http://www.lampungpost.com/buras.php?id=2008121200272415

      Jum'at, 12 Desember 2008

     
     
'Just Do It!' Dibaca, Jas Duit! 

       
      H. Bambang Eka Wijaya



      "DARI Kongres Kebudayaan 2008 di Bogor mengalun pesan formalistik, bangsa 
yang besar harus memiliki budaya yang kuat!" ujar Umar. "Menurut Anda, budaya 
apa yang bisa diasumsikan kuat dengan realitas dominasi maupun determinasinya 
dalam masyarakat sehingga implikasinya bukan saja bisa dirasakan, malah membuat 
warga sebagai aktor aktif dalam sistemnya!"

      "Budaya uang!" jawab Amir, tegas. "Nyaris setiap warga dalam masyarakat 
kita just do it--hanya melakukan itu--yang dibaca dengan 'jas duit' membanting 
tulang hingga tidak kenal siang atau malam hanya untuk memburu uang! Lebih 
parah lagi, apa yang kita sebut dengan kebudayaan, dari upacara adat sampai 
kesenian, tidak kepalang juga sudah dilakukan dalam orientasinya untuk mencari 
uang! Begitulah manifestasi budaya uang atau kapitalistik (segalanya 
dikendalikan oleh modal--duit), dengan perangkat sistemnya dari industri sampai 
turisme! Budaya warga yang sesungguhnya tinggal embel-embel!"

      "Tapi, just do it itu sendiri kan cuma slogan sepatu Nike!" potong Umar.

      "Itu slogan yang amat brilian!" jawab Amir. "Ia merefleksikan mind set 
manusia modern yang berpikir dan berbuat serbapraktis, bahkan pragmatis! Dan 
hanya budaya uang yang bisa mengorientasikan manusia sejagat untuk berusaha 
bertindak praktis atau juga pragmatis! Bayangkan arti dan pengaruh uang dalam 
semua gerak hidup manusia masa kini, yang seolah tidak bisa lagi hidup tanpa 
itu! Barangkali, tinggal bernapas saja kini yang tidak bayar atau perlu biaya 
khusus!"

      "Ah kau sinis karena kongres kebudayaan bukan diarahkan oleh guru besar 
antropologi budaya, tapi Menteri Pariwisata!" tukas Umar.

      "Itu salah satu bukti dominasi budaya uang!" timpal Amir. "Budaya bukan 
lagi bagian Departemen Pendidikan, melainkan turisme! Apa pun bentuk unggulnya, 
budaya harus bisa dikemas untuk dijual ke turis! Temanya melestarikan budaya! 
Tapi yang lestari tinggal kepompong, isinya duit!"

      "Dalam masyarakat memang terrasa dominasi budaya uang! Nyaris segalanya 
ditentukan oleh duit!" tukas Umar. "Dari mau sekolah sampai mau jadi bupati 
atau anggota legislatif, semua ditentukan oleh duit!"

      "Bahkan lebih jauh lagi! Peradaban dunia kini lebih ditentukan oleh 
negara yang paling kuat dan paling banyak duitnya!" timpal Amir. "Negara-negara 
melarat yang butuh cipratan duitnya harus siap berlutut dan manut pada apa pun 
maunya sang tuan! Jika tidak patuh atau keras kepala, digilas mesin perangnya!"

      "Itu pengaman modal dari negeri kuat, yang mengalir kembali dari negeri 
melarat ke negerinya berlipat ganda dalam bentuk rente, hasil alam, dan 
produk-produk lokal genius negeri melarat yang mereka impor sebagai pelipur 
lara negeri melarat--yang sebagian besar nilai tambah negerinya ikut tersedot 
dalam rente yang mereka tarik!" tegas Umar. "Alhasil simpulnya, bangsa yang 
besar harus memiliki duit yang kuat!"
     


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke