http://www.suarapembaruan.com/News/2005/08/26/index.html

SUARA PEMBARUAN DAILY 

Agama dan Cita-cita Kemerdekaan
Oleh Muhammad Ja'far 

 

SEBAGAI sebuah bangsa dan negara, sudah enam puluh tahun Indonesia merdeka. 
Sebuah rentang waktu yang pada dasarnya masih tidak terlalu panjang untuk 
membangun sebuah negara yang berbasiskan pada prinsip dan nilai demokrasi. 
Karenanya, tugas yang berada di pundak kita, serta tantangan yang menanti di 
masa depan, masih sangatlah berat. 

Diperlukan bukan hanya usaha keras untuk menggapai semua cita-cita itu, tapi 
juga komitmen yang kuat dari seluruh elemen bangsa. Baik dalam bidang politik, 
ekonomi, sosial-kebudayaan maupun juga pada aspek keagamaan. 

Bidang yang disebut terakhir ini juga memegang peranan yang tidak dapat 
dimarginalkan, sebab kenyataan bahwa bangsa Indonesia merupakan negara yang 
plural dalam hal anutan agamanya merupakan potensi sekaligus tantangan yang 
berat. Fenomena keagamaan yang berkembang belakangan ini, setidaknya memberikan 
gambaran konkret tentang hal itu. 

Tulisan ini mencoba memberikan sebuah refleksi serta deskripsi seputar aspek 
keagamaan di Indonesia, yang kiranya bisa menjadi bahan ilustrasi tentang 
tantangan dan peran keagamaan yang strategis untuk diimplementasikan di negara 
kita ini. 

Hampir semua agama lahir sebagai aksi perlawanan atas konteks sosial-politis 
yang penuh dengan praktik diskriminasi, ketidakadilan serta ketidaksetaraan. 
Agama muncul dengan sebuah tawaran konsep yang mengapresiasi prinsip dan nilai 
yang justru sebaliknya dari yang seperti itu. Agama mengedepankan prinsip 
keadilan, kesetaraan dan mencita-citakan terbentuknya sebuah masyarakat tanpa 
diskriminasi. 

Jika kita menengok pada sejarah berbagai agama, tampak jelas bagaimana agama 
tampil sebagai 'pahlawan' bagi elemen masyarakat yang pada kurun waktu itu 
menjadi korban berlakunya sistem yang despotik, diskrimainatif dan otoriter. 

Agama tampil sebagai 'pejuang' bagi kemerdekaan kelompok masyarakat yang 
tertindas oleh struktur yang demikian. Baik itu struktur politik, sosial-budaya 
serta ekonomi. Sejarah agama Yahudi, membuktikan kepada kita bagaimana Nabi 
Musa tampil sebagai penentang keras penguasa despotic Firaun, dengan tawarannya 
berupa sebuah konsep keagamaan. 

Nabi Isa juga menjadi pahlawan perlawanan rakyat kecil terhadap penguasa yang 
semena-mena di kala itu. Demikian juga halnya dengan perjuangan Nabi Muhammad 
dengan konsep keislamannya, yang dengan gemilang berhasil meruntuhkan sistem 
politis, sosial-kultur, dan ekonomi masyarakat Arab yang diskriminatif. 
Fenomena yang sama dapat juga kita rujuk pada agama-agama yang lain. 

Jika ditarik pada konteks era modern saat ini, posisi agama pada saat 
kelahirannya ibarat sebuah kekuatan serta gerakan sosial yang berada 'di 
seberang' status quo, yang memiliki orientasi utama pada perjuangan prinsip 
serta nilai keadilan, kesetaraan dan kemerdekaan. 

Dengan konsep yang diusungnya, agama memainkan peran apik sebagai sebuah 
kekuatan yang akhirnya mampu menumbangkan sistem politik serta struktur sosial 
yang sama sekali tidak mencerminkan rasa keadilan tersebut. Kala itu, agama 
benar-benar berhasil menjelma menjadi kekuatan strategis yang sangat ditakuti 
oleh mereka yang menikmati serta menguasai sistem serta struktur politik, 
sosial-budaya dan ekonomi yang diskriminatif. 

Karenanya, kelahiran serta perkembangan agama selalu mendapatkan perlawanan 
keras nan sengit dari penguasa status quo. Mereka berupaya aktif untuk meredam 
perlawanan sosial, politis dan kultural yang basis perjuangannya dikobarkan 
oleh semangat keagamaan. 


Konsep Mulia 

Sejarah panjang kelahiran dan perkembangan agama ini membuktikan kepada kita 
bahwa agama pada dasarnya memiliki sebuah konsep yang sangat mulia, strategis, 
dan vital. Yaitu konsep untuk membangun serta mencapai sebuah sistem, struktur 
serta realitas sosial yang berdasarkan pada prinsip dan nilai keadilan, 
kesetaraan serta kebebasan. 

Dan, jika sejarah agama-agama ini kita tarik dalam konteks dunia modern dewasa 
ini, kita akan mendapatkan pelajaran penting perihal fungsi serta peran dasar 
dari agama. 

Di era modern saat ini, dengan prinsip politik demokrasi, hal-hal yang 
berkenaan dengan upaya memberikan jaminan kebebasan untuk berekspresi, 
kesejahteraan ekonomi, keadilan sosial, serta kesetaraan kultural, menjadi 
tugas negara untuk merealisasikannya. Termasuk dalam hal ini adalah jaminan 
yang terkait dengan persoalan memilih, menganut serta mengekspresikan keyakinan 
keagamaan. Negara, memiliki kewajiban penuh atas hal itu. Namun, secara 
faktual, tugas serta peranan tersebut terkadang tidak dapat dimainkan dengan 
maksimal. 

Bahkan sebaliknya, dalam kasus dan kondisi tertentu, peran dan fungsi negara 
justru berbanding terbalik dengan yang seharusnya dijalankan. Negara tidak 
mampu menjamin kesejahteraan ekonomi rakyatnya, tidak mampu menciptakan jaminan 
keadilan sosial, dan bahkan juga tidak mampu memberikan jaminan kebebasan 
bereks- presi. 

Tentu banyak hal yang dapat melatarbelakangi terciptanya kondisi demikian. 
Mungkin saja karena karakter kepemimpinan politiknya, kinerja pemerintahannya 
atau juga kondisi sebuah bangsa yang masih dalam tahap membangun dan menjalani 
proses berdemokrasi. 

Apapun latar belakang penyebabnya, dalam kondisi seperti itu, dengan mengacu 
pada sejarah kelahiran serta perjuangannya, posisi dan peranan agama seharusnya 
sangat strategis dan vital. Kondisi di mana negara tidak atau belum mampu 
menjalankan peran dan fungsinya dengan optimal, adalah saat di mana agama 
seharusnya mampu memainkan peranan sebagai kekuatan 'alternatif'. 

Kekuatan alternatif yang dimaksud di sini dalam kerangka pengertian berikut 
ini. 

Pertama, agama mengemban tanggung jawab untuk membantu rakyat memperjuangkan 
hak-hak kewarganegarannya. Jika negara tidak menjalankan fungsinya untuk 
menciptakan sebuah sistem yang mencerminkan terimplementasikannya prinsip 
keadilan sosial, kesejahteraan ekonomi serta kesetaraan kultural, maka agama 
(wan) memiliki tanggung jawab untuk membantu rakyat mendapatkan hal itu. 

Misalnya dengan cara mengintensifkan gerakan penyadaran masyarakat dengan 
tujuan utama menciptakan sebuah masyarakat yang kritis terhadap realisasi 
kewajiban negara atas rakyatnya. Agama (wan) dalam kondisi seperti itu, 
memanggul tanggung jawab untuk menjadi kekuatan 'penyeimbang' atas negara. 

Terutama jika negara menjalankan sebuah sistem politik dan kenegaraan yang 
otoriter dan despotik. Agama, memiliki tugas untuk menyadarkan masyarakat akan 
kondisi seperti itu, sehingga mereka memiliki motivasi yang kuat untuk merubah 
kondisi serta mendapatkan hak-hak kewarganegaraannya. 

Sebagaimana halnya pada masa awal kelahirannya, agama mampu memainkan peran 
apik sebagai motivator perubahan dan pencipta masyarakat kritis, dalam kondisi 
seperti ini agama juga dituntut untuk berperan demikian. Termasuk dalam hal ini 
adalah tanggung jawab agama (wan) untuk mencegah dilakukan intervensi oleh 
negara terhadap kebebasan rakyat dalam menganut dan mengekspresikan keyakinan 
agamanya. Agama (wan) memanggul tugas ini. 

Kedua, tatkala negara tidak mampu menjalankan fungsi serta merealisasikan 
perannya secara optimal, atau bahkan mandul, agama memiliki tanggung jawab 
untuk tampil menjadi kekuatan 'alternatif' untuk merealisasikan cita-cita 
kebangsaan. Sebenarnya ini bukan peran yang muluk dan sulit diwujudkan, jika 
saja interpretasi konsep keagamaan diarahkan pada orientasi ini. 

Tidak hanya terpaku pada orientasi yang bersifat normatif, konservatif, dan 
formalistik-ritualistik. Dan jika kita mengacu pada sejarah kelahirannya, 
orientasi ke arah inilah yang sebenarnya menjadi dasar tumbuh dan berkembangnya 
semua agama. 

Agama bukan hanya konsep tentang bagaimana cara manusia menyembah Tuhannya 
secara ritual, tapi lebih dari itu, yaitu bagaimana para penganutnya mampu 
mentransformasikan kesalehan ritualnya menjadi kesalehan sosial. 

Agama adalah sebuah tawaran konseptual bagaimana seorang individu mampu tampil 
dengan karakter kuatnya untuk memperjuangkan tegaknya keadilan, kebebasan dan 
egalitarianisme dalam realitas dimana ia hidup. 

Selain itu, agama juga tidak sekadar mengarahkan penganutnya pada orientasi 
transcendental, namun juga imanental. Artinya, agama tidak memfokuskan para 
penganutnya pada aspek ritual-formalistik, namun juga aspek materiil. Agama 
memerintahkan para penganutnya untuk meraih kesejahteraan ekonomi. Jika fungsi 
dan peran agama yang demikian mampu dijalankan, maka tidak optimalnya peran dan 
fungsi negara dapat tergantikan. 

Mencapai Cita-cita 

Ketiga, dalam sebuah negara-bangsa yang sedang menjalani proses membangun dan 
berdemokrasi, agama dapat memainkan peran untuk membantu serta mendorong 
tercapainya cita-cita tersebut. Agama, dalam hal ini dapat memainkan peran 
serta menjalankan fungsi sebagai 'kekuatan lain' selain negara, dalam 
mewujudkan cita-cita serta tujuan kenegaraan-kebangsaan. 

Agama menjadi kekuatan penopang, yang juga memainkan peran aktif merealisasikan 
cita-cita kebangsaan. Termasuk dalam hal ini, agama juga membantu menyelesaikan 
beberapa persoalan kenegaraan-kebangsaan yang memang dapat diatasi dengan 
optimalisasi aspek keagamaan. Misalnya, problem kenegaraan terkait dengan 
konflik agama. 

Dalam konteks ini, kemampuan para agamawan untuk menyelesaikan problem ini 
merupakan kontribusi aktif dalam membantu menyelesaikan problem yang dihadapi 
oleh pemerintah. 

Di sisi lain misalnya, peran agama dalam hal meningkatkan kesadaran sosial dan 
ekonomi para penganutnya. Karena bagaimanapun, konsep agama sarat dengan 
prinsip dan nilai-nilai sosial yang mendalam, yang jika dipahami, disadari 
serta diimplementasikan oleh para penganutnya akan mampu men- jadi kekuatan 
yang signifi-kan bagi upaya perbaikan sosial. 

Selain itu, penumbuhan kesadaran terkait dengan aspek ekonomi sebenarnya juga 
memerlukan peran agama untuk menumbuhkan kesadaran para penganutnya akan hal 
ini. Contoh lain misalnya peran yang sebenarnya potensial untuk dimainkan oleh 
agama dalam upaya pemberantasan praktik korupsi. 

Khusus untuk konteks Indonesia, keberadaan ormas keagamaan pada dasarnya sangat 
vital dan mampu memainkan peran yang strategis dalam rangka membantu 
menyelesaikan problem kebangsaan ini. Ini membuktikan betapa agama di Indonesia 
pada dasarnya memiliki potensi peran dan fungsi yang relatif besar dalam 
membantu menjadi kekuatan yang lain untuk mewujudkan cita-cita 
kebangsaan-kenegaraan. 

Di usia yang keenam puluh tahun ini, Indonesia sebenarnya memiliki banyak 
fenomena yang penting untuk direfleksikan sebagai bahan dasar menata masa depan 
bangsa dan negara ini. Termasuk dalam aspek keagamaan. 

Optimalisasi peran dan fungsi keagamaan, sebenarnya sangat strategis dalam 
membantu upaya meraih cita-cita kebangsaan-kenegaraan Indonesia. Eksistensi 
kita sebagai bangsa yang bukan hanya besar, namun juga plural, adalah potensi 
yang sangat berharga. 

Pluralitas Indonesia dalam aspek keagamaan, adalah salah satunya. Jika potensi 
keagamaan ini dioptimalkan fungsi dan perannya, maka niscaya bangsa ini akan 
tampil sebagai yang terdepan. Peran agama di Indonesia harus mampu mencapai 
taraf yang sangat optimal dalam membantu bangsa ini menggapai cita-cita dan 
tujuan kemerdekaannya. * 


Penulis adalah Peneliti Institut Studi Filsafat dan Agama (ISFA), Jakarta 


Last modified: 26/8/05 

[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Get fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home page
http://us.click.yahoo.com/dpRU5A/wUILAA/yQLSAA/aYWolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke