CATATAN NEO-LIB KWIK KIAN GIE
Bung Karno Dipenjara, Boediono Ditepuktangani
Senin, 01 Juni 2009, 12:18:54 WIB
http://www.rakyatmerdeka.co.id/indexframe.php?url=situsberita/index.php?pilih=lihat_edisi_website&id=75627

Catatan Redaksi: Ekonom senior Kwik Kian Gie membahas perdebatan 
neo-liberalisme yang berkembangan belakangan ini menyusul keputusan Susilo 
Bambang Yudhoyono memilih Boediono sebagai calon wakil presiden. Pembahasan itu 
telah dituliskan Kwik dalam sebuah buku kecil yang berjudul "Indonesia 
Menggugat Jilid II?". Redaksi RMonline merasa perlu untuk mengutip dan 
mempublikasikan sebagian dari isi buku itu. Ini adalah bagian pertama dari 
tujuh bagian yang direncanakan.

SETELAH Ir. Soekarno bersama-sama dengan Gatot Mangkupradja, Maskun Sumadiredja 
dan Soepriadinata ditangkap pada tanggal 29 Desember 1929, mereka diadili oleh 
landraad di Bandung yang berlangsung antara tanggal 18 Agustus 1930 sampai 
tanggal 22 Desember 1930.

Pada hari itu, Soekarno dan kawan-kawan dijatuhi hukuman penjara 4 tahun dengan 
tuduhan melanggar pasal 169 dan 153 bis Wetboek van Strafrecht. Pidato 
pembelaannya Bung Karno menjadi sangat terkenal di seluruh dunia dengan judul 
“Indonesie Klaagt Aan” atau “Indonesia Menggugat”.

Pada tanggal 15 Mei 2009 Dr. Boediono berpidato di Bandung dalam rangka 
memproklamasikan dirinya sebagai calon wakil presiden dalam pemilihan tahun 
2009. Antara lain dikatakan olehnya:

”Bapak Presiden yang saya hormati dan para hadirin, di awal abad ke-20 Bung 
Karno di kota Bandung ini menyatakan Indonesia menggugat. Waktu itu Indonesia 
menggugat penjajahan yang menjadikan negara terbelenggu dan merasa kerdil. Di 
awal abad ke-21 ini, Indonesia juga selayaknya menggugat. Kini yang kita gugat 
adalah penjajahan oleh kekuatan dari luar dan dari dalam.”

Jelas Boediono menganggap Indonesia sekarang masih dijajah yang menurutnya 
selayaknya harus digugat. Implikasinya jelas, yaitu kalau nanti dia terpilih 
sebagai Wakli Presiden, dia akan menggugat kekuatan dari luar dan dari dalam. 
Ada dua hal yang perlu dijelaskan.

Beberapa pertanyaan

Siapa kekuatan dari luar yang sedang menjajah Indonesia, dan siapa pula 
kekuatan dari dalam? Apakah kekuatan luar dan kekuatan dalam ini menjajah 
Indonesia secara sendiri-sendiri ataukah bersama-sama dalam sebuah konspirasi, 
dimana elit bangsa Indonesianya yang menjadi mitra dari luar bertindak sebagai 
pengkhianat kepada bangsanya sendiri?

Sejak kapan Indonesia dijajah dengan tanggal pidatonya sebagai titik tolak, 
yaitu tanggal 15 Mei 2009. Apakah mulai tanggal itu Indonesia dijajah dalam 
bentuk yang ada dalam benak Boediono, ataukah sebelumnya sudah. Kalau 
sebelumnya sudah, siapa kiranya yang menjajah dan siapa kiranya kroni dan 
kompradornya para penjajah yang berbangsa Indonesia (kekuatan dari dalam)? 
Boediono tentu dapat mengenalinya dengan akurat karena dia cukup lama menjadi 
orang di dalam lingkungan puncak kekuasaan.

Persamaan Bung Karno dengan Boediono

Boediono menyamakan dirinya dengan Bung Karno. Bung Karno menggugat penjajahan 
oleh pemerintah Hindia Belanda yang menjajah Indonesia secara fisik, dengan 
bayonet, bedil, peluru dan meriam, armada laut dan sebagainya.

Boediono juga ingin menggugat penjajahan zaman sekarang yang tentunya berbentuk 
lain. Apa bentuknya tidak dijelaskan. Sangat mungkin bentuk penjajahan yang ada 
dalam benak Boediono sama dengan yang ditulis oleh Jenderal Ryamizard Ryacudu 
dalam bukunya yang berjudul ”Perang Modern”.

Intinya yalah bahwa dalam zaman modern sekarang ini, hakikat penjajahan bangsa 
mangsa oleh bangsa penjajah tidak perlu dilakukan dengan sebutir pelurupun, 
apalagi pasukan dan armada perang.

Caranya dengan membentuk elit bangsa mangsa yang dijadikan mitranya atau kroni 
atau kompradornya. Mereka dibantu supaya senantiasa memegang kendali kebijakan 
ekonomi yang sesuai dengan kehendak bangsa penjajah, seperti yang digambarkan 
oleh John Pilger, Bradley Simpson, Jeffrey Winters, John Perkins dan 12 perusak 
ekonomi yang “mengaku dosa” dalam buku “A Game as old as Empire”.

Para kroni ini diyakinkan bahwa kebijakan haruslah seliberal mungkin, membangun 
proyek-proyek raksasa dengan hutang dari negara-negara penjajah supaya mereka 
bisa memperoleh pendapatan bunga dan laba mark up yang tinggi. Implikasi 
politiknya supaya senantiasa dicengkeram dan didikte kebijakannya yang 
senantiasa menguntungkan korporatokrasi negara penjajah. PDB dinaikkan oleh 
beberapa investor asing raksasa tanpa trickle down effect pada yang miskin.

Inikah yang oleh Boediono disebut dengan kata-kata “penjajah dari dalam negeri” 
yang mungkin bekerja sama dengan penjajah dari luar?

Boediono menyamakan dirinya dengan Bung Karno yang sama-sama ingin menggugat 
atas nama bangsa Indonesia. Yang digugat juga sama, yaitu penjajahan. 
Pernyataannya sama-sama diucapkan di kota Bandung. Tempat ini begitu pentingnya 
buat Boediono sehingga implisit di dalam pidatonya kota Bandung dianggap 
sebagai faktor yang menyamakannya dengan Bung Karno.

Saya menduga tujuan atau target penjajahan oleh kekuatan penjajah yang ada 
dalam benak Bung Karno dan Boediono sama, yaitu penghisapan kekayaan bangsa 
Indonesia oleh bangsa asing, yang dibantu oleh kroni dan komprador bangsa 
Indonesia sendiri. Merendahkan dan melecehkan martabat bangsa Indonesia; 
Boediono memakai istilah “yang membuat kita merasa terpuruk dan tidak bisa 
bangkit”. Yang perlu diperjelas siapa kroni dan komprador bangsa Indonesia 
sendiri?

Perbedaan-perbedaannya

Yang berbeda, Ir. Soekarno langsung menghadapi hakim ketua Mr. Siegenbeek van 
Heukelom dengan jaksa penuntutnya seorang Indonesia yang ketika itu berstatus 
inlander dan bernama R. Sumadisurja. Boediono menyatakan kehendaknya menggugat 
kaum penjajah zaman sekarang. Kehendaknya ini baru dimintakan izin dari “Bapak 
Presiden”, sebutan yang dipakainya dalam bagian dari pidatonya yang menggunakan 
istilah “Indonesia Menggugat”.

Bung Karno dijatuhi hukuman penjara, Boediono ditepuktangani.

Bung Karno seorang inlander yang tidak mungkin bergaul dengan kekuatan asing 
pada strata yang sama. Sementara His Excellency Prof. Dr. Boediono adalah 
anggota Dewan Gubernur Bank Dunia.

Perjuangan Bung Karno membawanya keluar masuk penjara dan pembuangan. Boediono 
tidak pernah masuk penjara. Menjadi tersangka saja tidak pernah.

Perilaku Bung Karno tidak pernah diarahkan menjadi Presiden RI. Dia berjuang 
supaya Indonesia merdeka dengan pengorbanan apa saja. Gugatannya sudah menjadi 
kenyataan dan merupakan pengorbanan luar biasa buat dirinya, yang akhirnya 
memang memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan.

Boediono baru memberi pernyataan bahwa penjajahan di abad ke 21 sekarang ini 
selayaknya digugat. Jelas juga bahwa pernyataan tersebut dikemukakan justru 
untuk dipilih menjadi wakil presiden. Itupun tidak jelas siapa penjajahnya dari 
luar dan siapa penjajahnya yang dari dalam negeri sendiri. Lantas apakah betul 
dia akan menggugat penjajahan masih harus dibuktikan.

Bung Karno hanya berjuang dan berjuang. Karena tindakannya itu seluruh bangsa 
Indonesia menganggapnya sebagai natural leader, sehingga dia menjadi Presiden 
RI yang baru merdeka. Boediono tidak demikian.

Gugatannya terhadap kaum penjajah justru sebelum dia melakukan apa-apa. 
Gugatannya baru sebagai propaganda untuk dirinya supaya dipilih sebagai wakil 
presiden di bulan Juli 2009 mendatang.

Bung Karno dan Pak Harto berbuat sangat banyak, sehingga rakyat menganggapnya 
sebagai para pemimpinnya. Boediono lain. Dia adalah calon wakil presiden yang 
dalam kampanye pemilihan pilpres tidak boleh mempunyai rasa rendah hati, tidak 
boleh humble. Dalam kampanye nanti dia harus berkeliling Indonesia mengatakan 
kepada rakyat Indonesia:

“Wahai rakyatku, aku ini orang hebat yang akan menggugat penjajahan dan 
memberantas korupsi, mereformasi birokrasi. Maka pilihlah aku sebagai wakil 
presidenmu.” Bersambung []



CATATAN NEO-LIB KWIK KIAN GIE
Wanita Pun Melahirkan dalam Tambang di Perut Bumi
Senin, 01 Juni 2009, 16:52:04 WIB


Catatan Redaksi: Ekonom senior Kwik Kian Gie membahas perdebatan 
neo-liberalisme yang berkembangan belakangan ini menyusul keputusan Susilo 
Bambang Yudhoyono memilih Boediono sebagai calon wakil presiden. Pembahasan itu 
telah dituliskan Kwik dalam sebuah buku kecil yang berjudul "Indonesia 
Menggugat Jilid II?". Redaksi RMonline merasa perlu untuk mengutip dan 
mempublikasikan sebagian dari isi buku itu. Ini adalah bagian kedua dari tujuh 
bagian yang direncanakan.


DENGAN dipilihnya Boediono sebagai cawapres-nya SBY, diskusi tentang “neolib” 
menjadi marak. Namun diskusinya tidak memberikan gambaran yang jelas.

Liberalisme adalah faham yang sangat jelas digambarkan oleh Adam Smith dalam 
bukunya yang terbit di tahun 1776 dengan judul “An Inquiry into the Nature and 
the Causes of the Wealth of Nations”. Buku ini sangat terkenal dengan 
singkatannya “The Wealth of Nations” dan luar biasa pengaruhnya. Dia 
menggambarkan pengenalannya tentang kenyataan hidup. Intinya sebagai berikut.

Manusia adalah homo economicus yang senantiasa mengejar kepentingannya sendiri 
guna memperoleh manfaat atau kenikmatan yang sebesar-besarnya dari apa saja 
yang dimilikinya. Kalau karakter manusia yang egosentris dan individualistik 
seperti ini dibiarkan tanpa campur tangan pemerintah sedikitpun, dengan 
sendirinya akan terjadi alokasi yang efisien dari faktor-faktor produksi, 
pemerataan dan keadilan, kebebasan, daya inovasi dan kreasi berkembang 
sepenuhnya. Prosesnya sebagai berikut.

Kalau ada barang dan jasa yang harganya tinggi sehingga memberikan laba yang 
sangat besar (laba super normal) kepada para produsennya, banyak orang akan 
tertarik memproduksi barang yang sama. Akibatnya supply meningkat dan ceteris 
paribus harga turun. Kalau harga turun sampai di bawah harga pokok, ceteris 
paribus supply menyusut dengan akibat harga meningkat lagi. Harga akan 
berfluktuasi tipis dengan kisaran yang memberikan laba yang sepantasnya saja 
(laba normal) bagi para produsen. Hal yang sama berlaku buat jasa distribusi.

Buku ini terbit di tahun 1776 ketika hampir semua barang adalah komoditi yang 
homogen (stapel producten) seperti gandum, gula, garam, katun dan sejenisnya. 
Lambat laun daya inovasi dan daya kreasi dari beberapa produsen berkembang. Ada 
saja di antara para produsen barang sejenis yang lebih pandai, sehingga mampu 
melakukan diferensiasi produk. Sebagai contoh, garam dikemas ke dalam botol 
kecil praktis yang siap pakai di meja makan. Di dalamnya ditambahi beberapa 
vitamin, diberi merk yang dipatenkan. Dia mempromosikan garamnya sebagai sangat 
berlainan dengan garam biasa.

Konsumen percaya, dan bersedia membayar lebih mahal dibandingkan dengan harga 
garam biasa. Produsen yang bersangkutan bisa memperoleh laba tinggi tanpa ada 
saingan untuk jangka waktu yang cukup lama. Selama itu dia menumpuk laba tinggi 
(laba super normal) yang menjadikannya kaya.

Karena semuanya dibolehkan tanpa pengaturan oleh pemerintah, dia mulai 
melakukan persaingan yang mematikan para pesaingnya dengan cara kotor, yang 
ditopang oleh kekayaannya. Sebagai contoh, produknya dijual dengan harga yang 
lebih rendah dari harga pokoknya. Dia merugi.

Kerugiannya ditopang dengan modalnya yang sudah menumpuk. Dengan harga ini 
semua pesaingnya akan merugi dan bangkrut. Dia tidak, karena modalnya yang 
paling kuat. Setelah para pesaingnya bangkrut, dengan kedudukan monopolinya dia 
menaikkan harga produknya sangat tinggi.

Contoh lain: ada kasus paberik rokok yang membeli rokok pesaingnya, disuntik 
sangat halus dengan cairan sabun. Lantas dijual lagi ke pasar. Beberapa hari 
lagi, rokoknya rusak, sehingga merknya tidak laku sama sekali, paberiknya 
bangkrut.

Yang digambarkan oleh Adam Smith mulai tidak berlaku lagi. Karena apa saja 
boleh, pengusaha majikan mulai mempekerjakan sesama manusia dengan gaji dan 
lingkungan kerja yang di luar perikemanusiaan.

Puncaknya terjadi dalam era revolusi industri, yang antara lain mengakibatkan 
bahwa anak-anak dan wanita hamil dipekerjakan di tambang-tambang. Wanita 
melahirkan dalam tambang di bawah permukaan bumi. Mereka juga dicambuki 
bagaikan binatang. Dalam era itu seluruh dunia juga mengenal perbudakan, karena 
pemerintah tidak boleh campur tangan melindungi buruh.

Dalam kondisi seperti ini lahir pikiran-pikiran Karl Marx. Banyak karyanya, 
tetapi yang paling terkenal menentang Adam Smith adalah "Das Kapital" yang 
terbit di tahun 1848. Marx menggugat semua ketimpangan yang diakibatkan oleh 
mekanisme pasar yang tidak boleh dicampuri oleh pemerintah. Marx berkesimpulan 
bahwa untuk membebaskan penghisapan manusia oleh manusia, tidak boleh ada orang 
yang mempunyai modal yang dipakai untuk berproduksi dan berdistribusi dengan 
maksud memperoleh laba. Semuanya harus dipegang oleh negara/pemerintah, dan 
setiap orang adalah pegawai negeri.

Dunia terbelah dua. Sovyet Uni, Eropa Timur, China, dan beberapa negara 
menerapkannya. Dunia Barat mengakui sepenuhnya gugatan Marx, tetapi tidak mau 
membuang mekanisme pasar dan kapitalisme. Eksesnya diperkecil dengan berbagai 
peratutan dan pengaturan. Setelah dua sistem ini bersaing selama sekitar 40 
tahun, persaingan dimenangkan oleh Barat.

Maka tidak ada lagi negara yang menganut sistem komunisme a la Marx-Lenin-Mao. 
Semuanya mengadopsi mekanisme pasar dan mengadopsi kaptalisme dalam arti 
sempit, yaitu dibolehkannya orang per orang memiliki kapital yang dipakai untuk 
berproduki dan berdistribusi dengan motif mencari laba. Tetapi kapital yang 
dimilikinya harus berfungsi sosial. Apa artinya dan bagaimana perwujudannya ? 
Sangat beragam.

Keragaman ini berarti juga bahwa kadar campur tangannya pemerintah juga sangat 
bervariasi dari yang sangat minimal sampai yang banyak sekali. []



      Lebih aman saat online. Upgrade ke Internet Explorer 8 baru dan lebih 
cepat yang dioptimalkan untuk Yahoo! agar Anda merasa lebih aman. Gratis. 
Dapatkan IE8 di sini! 
http://downloads.yahoo.com/id/internetexplorer/

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke