Issue ttg kata "Kami" ini pernah saya tulis di dalam berbagai milis kira2 
setahun yang lalu, namun tampaknya misionaris tdk tahu malu ini mengangkatnya 
kembali, jd berikut saya resend tulisan saya tsb.
1). Kristen.
Umat Kristiani sbnrnya tdk ada kesepakatan yg baku dan final utk menyebut nama 
Tuhannya dan tdk ada kesepakatan yg baku dan final utk menyebut siapa Tuhan yg 
disembahnya. Ada yg meyakini bhw nama Tuhan mereka adalah YHWH, Yahweh, Elohim, 
Yesus, Allah, dll. Ada yg meyakini bhw Tuhan yg mereka muliakan dan mereka 
sembah adalah Tritunggal, Elohim, Yesus, Roh Kudus (aliran kharismatik), Tuhan 
Allah, Tuhan Bapa atau Bapa surgawi, dll. Bahkan penulisan TUHAN dan Tuhan-pun 
membingungkan umat Kristiani sndr.
Dari hal tsb di atas sbnrnya sdh dapat menjadikan dahi kita berkernyit dan 
berkerut2. Bagaimana mngkn sebuah agama tidak mempunyai konsep yg jelas ttg 
ketuhanan, dan pd saat berbicara ttg Tuhan, justru secara telak telah menabrak 
logika manusia yg sehat. Manusia dipaksa utk menerima bhw 3 adalah 1, dan 1 
adalah 3 ((tiga tapi sehakekat dan sederajat). Rumusannya disebut Tritunggal. 
Rumusan ini sgt lemah skl, dan tidak akan pernah bs disebut secara terbalik, 
yaitu Tunggaltri. Seharusnya, kalau dinyatakan sehakekat dan sederajat, 
rumusannya disebut secara terbalik-balik jg tdk ada mslh, dan tidak harus 
selalu urut: Bapa, Anak dan Roh Kudus.
Selain itu, meski diyakini bhw Tuhannya adalah Tritunggal, namun tidak 
ditemukan di dlm Alkitab bahwa Tuhan umat manusia dituliskan dgn kata 
“Tuhan-Tuhan”. Kata “Elohim” yg dianggap sbg Tuhan-pun (dlm makna jamak), tidak 
pernah kemudian diterjemahkan menjadi “Tuhan-Tuhan”. Umat Kristiani sndr, ada 
yg telah secara terbuka mengatakan bhw Tuhannya adalah ada tiga, yaitu Bapa, 
Yesus dan Roh Kudus, namun tidak ada yg menyebutnya “Tuhan-Tuhan yg 
disembahnya”. Mereka keberatan disebut Politeis - mngkn tdk keberatan bila 
disebut Poters (Politeis Terselubung). 
Semestinya, yg namanya aqidah (ketuhanan - teologis) itu akal/logika akan 
mendahului iman. Berbeda dgn syariat (petunjuk/aturan pelaksanaan) yg 
seringkali iman-lah yg akan mendahului akal/logika. 
Konsep Tritunggal dan praktek pemyembahan Yesus ini baru muncul setelah Yesus 
tiada. Di sepanjang hidupnya, Yesus sama sekali tidak pernah mengajarkan agar 
umatnya menganggap dia adalah Tuhan, dan kemudian menyembahnya. Di dlm Alkitab 
bertebaran ayat-ayat yang menyebutkan bhw Yesus itu bukanlah Tuhan. Yesus 
justru mengajarkan utk mengenali bhw satu2nya Tuhan yang perlu disembah adalah 
Tuhan Bapa, dan mencontohkan bagaimana cara beribadah kepadanya, yaitu dengan 
mentaati hukum Taurat. Bahkan disebutkan di dlm Alkitab, bhw rumah ibadat yg 
digunakan Yesus namanya Sinagoge, bukan Gereja! 
Yesus dianggap sbg Tuhan, sebab utamanya adalah karena kelahirannya yang  
ajaib, yaitu tanpa Bapak. Hal ini kemudian diyakini bahwa bapaknya adalah Allah 
itu sendiri, shg Yesus disebutlah sbg Anak Allah. 
Sebenarnya kejadian Yesus itu adalah semata bukti kekuasaan Allah Yang Maha 
Berkehendak (dan bila Allah berkehendak utk membinasakan Yesus, maka itu adalah 
hal yg sgt mudah skl bagi Allah). Banyak mahluk yang diciptakan Allah tanpa 
bapak dan ibu, yaitu: nabi Adam as dan Hawa, para malaikat, unta nabi Shaleh as 
dan kambing nabi Ibrahim as. Di dalam Alkitab jg ada seorang yang lahirnya 
tanpa bapak dan ibu, dan bahkan tanpa silsilah, namanya adalah Melkisedek. 
Namun, jgn-kan diTuhankan, Melkisedek ini justru seakan ingin dilupakan oleh 
umat Kristiani. 
Yang pasti, Tuhan itu Maha Kuasa dan Maha Sempurna. Apakah Yesus itu jg Maha 
Kuasa dan Maha Sempurna? Jika ia tetap saja diimani sbg Yang Maha Kuasa dan 
Maha Sempurna, apakah ia perlu menyediakan diri untuk dicaci, diludahi, 
dianiaya dan disalib hanya gara-gara ingin mengampuni dosa manusia? Jika ia 
harus menebus dosa, menebusnya kepada siapa???
 
