http://www.jawapos.co.id/index.php?act=detail_c&id=194351
Jumat, 21 Okt 2005, Hentikan Stigma Agama Pernyataan pemerintah, termasuk Wakil Presiden Jusuf Kalla, bahwa jika perlu pemberantasan terorisme dilakukan dengan meniru cara-cara Orde Baru, yakni mengawasi pesantren dan isi ceramah agama, direaksi keras para pemimpin Islam. Ketua Umum PB NU Hasyim Muzadi, misalnya, mengemukakan bahwa pernyataan pemerintah tersebut mengisyaratkan masih saratnya stigma dan label-label agama dalam melihat aksi-aksi terorisme. Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin dalam rilis yang diterima Jawa Pos mengungkapkan, pemerintah tidak pernah mau belajar dari pengalaman dan tidak mau memperbaiki diri. Yakni, tuding sana tuding sini, lalu mengaitkan teror dengan agama tertentu. Reaksi Hasyim dan Din tersebut patut dijadikan masukan dan refleksi bagi pemerintah. Dalam hal ini, janganlah terburu-buru mengaitkan pengeboman yang terjadi di Indonesia sebagai motif-motif agama. Mengapa? Sebab, jika tudingan bermuatan agama sering dilontarkan ketika teror terjadi, itu sama dengan menyiramkan minyak untuk membakar harmoni serta kerukunan berbangsa. Dalam masyarakat yang menganut agama majemuk seperti di Indonesia, membiarkan atau bahkan sengaja melontarkan isu-isu terorisme yang sarat stigma agama sama dengan memecah belah integrasi masyarakat. Masyarakat akan saling curiga. Pemeluk agama akan saling tuding. Dan, akhirnya memicu munculnya ketegangan, ketidakpercayaan, serta saling menutup diri. Banyak kalangan, termasuk tokoh dan para pemimpin agama, yang mengingatkan serta meminta agar pemerintah dan aparat keamanan tidak langsung mencari kambing hitam pelakunya setiap teror terjadi. Jangan mengait-ngaitkan teror tersebut dengan kepercayaan siapa pun, dengan kelompok mana pun, dan dengan agama apa pun. Sebaliknya, setiap terjadi teror, itu harus dijadikan pelajaran untuk mengantisipasi agar kejadian serupa tidak terulang. Caranya? Pertama, meningkatkan kualitas aparat keamanan untuk bisa bekerja cepat serta dapat mengimbangi kecerdikan pelaku terorisme. Kedua, meningkatkan kualitas intelijen agar aparat telik sandi bisa mengendus potensi-potensi terorisme secara dini. Perbaiki kemampuan aparat keamanan dan intelijen. Berikutnya, setiap terjadi teror, secepat mungkin pelakunya harus bisa ditangkap. Setelah itu, lakukan proses hukum secara cepat, lalu diadili dan hukum dengan sangat berat. Siapa pun pelaku teror harus dihukum berat tanpa perlu melihat asal-usul keyakinan serta kepercayaan agamanya. Tanpa melihat asal mereka. Aksi terorisme merupakan kejahatan luar biasa terhadap kemanusiaan (extra-ordinary crime). Bisa terjadi di mana pun dan bisa dilakukan siapa pun. Karena itu, tidak perlu mencari kambing hitam. Kejar, tangkap, dan hukum berat pelakunya. [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Click here to rescue a little child from a life of poverty. http://us.click.yahoo.com/rAWabB/gYnLAA/i1hLAA/aYWolB/TM --------------------------------------------------------------------~-> Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/