Assalamu alaikum Wr. Wb.

Ieu mah wacana susuganan tiasa direalisasikeun ...
punten teu diterjemahkeun ...

Wassalam 

ewing
garut lembur kuring


Toko Buku dalam Manajemen Anak Muda 


Rak-rak penuh buku tersusun dengan rapi. Di ruang yang luasnya hanya 
sekitar 20 meter persegi itu, terdapat satu meja kayu kecil. 
Sementara di halaman rumah terdapat sepasang tempat duduk yang lebar. 

DI meja baca yang sempit atau di kursi yang lebar itu para pengunjung 
boleh membaca buku sesukanya. Tidak seperti toko buku besar yang 
menyegel sebagian besar buku yang dipajang, di toko buku itu 
pengunjung boleh baca buku sampai habis, lalu pergi tanpa membeli. 
Tidak ada kewajiban membeli buku di sana. Meski demikian, pemilik 
toko memberi fasilitas membaca dengan sangat terbuka.

Di tempat yang diberi nama Tobucil atau Toko Buku Kecil itu, pemilik 
toko juga sering mengajak pengunjungnya untuk berdiskusi dengan 
penulis buku, menonton film, atau melakukan hobi bersama.

Hal ini tidak hanya terjadi di Tobucil. Toko-toko buku alternatif 
lain di Kota Bandung memiliki gambaran seperti itu. Toko buku tidak 
hanya jadi tempat menjual buku, tapi sekaligus sebagai perpustakaan 
dan tempat bertemu teman sehobi. Entah hobi membaca, menulis, 
menonton film, atau merajut sekalipun.

Di toko buku alternatif banyak hal bisa dilakukan. Pemiliknya 
sebagian besar orang-orang muda yang usianya belum sampai kepala 
tiga. Di Kota Bandung, toko buku seperti ini tersebar di berbagai 
tempat, dan kini jumlahnya sudah sekitar 20 toko.

AFNALDI alias Sangdenai (29), salah seorang pemilik Warung Buku 
Lesehan yang baru dibuka Juni 2004 menyatakan, pihaknya sengaja 
menggunakan nama warung untuk toko bukunya di Jalan Imam Bonjol, 
Bandung. Afnaldi ingin pembeli tidak hanya bertransaksi tapi juga 
berinteraksi seperti yang terjadi di sebuah warung.

Bilven (26) memosisikan toko bukunya untuk kumpul-kumpul para aktivis 
kampus yang juga teman-temannya. Toko buku yang ia namakan Ultimus 
itu dibuka dari pukul 09.00 hingga larut malam. Larut malam ini tidak 
terbatas, bisa pukul 24.00, bisa juga lebih dari itu.

Aturan tidak jelas untuk tutup buku ini sengaja dipakai agar para 
pengunjung yang tidak bisa tidur dan masih ingin membaca atau 
berdiskusi di toko bukunya tetap bisa melanjutkan 
kegiatannya. "Daripada ditutup, terus mereka nongkrong tidak jelas, 
lebih baik tetap di toko saja," ujar Bilven.

Sementara, Kiki Andrianti (22), pemilik toko buku dan perpustakaan 
Das Mutterland yang menyediakan buku-buku tua terutama yang berbahasa 
Jerman berharap, pengunjungnya adalah orang-orang yang tertarik pada 
buku-buku berbahasa Jerman, dan mereka bisa membentuk sebuah 
komunitas di sana.

Keakraban merupakan ciri yang ingin diangkat oleh anak-anak muda itu 
di toko bukunya. Tarlen Handayani (28), pemilik Tobucil-singkatan 
dari Toko Buku Kecil-sejak remaja membayangkan bisa memiliki toko 
buku yang nyaman, akrab, dan memiliki klub baca seperti yang ia lihat 
dalam serial televisi Allen The Generous yang ia tonton di awal tahun 
1990.

IA bertambah menggebu untuk bisa punya toko buku sendiri setelah 
menonton film You've Got Mail yang bersetting sebuah toko buku di 
mana penjualnya bisa berakrab-akrab dengan pembelinya.

Tahun 2001, Tarlen yang di masa kecilnya sudah biasa keliling ke 
rumah-rumah untuk menyewakan buku, mulai mewujudkan mimpinya. Ia 
bekerja sama dengan dua temannya. Untuk modal awal Tarlen dan teman-
temannya mengumpulkan modal Rp 1,5 juta.

Uang digunakan untuk menata toko buku. Sementara untuk toko buku, 
Tarlen mendapat pinjaman tempat dari temannya, sedangkan untuk 
pasokan buku ia bekerja sama dengan penerbit buku. Toko milik Tarlen 
berada di Jalan Kyai Gede Utama, Bandung.

Sementara itu, Riki mengaku awal membuat toko buku karena ia senang 
mengoleksi buku-buku lama hasil perburuannya di pasar buku bekas 
seperti Palasari dan Cihapit, Bandung.

"Karena koleksi sudah banyak, sebagian besar berbahasa Jerman, teman 
saya mengusulkan agar saya membuat toko buku dan perpustakaan saja," 
ujar pemilik toko buku di Jalan Cihampelas, Bandung.

Riki menanggapi usul temannya. Dengan modal pemberian orangtuanya 
sebesar Rp 24 juta, ia pun membuka toko buku yang dilengkapi kafe 
kecil, ruang baca, dan ruang pameran sekaligus diskusi, serta untuk 
memutar film.

SEMENTARA itu, Bilven bersama teman-temannya berhasil mendapatkan 
utangan Rp 25 juta untuk membuka toko buku. Kini keuntungan yang ia 
dapat dari penerbit yang bekerja sama dengannya ia pakai untuk 
membayar utang dan meluaskan usaha.

Ultimus dan Warung Buku Lesehan menyediakan buku-buku sastra, 
filsafat, sosial, dan politik. Tobucil memiliki koleksi yang sama, 
namun ia juga menambahkan novel dan buku-buku ilmiah populer serta 
majalah. Sedangkan Das Mutterland selain memasang buku-buku populer, 
juga buku-buku lama berbahasa Jerman terbitan tahun 1700-an.

Untuk persediaan buku, seluruh toko buku tersebut bekerja sama dengan 
beberapa penerbit. Dari penerbit, Tobucil mendapat diskon 30 persen; 
yang 10 persen dijadikan diskon untuk pembeli.

Sementara, Ultimus dan Warung Buku Lesehan bisa mendapat diskon dari 
penerbit hingga 50 persen. Dua toko buku ini bisa memberi diskon bagi 
pembeli hingga 30 persen.

Das Mutterland selain bekerja sama dengan penerbit, juga memasang 
buku koleksi pribadi pemiliknya dan juga koleksi keluarga beberapa 
pengelolanya. Di antara buku-buku yang dipajang ada yang boleh 
dipinjam dan dibawa pulang, ada juga yang hanya bisa dibaca di 
sana. "Bisa juga saya jual jika harga yang ditawarkan pembeli cukup 
baik," tutur Riki tentang buku koleksinya.

SEJAK berdiri tahun 2004, Warung Buku Lesehan sudah memiliki 
pelanggan yang berusia belasan hingga 70-an tahun. Sementara Tobucil 
berhasil menembak pasar usia 15 tahun hingga 35 tahun. Tobucil kini 
memiliki sekitar 1.000 pelanggan dengan omzet per bulan Rp 10 juta 
hingga 12 juta.

Tarlen yang kini telah menjadi pemilik tunggal Tobucil, mempekerjakan 
lima karyawan dengan upah Rp 12.500 per 4,5 jam. Ultimus dan Warung 
Buku Lesehan dikelola oleh seluruh pemilik toko. (y09)






------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
DonorsChoose. A simple way to provide underprivileged children resources 
often lacking in public schools. Fund a student project in NYC/NC today!
http://us.click.yahoo.com/5F6XtA/.WnJAA/E2hLAA/0EHolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Komunitas Urang Sunda --> http://www.Urang-Sunda.or.id
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/urangsunda/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Reply via email to