Jalaluddin Rahmat sudah menjadi Syi'ah, atau sekurang-kurangnya dia sudah bukan Ahlussunnah lagi, namun belum sampai menjadi Syi'ah. Silakan baca Seri 100 di bawah. Wassalam HMNA ****************************************************
BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU [Kolom Tetap Harian Fajar] 100. Tradisi Keilmuan Ummat Islam Sebenarnya saya ingin sekali turut berpartisipasi secara pasif, yaitu menguping, dalam seminar yang berlangsung di auditorium Aljibra UMI Kampus Baru, Selasa 12 Oktober 1993, utamnya ingin sekali menguping sajian Nurkhalis Majid. Sayang sekali keinginan menguping itu tidak terlaksana, karena waktunya berimpit dengan kegiatan akademik, yaitu ujian meja mahasiswa. Yang sempat saya berpapasan adalah dengan kendaraan pemakalah Mattulada memakai songkok, suatu penampilan yang agak langka baginya, yang dalam penampilan keseharian biasanya tidak berpeci. Demikian pula perihal kendaraan yang dikendarai oleh sahabat lama saya ini sejak di Sihan Gakko di Nengo dahulu, sayang untuk tidak direkam dalam media cetak. Kendaraan itu tersesat di lapangan parker sebelah Barat. Itu adalah peristiwa langka, tersesat dalam Kampus Baru UMI yang relatif kecil itu pada waktu menuju ke auditorium Aljibra di pinggir lapangan parker Timur. Terakhir sekali saya bertatap muka secara langsung dengan Nurkholis Majid dalam permulaan tahun 70-han di Perpustakaan Umum Makassar yang gedungnya sudah dibongkar disulap menjadi hotel di Jalan Kajao (DR) Laliddo, dalam majelis yang sangat terbatas, hanya berjumlah 5 orang: Nurkholis Majid, M.Quraisy Syihab (sekarang Rektor Pascasarjana IAIN Syarif Hidayatullah, tempat Nurkholis Majid menjadi dosen), A.Rahman Rahim (sekarang Koordinator Kopertis, mantan Atase Kebudayaan di Arab Saudi), Halide (sekarang Atase Kebudayaan di Arab Saudi) dan saya sendiri. Yang dibicarakan dalam majelis terbatas itu adalah gagasan sekularisasi Nurkholis yang menghebohkan itu. Sekularisasi Nurkholis Majid menyimpang dari pemahaman yang dianggap mapan, namun Nurkholis pandai berkelit dengan senjata pamungkas: "bukan begitu maksud saya. Sekularisasi bukanlah sekularisme", demikian kelit Nurkholis Majid. Tidak ada kesimpulan yang disepakati dalam perbincangan itu, oleh karena saya tetap bertahan, bahwa menduniakan yang dianggap sakral (sekularisasi) dengan pemisahan dunia dengan akhirat (sekularisme), keduanya berasal dari sumber yang sama: "Geeft dan den Keizer wat des Keizers is, en Gode wat Gods is (Marcus 12:17)", berikanlah kepada Kaisar yang milik Kaisar, dan berikanlah kepada Tuhan apa yang miliknya Tuhan. Dari Marcus (12:17) ini diturunkanlah paradigma sekularisme yang terkenal dalam sejarahnya orang barat: "Scheiding tussen staat en kerk", pemisahan atau dikhotomi antara negara dengan gereja. Maka apa yang dapat saya peroleh yang saya anggap menarik dibicarakan dalam kolom ini hanya berasal dari sumber informasi sekunder, melalui media cetak. Ketika Nurcholis Majid berada di Iran ia mengagumi keadan para Mullah di negeri itu, oleh karena tradisi keilmuan di negeri itu sudah lama terbentuk. Menurut Nurholis dalam dialog terasa nampak sekali perbedaan yang menyolok antara Ahlussunnah dengan Syi'ah, tetapi tidak menimbulkan ketegangan. Sebabnya ialah para Mullah itu walaupun menghadapi perbedaan paham, mereka tetap menghargai pendapat orang lain. Sikap keterbukaan menghargai paham orang lain adalah akibat para ulama Syi'ah itu memiliki perlengkapan ilmiyah yang bagus, produk tradisi keilmuan yang telah lama terbentuk itu. Nurkhalis menganjurkan agar ummat Islam di Indonesia yang Ahlussunnah ini harus mempersiapkan perlengkapan keilmuan yang bagus agar dapat maju dalam pemikiran yang kontemporer. Pada waktu kecil saya banyak mendengar ucapan yang negatif tentang Syi'ah. Namun dalam hati kecil saya kurang senang mendengarkannya, karena tidak sesuai dengan Pau-Pauanna Bagenda Ali, Hikayat Baginda Ali, yang diperdengarkan dengan gaya sinrili', dalam arti lagu dan irama, namun tanpa kesokkeso', dihikayatkan oleh penghikayat dalam sikap terlentang menengadah berbantalkan kedua telapak tangan, dengan lengan yang dilipat di belakang. Adapun yang saya kurang senangi, yang tidak seirama dengan Pau-Pauanna Bagenda Ali itu, utamanya dua hal yang berikut: Pertama dikatakan bahwa Al Qurannya Syi'ah 31 juz, yang kedua bahwa Jibril salah alamat, mestinya risalah kenabian itu ditujukan pada Ali, tetapi yang menadahnya adalah Muhammad. Setelah saya dewasa dan membaca Mahabharata versi Walmiki, saya melihat bahwa sumber inforamasi salah alamat itu berasal dari utusan dewa yang salah memberikan senjata pamungkas. Mestinya dialamatkan kepada Harjuna, tahu-tahu utusan itu memberikannya kepada Karna. Jadi rupanya cerita salah alamat itu tidak bersumber dari israiliayat, melainkan bersumber dari sastra Hindu. Bagaimana dengan Al Qurannya Syi'ah yang 31 juz? Sekarang ini di rumah saya di antara koleksi buku saya kalau itu terlalu menterang untuk dikatakan Perpustakaan Pribadi yang kecil, ada sebuah Kitab Al Quran cetakan Qum, Iran, terdiri atas 30 juz, 114 Surah, tidak berbeda dengan Al Quran hadiah umum dari Al-KHadam Al-Haramain, pelayan dua kota suci, Raja Fahd dari Kerajaan Arab Saudi yang dihadiahkan melalui portir lapangan udara King Abdul 'Aziz, di Jeddah. Jadi kedua cerita yang negatif tentang Syi'ah itu tidak mengandung kebenaran sama sekali. Kembali pada apa yang dikemukakan oleh Nurkholis Majid agar ummat Islam di Indonesia mempersiapkan perlengkapan keilmuan yang bagus, maka dalam kolom ini saya telah menyumbangkan sekelumit pemikiran dalam Seri 099 hari Ahad yang lalu tentang Metode Pendekatan Qawliyah-Kawniyah. Yaitu antara lain dalam yatafaqqahu fi ddiyn tidak berhenti dalam tahap ijtihad di bidang hukum atau penafsiran di luar bidang hukum. Tidak berhenti dalam keadaan status quo yang tidak memecahkan permasalahan, mengendap dalam qala wa qiyla. Tradisi keilmuan ini harus berlanjut dalam metode pendekatan. Tahap ijtihad dan penafsiran itu harus dilanjutkan ke tahap ujicoba, seperti telah diuraikan sedikit teperinci dalam Seri 099, dengan mengambil contoh SDSB. Sebenarnya apa yang dipertentangkan oleh Ahlussunnah dengan Syi'ah dalam lapangan politik-kenegaraan sudah kadaluarsa sekarang. Seperti diketahui yang dipertentangkan itu adalah hal penerus RasuluLlah sebagai kepala negara, yang Ahlussunnah berdasarkan atas pemilihan dengan musyawarah, sedangkan yang Syiah atas dasar washiyat. Bukankah itu sudah kadaluarsa, Syi'ahpun sekarang ini sudah memakai asas pemilihan dengan musyawarah yang contoh empirisnya adalah Republik Islam Iran. Dengan kadaluarsanya silang sengketa dalam bidang politik-kenegaraan ini, tentulah elok kiranya jika itu ditingkatkan dalam bidang tradisi keilmuan di kalangan ummat Islam. Upaya ini hanya dimungkinkan dengan menanamkan sikap keterbukaan, sehingga suara sumbang yang biasa didengar menjadi merdu. Seperti misalnya suara sumbang yang ditujukan kepada Jalaluddin Rahmat bahwa dia itu sudah menjadi Syi'ah, atau sekurang-kurangnya dia sudah bukan Ahlussunnah lagi, namun belum sampai menjadi Syi'ah.