SEPINTAS Gerakan Wanita Indonesia Dalam Perkembangan Sejarah (5 - selesai) Oleh Rusiyati B. Periode Diktator Militer 1965 Saya rasa tidak perlu lagi diuraikan disini, bahwa berkuasanya regim militer yang dipimpin oleh Jendral Suharto ini, karena setelah melewati satu juta lebih mayat-mayat kaum komunis dan rakyat progresif lainnya, dan setelah menjebloskannya di penjara dan tempat pengasingan 3 juta lebih wanita dan laki-laki progresif, termasuk Sukarno, serta setelah menebar sengsara dan derita jutaan keluarga dan anak-anak yang tersebar diseluruh daerah-daerah di tanahair kita. Pembunuhan massal diluar batas-batas perikemanusiaan terbesar pada abad 20 ini yang dibantu sepenuhnya oleh CIA itu anehnya tidak begitu mendapat perhatian dunia kita yang katanya beradab ini. Sampai sekarang, 25 tahun setelah kejadian, peristiwa eksekusi pada para tahan politik yang masih berlanjut sangat menyedihkan itu, masih mendapat sorotan untuk dilakukan pengungkakapan-pengungkapan yang serieus. Bagaimanakah sumbangan kita yang berada di luarnegeri ini untuk bisa ikut serta dalam menggoyahkan dan membongkar benteng diktatur militer Suharto, padahal eksistensi diktatur militer di dunia kini sudah tidak populer. Dalam rangka peringatan seperempat abad pembunuhan massal di Indonesia, sudah banyak kegiatan di Amsterdam. Bukan maksudnya untuk pada pertemuan kita ini mengadakan lezing mengenai 25 tahun rezim militer Suharto, tapi bagaimana kelanjutan dari perkembangan gerakan wanita di Indonesia sejak periode 1965. Untuk itu saya hanya mengetengahkan pendapat dua orang yang telah mengadakan riset (dalam rangka pekerjaan NGO) Wardah Hafids dan Tati Krisnawaty yang tercantum dalam bukunya Perempuan dan Pembangunan" bulan Oktober 1989 sebagai berikut: "Sejak golongan militer mendominasi panggung kekuasaan pemerintahan Orde Baru, partisipasi politik masyarakat melalui organisasi politik dan organisasi sosial semakin terbatas dan dikendalikan. Karena itu, nampaknya tidaklah terlalu meleset jika dinyatakan bahwa arti sebenarnya dari istilah demokrasi Pancasila tersebut adalah semakin dominannya peran pemerintah dalam hampir semua aspek kehidupan masyarakat. Atas nama tuntutan pembangunan ekonomi yang dinyatakan sebagai sarat utama membutuhkan stabilitas politik, pemerintah menerapkan beberapa kebijakan bagi organisasi-organisasi massa termasuk organisasi perempuan. Dalam hal ini, kebijakan utama yang dikenakan pada organisasi perempuan adalah dilakukannya penyempitan jumlah, pemusatan organisasi, penyatuan koordinasi, dan uniti jenis program. Secara umum, akibat fusi artifisial yang dilakukan oleh partai-partai politik kedalam dua partai adalah melemahnya efektivitas peran mereka dalam kehidupan berpolitik negara karena keduanya diliputi krisis intern yang berlarut. Perannya secara kualitatif dan geografis pun makin berkurang. Sekarang wakil- wakilnya tidak lagi duduk dalam eksekutif dan tidak ada perwakilannya di daerah pedesaan akibat diberlakukannya prinsip massa mengambang.
Kemungkinan adanya oposisi baik dari individu, kelompok sosial, maupun partai politik juga ditiadakan..... Walaupun akhir-akhir ini presiden Suharto sering kali menyatakan bahwa pemerintah selalu terbuka terhadap kritik dan mengajak masyarakat untuk ikut serta melakukan kontrol atas jalannya pemerintahan, namun pada prakteknya hal itu hampir-hampir tidak dimungkinkan. Hukum pidana subversi seringkali digunakan untuk mengadili mereka yang melakukan kritik yang bersifat kontrol terhadap pemerintah. Pengaturan dan kontrol akhirnya juga dilakukan pemerintah terhadap kaum perempuan, yang jumlahnya lebih dari separuh jumlah penduduk. Untuk keperluan ini pemerintah mengesahkan dan mendukung tiga organisasi utama: PKK, Dharma Wanita dan Dharma Pertiwi. PKK, Pembinaan Kesejahteraan Keluarga: diperuntukkan bagi para ibu rumahtangga yang bukan istri pegawai negeri atau tentara, baik didaerah pedesaan mapun perkotaan... Dharma Wanita adalah organisasi yang dimaksudkan bagi para istri sipil, sedangkan Dharma Pertiwi adalah wadah berorganisasi bagi para istri tentara dan polisi. Kegiatan ke tiga organisasi ini disamping untuk mengabdi program-program pemerintah, juga untuk kaum perempuan lainnya, dikoordinasikan oleh Mentri Negara Urusan Wanita. Ekspansi gerak organisasi-organisasi bentukan pemerintah di atas dan lembaga resmi yang mengkoordinasikannya, ditunjang oleh peraturan pemerintah sebagai kekuatan dominan. Keberadaan kekuatan dominan tersebut telah menyulitkan daya hidup dan ruang gerak organisasi-organisasi perempuan yang telah sejak lama hidup di masyarakat. Dengan demikian, akhirnya pada masa Orde Baru ini muncul dua jenis organisasi perempuan, yaitu organisasi pemerintah dan non-pemerintah. Perkembangan terakhir ini menandai terjadinya polarisasi secara tegas dalam gerakan perempuan serta berlangsungnya proses penyempitan ruang gerak berorganisasi bagi kaum perempuan. Melihat perkembangan yang terjadi pada masa ini sulit untuk tidak mengatakan bahwa pengulangan sejarah masa Fujinkai sedang berlangsung saát ini, bahkan dengan tingkat penyempitan ruang geraknya mengalami yang lebih parah dari pada masa fase Fujinkai. Jika pada masa itu, kaum perempuan dapat aktif mempelajari keahlian berperang dan maju bertempur di garis depan, sedangkan sekarang hal yang sama dianggap tidak sesuai dengan "kodrat" perempuan. Maka kegiatan yang dianggap pantas untuk dilakukan oleh perempuan di saát sekarang ini adalah yang berkaitan dengan peran domestik dan kedudukannya sebagai penunjang ambisi karier prestasi kerja kaum laki-laki atau suami. Dengan adanya struktur kekuasaan dan birokrasi yang saát ini relatif lebih mapan, kebutuhan untuk menguasai begitu kuat sehingga cenderung menjadikan orang untuk diam tanpa dapat melawan. Ada salah satu ungkapan yang dikemukakan seorang tokoh organisasi perempuan yang pada masanya aktif memperjuangkan undang-undang perkawinan, dengan menyatakan: "hampir mewakili pandangan umum yang cenderung apatis. Kecenderungan ini memang memprihatinkan tetapi saya rasa kita tidak akan bisa melakukan apa-apa. Ini sudah merupakan "trend" yang terlalu kuat untuk dilawan, dan tindakan konfrontatif akan percuma saja karena akan langsung digilas" Namun, perkiraan beliau itu sebenarnya tidaklah sepenuhnya tepat. Karena salah satunya adalah dorongan kecenderungan global yang menempatkan isu perempuan sebagai salah satu permasalahan dunia yang mulai pada dasawarsa 1970, yaitu dari kalangan aktivis perempuan non-pemerintah yang lebih muda di Indonesia mulai muncul sifat gerakan yang berbeda dari arus utama yang disosialisasikan oleh pemerintah rejim soeharto. Pada dasawarsa 1980, beberapa organisasi non-pemerintah kembali memunculkan pemikiran-pemikiran feminis yang menentang patriarki dan arus domestikasi terhadap perempuan. Selain itu mulai muncul kembali pula gerakan-gerakan perempuan yang mempunyai cakrawala perhatian lebih luas dari sekedar masalah kesejahteraan keluarga dan ketrampilan kewanitaan. Kesimpulan: Mempelajari alur sejarah perkembangan gerakan perempuan di Indonesia sebagaima diuraikan diatas, kesimpulan yang dapat ditarik adalah: Gerakan perempuan di Indonesia merupakan cerminan nyata kondisi pergolakan sosial politik yang terjadi di masyarakatnya. Sebagaimana juga gerakan-gerakan lain semacam, gerakan perempuan dimotori oleh para perempuan dari kalangan elite kelas menengah dan atas. Dengan demikian, norma dan orientasi yang menjadi pegangan adalah yang berasal dari latar belakang mereka, yang dalam banyak hal merupakan gabungan dari nilai dan orientasi feodal dan kelas menengah barat. Maka tidaklah mengherankan jika hal-hal yang mereka perjuangkan adalah pendidikan model barat yang menjadi ukuran kemajuan pada masa itu; dan penguasaan perempuan atas ketrampilan kewanitaan yang akan menjamin mereka dapat melaksanakan dengan baik peran tradisionalnya. Dengan kata lain, tujuan yang diperjuangkan oleh gerakan perempuan di Indonesia adalah emansipasi tetapi dalam batas yang tidak bertabrakan dengan kepentingan status quo. Karena itu, apa yang akhirnya ditanggung oleh kaum perempuan Indonesia adalah peran ganda yang sebenarnya adalah beban ganda yang tidak adil untuk dirinya. Ada beberapa waktu ketika perjuangan beberapa gerakan perempuan menyentuh permasalahan yang mendasar dan berorientasi kepada kepentingan mayoritas perempuan yang berada di lapis sosial bawah, selain juga mengarah kepada gerakan politis. Namun, kecenderungan ini terlalu lemah melawan arus besar yang dominan yang ada, selain dinilai tidak sesuai dengan kepentingan dan kebijakan penguasa sehingga dengan cepat gerakan baru ini tergilas habis. Sampai saat ini, setelah gerakan perempuan berumur hampir satu abad kalau dihitung dari awal munculnya, orientasi yang dominan pada gerakan perempuan nampaknya justru akan diseret kembali kepada tradisionalisasi. Selama sekitar dua dekade masa kekuasaan Orde Baru kecenderungan inilah yang nampaknya semakin ditekankan atau diperkuat. Namun, globalisasi sistim politik dan ekonomi yang pada gilirannya juga mempengaruhi sistim nilai yang terjadi di antaranya karena keterbukaan komunikasi nampaknya akan sulit membendung arus perubahan yang sudah mulai bergulir. Ibu-Ibu dan Saudara-saudara sekalian, sekian. Terimakasih atas perhatian Ibu-ibu dan saudara-saudara semua. Bila ada pertanyaan-pertanyaan harap dikemukakan. Amsterdam, 22 December 1990 Daftar Literatur: - AIDIT, D.N. Wanita Komunis Pedjuang untuk Masjarakat baru. Bintang Merah, 1957, Wanita dan Perdamaian - BAROROH Baried. Citra wanita dalam kebudayaan Indonesia. Seminar Nasional Fakta dan Citra; Jakarta, 23 25 agustus 1984 - BENDA, Harry J. Then crescent and the rising sun. 1958 - BERNNHOLDT-THOMSON, Veronika. Subsistence production and extended reproduction. In: Young, Kate et al (eds); Of marriage and the Market. 1981 - DEWANTARA, Ki Hadjar. Chotbah Oentoek Kongres Istri Indonesiapada h.b. 27 juli 1936 di Semarang. Wasita, v.2 no.7 1936 - GERWANI. Peraturan dasar Gerwani. 1961; Meningkatkan peranan wanita dalam perduangan untuk hak-hak Demokrasi; Meluaskan organisasi gerwani dan kerdjasama organisasi Wanita. Laporan Umi Sardjono dalam sidang DPP Pleno. 1955. - HATEM, Mervat. The enduring alliance of nationalism and patriarchy in muslim personal status laws: the case of modern Egypt. Feminist issues, v.6, no. 1, 1986 - Al-HIBRI, Azizah. Capitalism is advanced stage of patriarchy: but Marxism is not feminism, in: SARGENT, lydia. Women and revolution, 1982 - HINDLEY, Donald. The comunist party of Indonesia 1951 1963. Berkeley, 1966 - JAYAWARDENA, Kumari. Feminism and nationalism in third world in 19th and 20th centuries. The Haque 1982 - JOSEPH, sarah. Equality: a rea;ease from oppression. In: Womens oppression: Patterns and perspecyives. Shakti Books. 1985 - KARTINI. Door duisternis tot licht: Gedachten over en voor het Javaanse volk van wijlen Raden Adjeng Kartini. sGravenhage. 1912 - KOWANI. Sedjarah setengah abad pergerakan wanita Indonesia. Jakarta 1978. - LAURETIS, Tersa de. Feminist Studies: critical studies. Bloomington. 1986 - MCINTOSH, Maureen. Gender and economics: the sexual division of labour and the subornination of labour. 1981 - MIES, Maria. Towards a metodology of womens studies. The haque. 1979; Marxist socialism and womens emancipation. The Haque 1983; Fighting on two fronts, womens struggles and womens liberation. The haque 1984 - MOLYNEUX, Maxine. Mobilization without emancipation? Feminist Studies, v. 11, no.2. 1984 - OMVEDT, Gail. On the participationstudy of womens movements. In: Huizer (ed); The politics of anthropology. 1979 - PLUVIER, Jan. Indonesië: Kolonialisme, onafhankelijkheid, neo-kolonialisme; een politieke geschiedenis van 1940 tot heden. Nijmegen. 1978 - ROGERS, Barbara. The domestication of women: discrimination in developing societies. London. 1983 - WIERINGA, Saskia. The perfumed nighmare: some notes on the Indonesian womens movement. Den Haag. 1985 Information about KUDETA 65/ Coup d'etat '65, click: http://www.progind.net/ http://geocities.com/lembaga_sastrapembebasan/ --------------------------------- Want to be your own boss? Learn how on Yahoo! Small Business. [Non-text portions of this message have been removed] ======================= Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/