu anak bimbingan belajar dari 
Karisma (Keluarga Remaja Islam Salman). Akhirnya, saya mampir dulu ke Aksara, 
sebuah unit bidang jurnalistik yang menggantikan SKAU (Salman Komunikasi 
Aspirasi Ummat), tempat saya dulu waktu mahasiswa bergabung cukup lama. Saya 
bertemu Salim, Okky, dan seorang temannya. Mereka sedang rapat. 

"Ketemu Wildan enggak ya?" tanya saya sebentar membuyarkan konsentrasi mereka.
"Enggak, mau ke bedah buku ya?" tanya Salim.
"Iya. Biasanya mereka ngumpul di belah mana?" tanya saya.
"Tuh di sebelah kiri. Kelihatan kok dari sini. Belum pada datang kali," tambah 
Okky.

Untuk menghabiskan waktu, saya lihat Koran Tempo hari itu. Headlinenya tentang 
Prita, seorang ibu rumah tangga yang mendadak jadi pusat berita gara-gara 
ditangkap dan di penjara dengan tuduhan pencemaran nama baik terhadap RS Omni 
International, Tangerang. Waktu pertama kali dengar kasus itu dari Fenfen, saya 
bilang, "Keterlaluan." Saya justru barusan saja selesai menyunting memoar 
seorang istri dalam merawat suaminya yang terkena stroke lebih dari satu tahun 
dan berhubungan sangat baik dengan pihak dua rumah sakit.

Selesai browsing berita koran, saya mendapati teras kiri masjid sudah terisi 
sejumlah orang duduku melingkar. Mereka sudah mulai beberapa waktu. Wildan ada 
di sana. Seorang gadis berjilbab lamat-lamat terdengar mengomentari buku berisi 
profil panjang empat orang Barat yang masuk Islam (convert, atau mualaf dalam 
konsep Islam). Keempat orang itu ialah Yusuf Islam (Cat Stevens), Ingrid 
Mattson, Keith Ellison, dan Hamza Yusuf Hanson. Ternyata Jaka Arya Pradana 
urung datang, dia sakit. Kira-kira hadir dua puluh orang. Salah satu di 
antaranya ialah Hendra Veejay, seorang penulis yang masuk Islam sejak SMP.

Meskipun kerap merupakan pengalaman hidup yang emosional, dramatik, dan 
drastik, konversi pada dasarnya sesuatu yang biasa dalam ranah agama. Orang ke 
luar dan masuk agama tertentu, atau menyatakan antipati, bahkan ateis. 

Menurut William James dalam Perjumpaan dengan Tuhan (terjemahan The Varieties 
of Religious Experience, Mizan, 2004), konversi tidak identik sebagai 
perpindahan formal seseorang dari agama lama ke agama baru disertai semangat 
menggebu-gebu. Menurut dia, pemeluk agama yang terpanggil lagi, merasakan 
kelahiran baru beragama, bersemangat lagi menjalani kehidupan beragama, orang 
tersebut mengalami konversi. Konversi serupa dengan perubahan seketika 
seseorang yang awalnya mungkin biasa saja bersikap terhadap agama menjadi lebih 
patuh maupun taat (devosi). Konversi merupakan salah satu ragam pengalaman 
agama yang sangat kental.

Dalam konteks Islam, menjadi mualaf betul-betul merupakan persoalah hidayah 
(petunjuk) Allah kepada seseorang, ditambah merupakan konsekuensi logis dari 
pencarian iman. Bukti sederhana dari ini ialah ada banyak sarjana Islam yang 
begitu dekat dengan Islam, mereka pun dihormati kalangan Muslim, namun toh 
tetap bukan seorang Muslim pada akhir hayatnya. Dia tidak pernah secara 
eksplisit terdengar menyatakan diri masuk Islam.

Dalam konteks hubungan antaragama, konversi justru sensitif. Cap "Kristenisasi" 
di kalangan Islam menurut saya merupakan istilah yang amat berbahaya dan 
mematikan bagi dialog keterbukaan. Persoalannya, terutama di zaman media dan 
komoditas sekarang, semua agama memiliki lembaga dakwah (syiar) yang tujuannya 
memperkenalkan diri mereka. Saya mendapati bahwa pengetahuan seseorang terhadap 
agama lain biasanya minim. Saya sendiri boleh dikatakan buta terhadap 
agama-agama Abrahamik (Abrahamic religions) yang sebenarnya satu muara dan 
punya banyak pertalian, misalnya dalam hal kitab suci.

Saya bersyukur dan senang teman-teman FLP Bandung membicarakan Seeking Truth 
Finding Islam. Dulu saya sempat mengusahakan agar isyu dalam buku itu dibahas 
di Masjid Laotze, Bandung. Mungkin menarik buat menguji dialog antaragama. 
Sayang respons Mizan negatif. Wildan menyatakan bahwa ruang di gedung 
Rabbani--toko baju dan asesoris Muslim--bisa digunakan untuk acara seperti 
bedah buku atau talkshow. Saya janji akan kembali mengontak orang Mizan, siapa 
tahu kesempatan itu bisa terbuka kembali.

Selesai acara, saya membicarakan lebih banyak hal lagi dengan Salim, Okky, dan 
Irvan di Aksara. Mungkin sampai pukul 21.00.[]

Copyright © 2008 BUKU INCARAN oleh Anwar Holid

ANWAR HOLID, eksponen TEXTOUR, Rumah Buku Bandung. Bekerja sebagai editor, 
penulis, dan publisis.

KONTAK: war...@yahoo.com | Tel.: (022) 2037348 | HP: 085721511193 | Panorama II 
No. 26 B Bandung 40141

Situs terkait:
http://www.mizan.com


Anwar Holid: penulis, penyunting, publisis; eksponen TEXTOUR, Rumah Buku.

Kontak: war...@yahoo.com | (022) 2037348 | 085721511193 | Panorama II No. 26 B 
Bandung 40141

Sudilah mengunjungi link ini, ada lebih banyak hal di sana:
http://www.goethe.de/forum-buku
http://www.rukukineruku.com
http://ultimusbandung.info
http://www.gramedia.com
http://www.mizan.com
http://halamanganjil.blogspot.com 

Come away with me and I will write you
---© Norah Jones


      

Kirim email ke