(*) Mudah-mudahan upaya keterpaduan tradisi keilmuan ummat Islam itu kiranya dapat terwujud, insya-Allah. WaLlahu a'lamu bishshawab. *** Makassar, 24 Oktober 1993 [H.Muh.Nur Abdurrahman] ---------------------------------- (*) Pangkal timbulnya perpecahan ummat Islam dalam dua aliran besar ini adalah timbulnya prasangka jahat yang disuarakan oleh kalangan zindiq (perusak agama) bahwa Rasulullah SAW telah dikhianati oleh dua sahabat besar kepercayaan beliau yakni Abubakar as-Shiddiq dan Umar al-Faruq, yang kemudian mengkristal menjadi keyakinan dan ideologi. Di dalam tubuh Syi'ah sendiri memang terdapat beragam jenis aliran, dimana satu dengan yang lainnya terkadang memang tidak sama.Kalau kita rununt ke belakang, sebenarnya di zaman para shahabat, paham aqidah yang keliru seperti ini belum lagi muncul. Bahkan Hasan dan Husein serta Ali Zaenal Abidin yang sering mereka klaim sebagai imam mereka pun tidak tahu menahu dengan kekeliruan ini. Aktor intelektual di belakang semua ini tidak lain adalah Abdullah bin Saba' al-Zindiq, yang dalam sejarah otentik terbukti menjadi provokator sehingga timbul gerakan yang menentang dan membunuh Khalifah Utsman RA. Al-Zindiq ini kemudian menjadikan Khalifah Ali bin Abi Thalib sebagai tokoh yang dijadikan umpan untuk memunculkan konflik di antara para shahabat. Al-Zindiq ini menyebarkan fitnah, berita bohong, kebencian kepada para shahabat serta menanamkan paham-paham yang merusak aqidah. Abdullah bin Saba' al-Zindiq ini adalah yahudi Yaman yang berpura-pura masuk Islam. Tidak semua kalangan Syi'ah yang berhasil termakan fitnah Abdullah bin Saba' seperti kebencian kepada para shahabat serta paham-paham yang merusak aqidah. Banyak diantara mereka yang mengakui kekhalifahan tiga shahabat utama sebelum Ali bin Abi Thalib. Sebagian mereka juga tidak mendiskreditkan para shahabat nabi yang mulia, juga tidak mengkafirkannya, apalagi menghalalkan darahnya. Kepada kalangan Syiah seperti ini, tentu kita menerima mereka apa adanya. Bahkan mazhab fiqih Imam Zaid bin Ali Zainal Abidin (w. 122 H) yang menjadi tokoh Syiah Zaidiyah, termasuk salah satu rujukan fiqih yang bisa diterima dalam khazanah fiqih Islam. Bisa dikatakan bahwa madzhab fiqih beliau termasuk madzhab ke lima setelah keempat madzhab lainnya, yaitu . madzhab Al-Hanafiyah yang didirikan oleh Abu Hanifah An-Nu'man bin Tsabit bin Zuwatho (80-15 H), madzhab Al-Malikiyah yang didirikan oleh Al-Imam Malik bin Anas (93-179 H), madzhab As-Syafi'i yang didirikan oleh Al-Imam Muhammad bin Idris As-Syafi'i (150-204 H) dan madzhab Al-Hambali/Al-Hanabilah yang didirikan oleh Al-Imam Ahmad bin Hanbal As-Syaibani(163-241 H). Fiqih Zaidiyah ini secara umum nyaris tidak berbeda dengan fiqih Ahlussunnah, kecuali pada beberapa point saja. Misalnya, tidak mengakui adanya masyru'iyah mengusap sepatu, mengharamkan sembelihan ahli kitab, mengharamkan laki-laki Muslim menikahi wanita ahli kitab. Tidak seperti rekan mereka, syiah Imamiyah, ternyata Syiah Zaidiyah tidak menerima konsep nikah mut'ah. Mereka mengharamkan mut'ah sebagaimana Ahlussunnah mengharamkannya. Mereka menambahkan lafadz, "Hayya 'ala khairil amal" di dalam lafadz adzan serta bertakbir lima kali untuk shalat jenazah. Di samping