2). Islam.
Konsep keTuhanan dalam agama Islam sangat jelas dan tegas sekali. Umat Islam 
hanya mengenal dan menyembah Tuhan Yg Esa. Tunggal. Tiada sekutu. Tiada beranak 
dan tiada pula diperanakkan, yaitu: Allah Swt. Semua nabi/rasul, termasuk 
Yesus, diutus Allah Swt untuk mengajarkan hal tsb, bahwa tidak ada Tuhan selain 
Allah (Laa Ilaha Illallah).. Barangsiapa mempunyai kalimah tsb pd dirinya, dan 
lalu ia teguh dgn kallimah itu hingga akhir hayatnya, maka keridhaan Allah dan 
surga-lah jaminannya. Tiada keraguan sm skl di dlmnya.
Di dlm kitab mulia Al-Quran, memang byk terdapat kata “Kami” sbg kata ganti 
untuk menyebut Allah Swt. Namun hal itu tentu saja bukan berarti bhw Tuhan 
adalah jamak. Hal ini sbnrnya telah saya urai juga dlm buku saya yg berjudul: 
“Show Us The Straight Path (menemukan kebenaran iman yang sejati)”. Berikut 
sedikit kutipannya:
Kata ‘Kami’ digunakan untuk menunjukkan kehalusan bahasa yang digunakan di 
dalam Al-Qur’an. Selain itu, juga mengandung pengertian bahwa Allah Swt telah 
mendelegasikan penyelesaian suatu urusan kepada pihak tertentu sesuai dengan 
kehendakNya. Hal ini sekaligus menunjukkan kekuasaan Allah Swt, Tuhan Yang Maha 
Berkehendak. Karena itu, kata “Kami” tidak digunakan dalam ayat-ayat yang 
menyatakan hubungan langsung antara Allah Swt dengan mahlukNya. Dalam ayat-ayat 
yang seperti itu, maka yang selalu digunakan adalah kata “Aku”, misalnya dalam 
ayat-ayat berikut ini:
 
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka 
menyembah-Ku.”(QS. Adz-Dzariyaat:56)
”Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka 
sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku”. (QS. Thaahaa: 14)
Dlm kisah tentang turunnya Al-Qur’an, kata “Kami” digunakan adalah karena di 
dlm proses turunnya ayat-ayat suci tsb, ada keterlibatan pihak lain selain 
Allah, yaitu: malaikat Jibril. 
Contoh lain adalah tentang penciptaan manusia. Pd penciptaan nabi Adam as, kata 
yang digunakan adalah “khāliqum” yg diterjemahkan menjadi “Aku akan ciptakan”, 
karena tidak ada pihak lain yang terlibat, spt tercantum di dlm QS. Ash-Shad: 
71-72 berikut ini:
 (Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: "Sesungguhnya Aku akan 
menciptakan manusia dari tanah". Maka apabila Telah Kusempurnakan kejadiannya 
dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)Ku; Maka hendaklah kamu tersungkur dengan 
bersujud kepadanya". (QS. Ash-Shad: 71-72).
Akan menjadi berbeda pada saat Allah berfirman untuk memberitahukan tentang 
penciptaan manusia selain nabi Adam as. Kata yang digunakan adalah “khalaqnā” 
yg diterjemahkan menjadi “Kami ciptakan”, karena adanya keterlibatan pihak lain 
selain Allah, yaitu ibu dan bapak, spt yang tercantum dlm ayat mulia berikut:
Dan di antara orang-orang yang telah Kami ciptakan ada umat yang memberi 
petunjuk dengan (dasar) kebenaran, dan dengan itu (pula) mereka berlaku adil. 
(QS. Al-A’raf: 181)
 
Kemudian, bagaimana tentang Ruhul Qudus itu? Apakah ia Tuhan Roh Kudus, ataukah 
malaikat Jibril?
Sebenarnya jika kita membaca Al-Qur’an secara komprehensif dan obyektif, maka 
kita akan mengetahui dgn yakin bhw yang dimaksud dgn Ruhul Qudus adalah 
malaikat Jibril.
Marilah kita cermati contoh ayat yg mengindikasikan bhw Ruhul Qudus itu adalah 
malaikat Jibril. Penjelasan ini mngkn akan terasa agak rumit bagi yg tdk 
mengetahui ttg Al-Qur’an sm skl. Aplg bila pengetahuan bahasanya dangkal, shg 
kata2 yg terdapat dlm tanda kurung-pun ia tdk bs mengerti, namun kemudian 
justru mempermasalahkannya.
Qul Mang kāna ‘aduwwal li jibrīla fa innahū Nazzalahū ‘alā qalbika Bi 
idz-nillāhi Mushaddiqan Limā baina yadaihī Wa hudan. (QS. Al-Baqarah: 97)
Katakanlah: "Barang siapa yang menjadi musuh Jibril, Maka Jibril itu Telah 
menurunkannya (Al Quran) ke dalam hatimu dengan seizin Allah; membenarkan apa 
(kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi 
orang-orang yang beriman. (QS. Al-Baqarah: 97)
Ayat suci tsb dgn jelas menyebut nama “Jibril”, namun tidak ada kata 
“Al-Qur’an”, yang ada hanya kalimat Nazzalahū ‘alā qalbika yang artinya adalah: 
(dia [Jibril] telah menurunkannya ke dalam hatimu), yakni Allah Ta‘ala telah 
Mengutus Jibril a.s. dengan membawa al-Quran kepadamu. Tasydid pada lafazh 
nazzala menunjukkan bahwa al-Quran diturunkan berkali-kali (tidak sekaligus dlm 
bentuk sebuah surah yg panjang, atau sebuah kitab). Tasydid itu penjelasannya 
kira2 semacam huruf yg dibaca spt nyambung dgn huruf di depannya.
Kemudian bandingkan dgn ayat suci berikut ini:
Qul Nazzalahū rūhul qudusi Mir rabbika Bil haqqi Li yutsabbita Alladzīna āmanū 
Wa hudan Wa busyrā lil muslimīn (QS. An-Nahl:102)
Katakanlah: "Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al Quran itu dari Tuhanmu dengan 
benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang Telah beriman, dan menjadi 
petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada 
Allah)". (QS. An-Nahl:102)
Di dlm ayat suci tsb, tidak disebut nama “Jibril”, yg disebut adalah “Ruhul 
Qudus”. Namun karena ayat suci tsb menyebutkan ttg turunnya Al-Qur’an, 
Nazzalahū rūhul qudusi, maka kita dpt mengetahui bhw yg dimaksud dgn Ruhul 
Qudus itu adalah Jibril. Malaikat Jibril, sm skl bukan Tuhan Roh Kudus. 
Sekarang perhatikan jg ayat suci berikut ini:
Qāla innī ‘abdullāh, ātāniyal kitāba Wa ja‘alanī nabiyyā. (QS. Maryam: 30)
Berkata Isa: "Sesungguhnya Aku Ini hamba Allah, dia memberiku Al Kitab (Injil) 
dan dia menjadikan Aku seorang nabi, (QS. Maryam: 30)
Di dlm ayat suci tsb tidak ada kata “Isa” dan tidak ada kata “Injil”, namun 
tidak ada keraguan sm skl bhw yg dimaksudkan pd ayat suci tsb adalah nabi Isa 
as dan kitab suci Injil, dan nabi Isa as (Yesus) adalah seorang nabi utusan 
Allah.
Demikian sedikit uraian saya ttg kata “Kami” di dlm Al-Qur’an yang digunakan 
oleh umat Kristiani sbg pembenar doktrin Trinitasnya. Smg tulisan saya ini dpt 
membawa manfaat, baik bagi umat Islam, maupun bagi umat lainnya. 
Sesungguhnya kafirlah orang2 yg mengatakan bhw Tuhan mempunyai sekutu. Kafir 
(kufur) adalah orang2 yang ingkar, yg tiada pernah ada rasa syukurnya kpd Allah 
Swt, dan menutup diri dr kebenaran. Smg umat Islam, khususnya pembaca tulisan 
ini, akan sll istiqomah dgn kalimah Laa Ilaha Illallah smp akhir hidupnya, 
amiin.
 
Sincerely,
AEC


      

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke