ti KOMPAS poe ieu

Sobur, Menjual Karya hingga ke AS
Kamis, 12 Februari 2009

Oleh Mohammad Hilmi Faiq

Apabila Anda bepergian ke Arab Saudi atau Amerika dan membeli oleh-oleh
yang dikemas dalam kotak bermotif Timur Tengah, jangan buru-buru mengklaim
kotak itu sebagai produk luar negeri. Bisa jadi kotak tersebut buatan PT
Al-Ihsan Kriya Nusantara milik Abdul Sobur (42) yang diproduksi di Jalan
Cibiru Hilir, Kompleks Mekar Biru, Kavling 194, Kabupaten Bandung, Jawa
Barat.

Produk ini kami ekspor ke Malaysia, Arab Saudi, bahkan ke Amerika,”
ujar Abdul Sobur. Bapak dua anak jebolan Studi Magister Seni Rupa Institut
Teknologi Bandung (ITB) Bidang Kajian Seni Rupa Tradisional ini
menjelaskan,perusahaannya memproduksi berbagai kriya, mebel, estetik
elemen, dan jasa eksterior serta interior. Semuanya bermotif seni Islam.

Gagasan untuk membuka wirausaha muncul ketika Sobur memberi penyuluhan
kepada para pengusaha kecil. Kala itu, tahun 1990, dia direkrut oleh
Lembaga Swadaya Masyarakat Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil
(PUPUK)yang bekerja sama dengan LSM Friedrich Nauman Stiftung dari Jerman.

Di LSM itu Sobur duduk sebagai tenaga ahli yang bertugas melatih pelaku
usaha kecil menengah (UKM), terutama dalam pengembangan desain produk.
Pengusaha yang dia kunjungi antara lain berada di Bandung, Yogyakarta,
Surabaya, Malang, dan beberapa daerah di luar Jawa.

Dalam interaksi dengan para pengusaha kecil itulah Sobur terinspirasi
untuk membuka lapangan kerja. Sobur menilai, bukan dia yang mengajari para
pengusaha, melainkan mereka yang mengajari Sobur untuk bangkit dan membuka
lapangan kerja.

”Saya lihat, para pengusaha itu dengan modal yang pas-pasan mampu
bertahan, bahkan berkembang. Saya kemudian meyakinkan diri bahwa saya bisa
seperti mereka.”

Tahun 1995, penggemar jalan-jalan dan pendaki gunung ini mulai merintis
usaha berupa kelengkapan interior bergaya seni Islam. Tidak hanya masjid
yang dia garap, rumah tinggal dan gedung parlemen juga dia lirik. Desain
interior Masjid Agung Bekasi, Sunda Kelapa, Al-Azhar Medco, dan Masjid
Agung Mabes TNI AD merupakan beberapa contoh karya Sobur.

Peluang bisnis

Sobur melihat peluang bisnis ini amat menjanjikan karena mayoritas warga
Indonesia memeluk agama Islam. Selain itu, masih sedikit ahli yang
berkonsentrasi menggarap produk elemen estetik interior dan kelengkapan
interior bergaya seni Islam. Apabila diteliti, keseluruhan motif atau
ornamentasi yang diaplikasikan Sobur sebagai ikon karya digali dan
dikembangkan dari khazanah budaya Nusantara.

Budaya ini hasil akulturasi budaya Islam, Hindu, dan Buddha yang menjadi
kekayaan budaya Nusantara. Motif-motif itu mirip dengan ragam hias yang
ada pada keris, batik, candi, maupun gebyok. ”Kekayaan budaya nenek
moyang kita ini kan luar biasa dan sudah teruji,” ujar Sobur.

Saat usaha Sobur mulai menanjak pada tahun 1997, datang badai ekonomi.
Iklim usaha tidak lagi kondusif sehingga perusahaan sulit tumbuh secara
memadai. Namun, Sobur tidak patah arang.

Dia memperluas lahan garapannya melalui produk inovasinya, yakni dengan
tidak hanya mengerjakan interior bangunan. Kali ini Sobur berinovasi
merangsang selera pasar. Dia mencoba menawarkan produk berupa kotak kayu
berlapis kuningan yang bermotif seni Islam. Kotak-kotak itu untuk tempat
Al Quran, minyak wangi, maupun cendera mata.

Rupanya respons pasar sangat positif, terutama dari perusahaan besar dan
Istana Negara. Mereka biasa memesan kotak-kotak itu untuk kenang-kenangan
bagi kolega maupun tamu negara. Tahun 2002, omzet Sobur mencapai Rp 3,5
miliar.

Pada tahun yang sama, perusahaan Sobur dianugerahi juara pertama untuk
Kategori Produsen Furniture Qualy Sign tingkat nasional dari Furnicraft
Jakarta. Empat tahun berturut-turut dari 2004-2006 Indonesia Good Design
Selection (IGDS) memberi penghargaan Kriya Nusantara untuk produk mebel
dan kerajinan.

Tahun 2008 dia mendapatkan tiga penghargaan sekaligus dari lembaga
berbeda. Juara pertama ASEAN Awards of Excellence in Arts and Crafts,
Juara I Perusahaan Menengah Terbaik dari Bahana Ventura Awards, dan
Penghargaan Seniman Berprestasi di Forum Internasional dari Departemen
Kebudayaan dan Pariwisata.

Melihat potensi usaha Sobur, Pemerintah Malaysia sempat menawarinya pindah
ke negeri jiran itu. Sobur menolak, dengan alasan nasionalisme. Visinya
jelas, menjadi yang terbaik dari Timur dengan jati diri Nusantara.

Nama Kriya Nusantara telah didaftarkan Sobur pada tahun 2006 melalui
Departemen Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) ITB. Meskipun terbilang sukses,
Sobur tidak buru-buru berpuas diri. Kini, berbagai produknya telah
diekspor ke sejumlah negara, mulai dari Malaysia, Singapura, Arab Saudi,
Uni Emirat Arab, Perancis, sampai Amerika. Pasar lokal juga tak lepas dari
bidikannya.

300 persen

Saat ini Sobur memiliki obsesi mengembangkan usahanya dengan target ekspor
ke 14 negara. Selain negara yang disebutkan di atas, dia ingin mengekspor
produknya ke Australia, Jerman, Belanda, Belgia, Swiss, Inggris, hingga
Kanada. ”Dua tahun lagi saya harus sudah bisa mengekspor ke
negara-negara itu dan omzet usaha saya naik menjadi 3 juta dollar
AS,” kata Sobur bersemangat.

Kriya Nusantara kini mempersiapkan langkah strategis untuk ekspor ke 14
negara itu. Juga memperluas jaringan pasar dengan memperbanyak promosi dan
pameran di negara tujuan ekspor. Kriya Nusantara setidaknya sudah pernah
ikut pameran di Dubai, Perancis, dan Malaysia.

Di samping itu, Sobur juga mempertajam dan memperbanyak diferensiasi
produk yang sesuai dengan kebutuhan pasar, serta memperkuat basis produksi
dan meningkatkan kemampuan sumber daya manusia, melengkapi alat-alat
dengan teknologi tepat guna, serta memperluas sarana produksi sesuai
kebutuhan.

Saat ini, Kriya Nusantara menjalin kerja sama dengan Panasonic untuk
mengembangkan art electronic seperti radio, televisi, pengeras suara,
kipas angin, dan sebagainya. Pihak Panasonic telah mengirim desainer ke
Kriya Nusantara untuk mewujudkan rencana tersebut.

Sobur tidak ingin sukses sendirian. Dia juga memberdayakan warga di
sekeliling pabriknya di Jalan Cibiru Hilir, Kabupaten Bandung. Kini
setidaknya sudah ada 60 keluarga yang menjadi tenaga subkontrak untuk
Kriya Nusantara.

Mereka mengerjakan kotak-kotak kayu tersebut dalam kondisi setengah jadi
di rumah masing-masing, kemudian diserahkan ke pabrik PT Kriya untuk
penyelesaian akhir. Sebelum menjadi tenaga subkontrak, Sobur melatih warga
itu selama tiga bulan. ”Ini semata untuk menjaga kualitas produk
kami,” ujarnya.

Dari sekitar 100 karyawan tetapnya, sebagian besar adalah warga sekitar
pabriknya. Cita-cita Sobur sederhana saja, tidak ada lagi warga yang
menganggur di sekitar pabriknya.



Rubrik: Nasional Regional Internasional Megapolitan Bisnis & Keuangan
Kesehatan Olahraga Pere
mj

http://geocities.com/mangjamal
http://mangjamal.multiply.com



Kirim email ke