itu dikenal pula madzhab Abu Ja'far Muhammad bin Al-Hasan bin Farrukh (wafat 209 H), yang dikenal dengan madzhab Syi'ah Imamiyah. Kita bisa melihat madzhab ini dari dua sisi, yaitu: -- Pertama, dari sisi aqidah berafiliasi kepada paham Syi'ah, yaitu madzhab ini mengakui keimaman 12 orang dan mereka semua itu dianggap sebagai makshum (tidak kena dosa). Imam yang pertama adalah imam Abul Hasan Ali Al-Mutadha, sedangkan yang terakhir adalah Muhammad Al-Mahdi Al-Hujjah, yang kini masih belum menampakkan diri.. -- Kedua, dari sisi fiqih yang sesungguhnya punya beberapa persamaan dengan fiqih 4 madzhab. Dr. Wahbah Az-Zuhaili menuliskan dalam Al-Fiqhul Islami wa Adillatuhu bahwa madzhab ini sangat dekat dengan madzhab As-Syafi'i. Madzhab ini sekarang banyak tersebar dan digunakan di Iran dan Iraq, di mana saat ini kita menyaksikan kedua kelompok umat Islam Ahlussunnah dan Syi'ah Imamiyah sedang diadu domba oleh pihak barat., sebagaimana analisa Dr. yusuf Al-Qaradawi. *************************************************************** ----- Original Message ----- From: "A. Yasmina" <[EMAIL PROTECTED]> To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com> Cc: <Keluarga-sejahtera@yahoogroups.com> Sent: Sunday, August 13, 2006 11:15 Subject: RE: [wanita-muslimah] Gangguan Kejiwaan > Mas Alfri, > Mirip program komputer pakai if-then ..:) > Kalau memang fun itu salah satu ciri (atau hanya 1 > ciri?) adalah suka maksa orang lain, tingkat maksanya > itu bagaimana? Apakah maksanya dengan mengancam atau > membom, atau sekedar anda tidak menegakkan SI maka > anda musuh Islam titik, terus gak diapa-apain. > > Jadi pak Jalal itu Islam Syiah ya, bukan JIL ya? Saya > hanya tahu blio mendirikan sekolah Muthahari di > Bandung dan saya tidak tahu di Bandung mana, dan > pernah juga melihat di RCTI dalam serial tasawuf, di > Indosiar membahas satu buku agama di bulan puasa. Dulu > kalau tidak salah menulis di tabloid politiknya Eros > Djarot, Detik atau apa gitu. > > Rose memang bentuk dan warna-warnanya cantik dengan > wangi lembut, jadi manis lah hehehe … ya iyalah, > agama itu harus bisa membuat penganutnya itu dipenuhi > sifat-sifat baik sehingga cara berpikir, cara bicara, > cara berbuatnya baik, dan jiwa yang kembali itu jiwa > muthmainah itu. > > Salam > Aisha > --- alfri <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Seperti pernah saya publish di milis WM: Are You a > > Fundamentalist? > > Dalam tulisan tsb, yg saya bs tangkap adalah bahwa: > > When does religious devotion cross the line and > > become fundamentalism? > > This question has a simple answer: > > IF you are certain that your belief system is the > > only truth > > AND you decide that you must make me believe the > > same truth that you > > believe, > > THEN you are a fundamentalist. > > > > Jadi agama apapun itu, kalau sifatnya memaksa orang > > lain untuk melakukan > > ataupun mempercayai seperti yg dipercayainya, maka > > itu disebut > > Fundamentalis. > > Saya menggolongkan Abu Bakar Baashir misalnya > > sebagai fundamentalis, > > terlepas dia baik/buruk, benar/salah. > > Berdasarkan kalimatnya: > > "Kalau dia Islam, dia harus menegakkan SI. > > Kalau tidak mau menegakkan SI, maka dia adalah musuh > > Islam." > > Artinya dia menganggap orang lain sebagai musuh, > > bila tidak mau mengikuti > > keyakinannya tsb. > > > > Soal Pak Jalal, beliau lebih tepat disebut sebagai > > Islam Syiah.. > > Beliau adalah seorang agamis juga akademisi, > > peneliti Islam independen. > > saya sedikit banyak tahu beliau, karena dulu sering > > "tatap muka" > > dan "dialog" dengan beliau... > > Kata2 favorite beliau masa itu adalah: > > "What's in a name? That which we call a rose by any > > other name would smell > > as sweet." > > (W.Shakespeare).. > > > > (Islam berkembang mestinya bukan dari namanya, tapi > > dari tingkah laku & > > perbuatan > > yg menenteramkan.. smell as sweet as a rose..) > > Kalau dari quote beliau ini, bs disimpulkan, beliau > > bukanlah fundamentalis. > > > > Wassalam. > > > > _____ > > > > From: wanita-muslimah@yahoogroups.com > > [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf > > Of A. Yasmina > > Sent: Friday, August 11, 2006 10:15 AM > > To: wanita-muslimah@yahoogroups.com > > Cc: Keluarga-sejahtera@yahoogroups.com > > Subject: [wanita-muslimah] Re: Gangguan Kejiwaan > > > > > > > > Makasih pak Wida, justru itu yang saya tanyakan di > > milis WM dan KS ini. Yang saya pahami dari tulisan > > pak Jalal, ada satu survei dan kesimpulannya seperti > > itu, jadi bukan mengambil kesimpulan dari kasus ibu > > yang membunuh 3 anak ini. Pak Jalal menduga ibu itu, > > tapi kesimpulan itu dari surveinya. Diangkat ke > > milis > > itu karena saya tidak punya akses ke pak Jalal dan > > saya juga tidak mengerti tentang lib-fun (untuk pak > > Janoko, lib itu maksud saya dalam tulisan saya > > adalah > > kependekan dari liberalis dan fun dari > > fundamentalis). > > > > Nah sekarang pak Wida sudah memasukkan satu nama > > lagi, > > mba Helvy, apakah blio ini fundamentalis atau > > liberalis? Dari kalimat-kalimat pak Wida, sepertinya > > fundamentalis ya, lalu kalau begitu apa ciri-ciri > > seseorang termasuk fundamentalis? > > > > Apakah pak Jalal itu JIL? > > > > Salam > > Aisha > > --- Wida.Kusuma@ > > <mailto:Wida.Kusuma%40tlng.jgc.co.jp> tlng.jgc.co.jp > > wrote: > > > Mbak Aisha saya tanggapi sedikit saja. > > > > > > Kang Jalal rasanya terlalu cepat menyimpulkan > > > sesuatu. Memang kita lihat > > > dari kasus si ibu yang membunuh ke-3 anaknya itu, > > > aneh sekali. Dia pintar > > > dan religius. Lulusan ITB, suka tahajud dan baca > > > al-Qur'an. Suaminyapun > > > seorang aktivis salman. > > > > > > Tetapi menyimpulkan bahwa aliran tertentu (apakah > > > tepat disebut > > > Fundamentalis?) akan membawa penganutnya menjadi > > > sakit jiwa dari kasus si > > > ibu adalah terlalu prematur. Masak sih kita bisa > > > mengambil kesimpulan > > > sejauh itu hanya dari satu sampel? Mana > > > sampel-sampel yang lain? Ini kan > > > menjadi tidak adil terhadap muslimah-muslimah > > > aktivis Islam yang lain yang > > > ternyata sangat sayang kepada anak-anaknya, > > seperti > > > mbak Helvy T. Rosa > > > misalnya. Dan sangat jauh dari teridentifikasi > > > menderita penyakit jiwa. > > > Kesimpulan hanya berdasarkan satu kasus saja telah > > > menjadi tidak adil bagi > > > muslimah-muslimah lain yang sangat baik dalam > > > membina keluarganya. Lebih > > > tidak adil lagi kalau ternyata kesimpulan itu > > hanya > > > untuk membela > > > kelompoknya (JIL). Ini kampanye yang tidak adil > > dan > > > tidak tepat. > > > > > > Salam, __________________________________________________ Apakah Anda Yahoo!? Lelah menerima spam? Surat Yahoo! memiliki perlindungan terbaik terhadap spam http://id.mail.yahoo.com ======================= Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/