"Menulis, mencipta sastra, membuatku merasa menjadi orang yang lebih 
berarti," itulah yang dikatakan Wina Karnie, Syifa Aulia dan 
Swastika Mahartika, tiga TKW di Hong Kong, yang meluncurkan dua buku 
kumpulan cerpen mereka: Perempuan di Negeri Beton (Haniya Press) dan 
Hong Kong Topan Badai ke 8 (Doyan Baca Publishing House), di Masjid 
Tsim Sha Tsui, 4 Juni 2006. Dalam kesempatan tersebut, di hadapan 
sekitar seribu rekan sesama TKW, ketiganya yang tergabung dalam 
komunitas Forum Lingkar Pena Hong Kong sempat membaca cuplikan 
cerpen mereka yang banyak terinspirasi dari apa yang mereka alami 
serta kental dengan warna lokal Hong Kong. Hadir sebagai pembahas 
buku adalah Helvy Tiana Rosa, sastrawati yang juga dosen sastra di 
Universitas Negeri Jakarta serta dari kalangan selebritis Cheche 
Kirani dan suaminya dai muda: Aa Hadi. 


Membanggakan sekaligus mengharukan bahwa dalam keterbatasan sebagai 
domestic helper, mereka masih bisa menulis bahkan menghasilkan buku 
yang secara kualitas ternyata tak mengecewakan. 


Salah satu pengarang, Swastika adalah pembantu rumah tangga yang tak 
punya kamar di rumah majikannya. Ia bahkan tak bisa membawa pulang 
sebuah disket pun dalam tasnya, karena disket apalagi flashdisc 
menuriut majikannya, bukanlah peralatan yang dibutuhkan oleh seorang 
penulis. Setiap hari keluar masuk rumah, majikannya selalu 
menggeledah tasnya dan membuang semua milik Swastika yang ia anggap 
tak berkaitan dengan pekerjaan Swastika. Bahkan ketika mendapat 
piala dalam sayembara menulis yang diadakan FLP Hong Kong, Swastika 
harus menitipkan piala itu pada temannya Dasih. Namun Swastika tak 
menyerah, ia memanfaatkan hari liburnya setiap minggu untuk mengetik 
di perpustakaan. Dan bila ia tak bisa keluar, teman-teman FLP Hong 
Kong membantu mengetikkan cerpen tersebut, menyimpannya dalam sebuah 
folder khusus.


Syifa Aulia lain lagi. Meski tidur di gudang dengan tempat tidur di 
bagian atas yang tak pernah bisa membuatnya berada dalam posisi 
duduk sempurna, setiap majikannya tidur, ia pun mulai mengetik 
dengan laptop bekas yang ia beli dari koceknya sendiri. Bila 
majikannya menegur karena lampu masih menyala, ia matikan lampu dan 
nyalakan senter. Kadang, Syifa juga memanfaatkan waktu di kamar 
mandi untuk mengarang satu dua puisi atau menggali ide untuk cerpen 
baru yang akan ditulisnya. Bukan itu saja, energinya masih tersisa 
untuk memimpin FLP Hong Kong hingga saat ini.


Wina Karnie pun demikian. Majikannya boleh menyuruhnya apa saja dari 
mulai mengurus rumah, anak, sampai usaha periklanannya. Namun Wina 
tak pernah lelah meluangkan waktu untuk menulis. "Ada semacam 
semangat yang saya dapatkan justru dari keterbatasan itu," ujar 
Wina, Wakil Ketua FLP Hong Kong yang sangat gemar membaca karya 
sastra.


Perempuan di Negeri Beton (Wina Karnie) maupun Hong Kong Topan Badai 
ke 8 (Syifa Aulia & Swastika Mahartika) boleh jadi adalah suara hati 
para pengarangnya sendiri bersama sekitar seratus ribu TKW Hong Kong 
atau sekian juta TKW Indonesia lain di mana pun mereka berada. 
Membaca kedua buku itu kita dihadapkan pada wajah retak para buruh 
migran Indonesia, khususnya Hong Kong. Padahal Hong Kong adalah 
tempat kedua yang memberikan upah tertinggi serta jaminan hukum yang 
lebih pasti bagi para buruh migran setelah Taiwan. Namun ternyata 
hal-hal yang menyedihkan juga ditemukan di sana, seperti gaji yang 
di bawah standar, penganiayaan, pemerkosaan, dan lain sebagainya.


Salah satu kasus yang sedang hangat dibicarakan, yang juga ada dalam 
kumpulan cerpen Wina Karnie bercerita tentang seorang TKW yang 
dijanjikan bertugas menjaga bayi. Tetapi bukannya menjaga bayi lucu, 
ternyata ia dipaksa mengurus 10 ekor anjing yang kemudian tak 
berhenti mencakar dan menggigitnya. Tubuhya carut marut dengan luka, 
juga koyak sana sini, hingga rabies menyerangnya. Kasus tersebut 
kini sedang bergulir di pengadilan.


Wina juga menampilkan cerita yang mungkin tak pernah kita duga 
sebelumnya. Misalnya mengenai seorang pembantu rumah tangga yang 
dipaksa majikannya untuk mencuri tisu di beberapa toilet umum. 
Majikannya merasa tisu bukan barang yang layak ditukar dengan uang, 
sebab selalu hanya akan dibuang. Karena itu ia tak henti memaksa 
pembantunya untuk terus "mengambil" barang itu. Selain penderitaan 
para TKW di Hong Kong, Wina juga memotret kehidupan seks bebas dan 
lesbianisme yang menggejala di kalangan TKW sendiri. 


Nyaris tak berbeda dengan Wina, Syifa dan Swastika pun menampilkan 
hal yang hampir sama dalam karya-karya mereka. Namun keresahan 
kehidupan para TKW dalam buku mereka, lebih dikaitkan dengan 
keluarga dan kampung halaman yang ditinggalkan, meski potret 
ketakberdayaan menjadi pembantu rumah tangga di Hong Kong juga 
muncul di beberapa cerpen, termasuk kala mereka dipulangkan dengan 
semena-mena oleh majikannya karena dianggap tak lagi berguna.


Dari segi ide dan teknik penceritaan, Wina terlihat memiliki 
kelebihan dibanding kedua rekannya. Wina tak memaksakan cerpen-
cerpennya selesai, namun lebih menyukai ending terbuka yang memberi 
kita ruang lebih dalam menafsirkan. Meski demikian ketiga TKW 
pengarang ini adalah potensi dalam gerakan sastra buruh migran yang 
tak bisa diabaikan dan kelak bisa jadi secara nyata akan mewarnai 
sastra Indonesia.


Seperti yang dikatakan Wina Karnie, kalau tadinya menulis menjadi 
salah satu bentuk terapi stress bagi para TKW Hong kong, khususnya 
mereka yang tergabung di FLP Hong Kong, kini ,membaca dan menulis 
sudah menjadi kebutuhan mereka. 


"Dua kali sebulan kami selalu berkumpul untuk belajar menulis dan 
saling bedah karya. Karena tidak punya sekretariat, kami berkumpul 
di Victoria Park, di Masjid Wan Chai, di mana saja yang mungkin," 
cerita Wina. "Asma Nadia, Helvy Tiana Rosa, Pak Taufiq Ismail adalah 
beberapa nama yang pernah kami undang. Banyak sekali yang antusias," 
paparnya. 

Hasil dari pelatihan-pelatihan itu kemudian diseleksi dan 
diterbitkan dalam bentuk kumpulan cerpen pertama mereka: Hongkong, 
Namaku Peri Cinta (Lingkar Pena Publishing House 2005)., karya tujuh 
perempuan pengarang: Andina Respati, Fia Rosa, Ikrima Ghaniy, Rof, 
S. Aisyah Z., Syifa Aulia dan Wina Karnie. 


FLP Hong Kong berdiri Februari 2004, menambah daftar FLP Wilayah dan 
Cabang yang telah ada di 125 kota di Indonesia dan mancanegara. 
Organisasi yang didirikan pertama kali 22 Februari 1997 oleh Helvy 
Tiana Rosa, Asma Nadia dan Muthmainnah tersebut kini beranggotakan 
lebih dari 5000 orang. Sejak tahun 1997 hingga sekarang lebih dari 
500 buku karya para anggota telah diterbitkan oleh 30 penerbit yang 
menjadi mitra FLP. Setiap minggu FLP di berbagai wilayah, cabang 
maupun ranting mengadakan berbagai kegiatan. Mereka juga mengelola 
Rumah Cahaya (Rumah baCA dan HAsilkan karYA) yang rencananya secara 
bertahap didirikan di berbagai FLP Wilayah. M. Irfan Hidayatullah, 
cerpenis dan Dosen Bahasa dan Sastra Indonesia UNPAD pada Munas FLP 
Februari 2005 terplih sebagai Ketua Umum FLP Pusat menggantikan 
Helvy Tiana Rosa. 


FLP Hong Kong adalah satu-satunya FLP Wilayah yang 90% anggotanya 
adalah para domestic helper. Sebelum Syifa Aulia, Endang Pratiwi dan 
Susanna Dewi tercatat pernah menjadi Ketua FLP Hong Kong, namun kini 
keduanya telah kembali ke Indonesia. Karena tak memiliki dana, 
sampai sekarang FLP Hong Kong bahkan belum memiliki sekretariat 
sendiri. Namun mereka terus berjuang, salah satunya lewat jalur 
penulisan. Tekad kuat mereka kian hari pun kian tampak, menjelma 
sepasang sayap kecil yang tumbuh di punggung mereka.....(HTR)


selengkapnya ada di http://winakarnie76.multiply.com








------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
You can search right from your browser? It's easy and it's free.  See how.
http://us.click.yahoo.com/_7bhrC/NGxNAA/yQLSAA/aYWolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Galang Dana Untuk Korban Gempa Yogya melalui Wanita-Muslimah dan Planet Muslim. 
Silakan kirim ke rekening Bank Central Asia KCP DEPOK No. 421-236-5541 atas 
nama RETNO WULANDARI. 

Mari berlomba-lomba dalam kebajikan, seberapapun yang kita bisa.

=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke