http://www.lampungpost.com/buras.php?id=2009082101234216

      Jum'at, 21 Agustus 2009 
     
      BURAS
     
     
     
     
Berusahalah Jadi Politisi Baik! 

       
      H. Bambang Eka Wijaya





      "LIHAT Kek, gaya dasi, jas, dan sepatuku!" ujar cucu. "Untuk dilantik 
sebagai anggota DPRD, enggak kentara lagi asliku preman, kan?"

      "Gaya pakaian itu bagian dari etiket, penyesuaian pada tempat kita 
berada!" sambut kakek. "Tapi, penyesuaian lewat pakaian saja tak cukup! Kau 
masih harus menghilangkan sifat asli premanmu dengan berusaha keras menjadi 
politisi baik!"

      "Politisi baik itu seperti apa?" kejar cucu.

      "Pertama, hilangkan kebiasaan gaya premanmu menghardik dan membentak di 
ruangan sidang wakil rakyat yang terhormat itu!" tegas kakek. "Lalu, berusaha 
mengaktualisasikan sikap-tindak politisi baik, secara etika-moral dan 
legal-formal!"

      "Pasti susah mengubah sifat dan kebiasaan secara drastis begitu!" entak 
cucu. "Paling cuma berubah luarnya, gaya gerak dan ekspresi lewat berakting, 
sedang isi penghayatannya lain--entah apa!"

      "Bisa mencapai tingkat itu pun sudah bagus, itu perilaku umum rata-rata 
politisi, lazim disebut aktor politik!" tegas kakek. "Artinya, keharusan 
pertama seorang politisi adalah sebagai aktor, berakting agar terlihat (meski 
cuma seolah-olah) sebagai politisi baik, sehingga ruangan sidang wakil rakyat 
menjadi tempat layak bagi tokoh-tokoh terhormat!"

      "Tapi semua itu baru luar atau kulitnya!" potong cucu. "Isinya dong, Kek, 
apa saja?"

      "Sikap-tindak politisi idealnya induktif, bertolak dari yang bersifat 
khusus pada dirinya--etika-moral, diimplementasikan ke format 
umum--legal-formal!" jelas kakek. "Etika dan moral sederhana! Etika pilihan 
baik-buruk serta patut atau tidak, sedang moral salah-benar! Kaidah atau ukuran 
etika adalah nilai dan norma yang dijunjung masyarakat, berwujud tatakrama 
keadaban! Sedangkan kaidah moral adalah ajaran salah-benar menurut agama 
ataupun adat-istiadat!"

      "Mumet, Kek!" sela cucu. "Seruwet itu kakek sebut sederhana!"

      "Sederhana, karena semua nilai dan norma itu sebenarnya meresap dan 
bersemayam mendarah daging dalam diri manusia secara kontinu lewat kehidupan 
sehari-hari bermasyarakat!" ujar kakek. "Bukti nilai dan norma mendarah daging, 
bisa mendorong refleks gerak fisik manusia saat ada yang perlu ditolong atau 
yang menyalahi kaidah etika-moral! Dengan kepaduan etika moral dalam dirinya 
seperti itulah, seorang politisi baik mengelola sikap tindaknya ke format umum 
kehidupan berbangsa, segala sesuatu terkerangka aturan hukum (legal), terangkai 
dengan prosedur atau tata acara (formal). Legal dan formal tak bisa dipisah, 
bagai dua sisi sekeping mata uang, lazim disebut dual process of law!"

      "Kalau cuma memakai aspek legal, tanpa peduli formalnya?" tanya cucu.

      "Bisa over acting!" tegas kakek. "Jika over acting, kau gagal menjadi 
politisi baik! Karena, ciri utama politisi baik, selalu bersikap-tindak 
proporsional!" **
     


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke